Cahaya Biru di Pondok Kumuh: Kisah Penemuan Radioaktivitas
Pendidikan dan Literasi | 2025-09-22 21:15:11
Terjadinya di Paris. Satu pagi pada 1898, kereta kuda yang membawa karung-karung berisi batu (termasuk atom uranium dan triliunan atom lain) dari bagian Eropa timur yang sekarang termasuk Republik Ceko melewati Rue Lhomond. Kereta itu berhenti di depan pondok kumuh yang dulunya menjadi gudang jenazah untuk sekolah kedokteran di dekatnya.
Di dalamnya ada seorang saintis yang mengubah pemahaman kita mengenai zat, Marie Curie, umur 31. Marie anehnya girang melihat karung-karung kotor itu. Ketika itu sinar X baru ditemukan beberapa tahun sebelumnya. Marie beserta kolega dan suaminya, Pierre, ingin tahu bagaimana sepotong zat dapat membuat kita melihat menembus kulit, bahkan dinding. Mereka tahu bahwa batu-batu itu mengandung pitchblende, sekarang dikenal sebagai uraninit, bahan yang memberikan kekuatan super itu kepada zat.
Ketika Marie memotong tali pengikat karung, bebatuan cokelat pudar di dalamnya masih bercampur daun pinus wangi. Mereka menghadapi tugas berat memisahkan pitchblende dari berkarung-karung bebatuan. Pekerjaannya terbukti menghabiskan waktu. Belakangan Marie menulis: "Kami hidup hanya mengerjakan satu hal, seolah dalam mimpi." Mereka bekerja dalam kondisi sulit untuk memurnikan bijih menjadi pitchblende, yang mengandung 50 sampai 80 persen uranium. Mereka menyimpan pitchblende di wadah-wadah laboratorium di dinding pondok. Itu saja sudah lumayan hebat, tapi Marie dan Pierre berburu sesuatu yang jauh lebih langka. Mereka perlu tiga tahun untuk memproses berton-ton bijih sehingga mengisolasi sepersepuluh gram bahan yang Marie namai radium.
Mereka melakukan percobaan dengan radium yang berharga itu dan kaget karena radium benar-benar tak terpengaruh suhu tinggi. Itu aneh. Sebagian besar benda yang terkena panas tinggi berubah drastis. Ada lagi sesuatu yang lain. Radium memancarkan energi secara spontan, bukan melalui reaksi kimia melainkan melalui suatu mekanisme yang belum diketahui. Marie Curie menyebut fenomena baru itu radioaktivitas. Dia dan Pierre menghitung bahwa energi yang mengalir spontan dari sebongkah radium bakal jauh lebih besar daripada pembakaran batu bara berukuran sama. Mereka kaget mendapati bahwa radioaktivitas sejuta kali lebih kuat daripada energi kimia. Mereka belum mengerti sepenuhnya waktu itu, tapi itulah bedanya antara membebaskan energi yang berada di molekul dan membebaskan kekuatan jauh lebih besar yang disimpan lebih dalam.
Wadah dan botol yang berjajar di rak dinding di pondok penuh pitchblende. Marie menulis mengenai satu malam ketika mereka pergi ke pondok sesudah makan. Sewaktu masuk, Marie memegangi tangan Pierre agar jangan menyalakan lampu gas dulu. Rak-rak berpendar: Tiap botol, tiap bejana, tiap tabung bercahaya fosforesen kebiruan. Marie menulis bertahun-tahun kemudian, "Seperti bintang di Bumi, tabung-tabung berpendar di pondok sederhana."
Lebih daripada seabad kemudian, buku catatan dan resep Marie Curie masih berpendar dengan radioaktivitas yang ditemukannya. Pada 1906, Pierre meninggal karena tertabrak kereta kuda pada umur 46. Marie hidup dan bekerja selama 28 tahun sesudahnya, sebelum meninggal karena anemia aplastik pada umur 66, diperkirakan karena lama terpapar radium. Karena yakin mengenai nilai radium untuk kedokteran dan industri, Marie tak pernah menyadari aspek bahaya dalam hadiahnya kepada dunia.
Warisan Marie Curie melampaui cahaya kebiruan yang dulu berpendar di pondok kumuh Rue Lhomond. Dari karung-karung pitchblende yang tampak remeh, ia membuka pintu menuju pemahaman baru tentang energi yang tersembunyi di inti atom. Penemuannya tentang radium dan radioaktivitas bukan hanya mengubah sains, tetapi juga membuka jalan bagi kemajuan kedokteran, teknologi, bahkan sejarah umat manusia. Meski hidupnya sendiri berakhir tragis karena bahaya yang tak ia sadari, dedikasinya membuktikan bahwa pencarian ilmu pengetahuan sering menuntut pengorbanan besar dan dari pengorbanan itu, lahirlah cahaya yang menerangi dunia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
