Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yunus

Ketar Ketir Anak Magang Menuju Dunia yang Terang

Curhat | Friday, 16 Dec 2022, 00:39 WIB

Menjadi seorang yang terpelosok menjadi salah satu tantangan terbesar dalam hidup untuk mengubah dunia, bukan hanya niat saja yang dibutuhkan, namun tekad dan modal yang menjadi modal utama

Salah satu tujuan setelah lulusan SMA itu adalah kuliah, namun berbeda dengan orang yang keterbatasan biaya, dan salah satu tantangan terbesar dalam hidup saya yang selalu menanamkan ‘’bagaimana caranya bisa kuliah namun dengan modal sendiri’’ hal itu mungkin terdengar aneh dan mungkin saja tidak bisa terjadi, karena dengan menjalani kedua tugas tersebut sangatlah besar butuh tenaga, biaya dan juga waktu.

Ketika saya bercerita dengan orang akan mimpi saya itu tidak sedikit orang yang menertawakannyadan meragukan mimpi saya itu, tapi tidak sedikitpun mimpi yang sudah tertanam itu luntur dalam benak saya.

Hingga akhirnya setelah saya lulus, tidak henti hentinya bedoa dan berusaha untuk mencari kerjaan, sampai berlarut larut hingga para tetangga yang bircara ‘’kok masih dirumah?gak kemana mana?’’ kata-kata yang sederhana itu membuat ibu saya menangis membuat hati saya makin bergetar untuk menunjukan pada mereka yang mencela dan bertanya. Satu dunia boleh menertawakan proses saya, seisi dunia boleh meremehkan hidup saya. Diam saja yang perlu saya lakukan adalah menutup telinga rapat-rapat dan tetap berdiri kokoh dan melanjutkan proses itu tanpa rasa takut

Hingga suatu Ketika saya terpanggil interview di salah satu restoran yang terkenal di dunia, saat itu posisi saya di kampung dan ini berita yang sangat bagus dan kesempatan bagi saya, hingga saya beritahukan kepada ibu saya, namun ibu menyuruh untuk tidak mengambil kesempatan itu dengan alasan belum ada modal untuk berangkat kejakarta, hingga akhirnya sayapun kompromi dengan ibu saya, karena dalam jiwa saya ini adalah kesempatan emas, hingga akhirnya ibu saya menyutujui untuk keberangkatan ke jakarta menjalani interview tersebut.

Dengan modal 200 ribu uang receh hasil pinjaman kesana kemari dan juga dari kas masjid saya memberanikan diri untuk berangkat dan meninggalkan kampung halaman saya. Sampai di Jakarta bertemu dengan teman sekampung dan memberikan tumpangan kepada saya. Saya bingung harus ngapain, hanya bisa menangis. Yaa.. menangis teringat kondisi rumah, bahkan makan pun bingung sehari hari hanya makan dengan nasi saja tanpa lauk,, tapi itu tidak saya ceritakan kepada orang tua saya. Terkadang ada yang perlu ita korbankan untuk menuju dunia yang terang.

Keesokannya interview saya bingung sama lokasinya bahkan saking kampungannya saya, tidak tau cara naik transjakrta, dalam pejalanan itu saya terus bertanya kepada pegawainya ‘’pak kapan berhentinya? apakah disini?’’ sampai-sampai berdiri disamping pegawai transjakarta tersebut padahal bangku masih banyak yang kososng. Yaa sampailah di restoran itu masuk kesana saya merasa paling dekil, kampungan dan saya masih ingat ada 6 orang yang di interview dan diambil 2 orang. Yaa itu saya salah satunya yang lolos.

Menggunakan seragam hitam putih dengen wajah semangat menunggu di halte busway untuk pulang kerja (2019)

Fase training yang membuat saya gila menghadapinya, banyak kosakata yang baru dan juga harus beradaptasi dengan cepat dengan rekan kerja yang lainya. Dalam sebulan saya masih ingat disitu saya nangis dan meluapkan kepada ibu saya karena tidak kuat dan tidak mau melanjutkan kerja. Yaa itu saya ceritakan di toilet restoran itu sambal menangis..

Kata ibu saya “yasudah nak terserah kamu saja ibu hanya mendoakan disini yang terbaik buat kamu tidak apa-apa kerja sajah disini bantuin bapak jadi petani’’ tapi setelah kejadian itu membuat hati saya hancur sehancurnya ‘’kok saya lemah banget’’ hingga ada salah satu rekan kerja yang bisa memotivasi saya dan mempertahankan saya katanya” ingat cita-cita kamu apa, nanati kamun akan terima gaji dan berikan sama orang tua kamu, hiraukan saja omongan orang saya juga dulu seperti iu kok, aku bisa kamu apalagi kamu pasti bisa dan lebih dari aku”.Belum sebulan itu saya menghadapi hinaan, ocehan, bullyan yang hampir membuat saya menyerah.

Hinaan yang membuat saya kuat hingga akhirnya saya mendapatkan gajian pertama. Saya ambil gaji itu semua dan membayar hutang sama teman saya . Dan saya bagikan untuk keluarga-keluarga saya yang dikampung. ‘’Wahhh ini ya rasanya dapat gaji itu’’ Yaa itu yang saya ucapkan sambIl menunggu transjakarta lewat pagi hari pulang kerja malam.

Hingga suatu ketika bertemu dengan atasan restoran tersebut dan saya ditempatkan di tempat yang paling penting dalam restoran itu hingga akhirnya diberikan predikat “Crew Of The Month” karena kepintaran dalam suggert yang memberikan countibusi salles yang besar bagi restoran itu dan disitu kelebian saya gunakan sebagai peluru dalam berkja , sehingga saya ingat yang mebully saya memohon mohon untuk menggunakan keahlian itu disitu saya bisa mengubah cara pandang mereka terhadap saya, karena tidak semua orang punya dalam keahlian itu, hingga akhirnya disitu saya bisa memberikan yang terbaik untuk diri saya , orang tua dan restoran tersebut

Terkumpulah pundi pundi uang, untuk melanjutkan mimpi saya.. Yaa itu adalah kuliah, walaupun saya masih magang namun saya memberanikan diri untuk daftar kuliah. Dan saya menemukan kampus yang menurut saya murah untuk biaya masuknya .. itu adalah Universitas Muhammadiyah Jakarata, murah ketika daftar tapi semesterannya bikin geleng-geleng kepala, sampai-sampai lebih dari setengah gajian saya habis buat kuliah. Tapi itu tidak apa-apa karena saya yakin itu tidak akan sia-sia

Ada cerita yang menaik saat daftar kuliah, saat itu saya diantar rekan kerja untuk daftar karena saya merasa takut pergi ketanggerang, bersamanya naik busway, namun pulang dari kampus itu saya berjalan kaki ke halte lebak bulus menempuh kurang lebih 2 kilo karena kehabisan uang untuk memesan kendaraan.

Tapi dengan kejadian itu dengan jalan kaki 2 kilo saya masih bisa bertahan sampai sekarang, setiap berangkat kuliah saya naik transjakarta dan saya selalu telepon orang tua untuk meminta restu sebelum memulai perkulian. Karena kuliah bukan haya mimpi saya saja tapi orang tua bahkan orang-orang sekitar saya sekarang. Hingga akhirnya berkat usaha dan kerja keras dan juga do’a saya bisa mendapatkan IPK yang tinggi dan terpanggil sebagai salah satu mahasiswa yang berprestasi.

Ketika yang mindsetnya berat akan terasa berat , tetapi sesudah menjalaninya “oh hanya segitu doang”, tunjukan satu keahlianmu untuk menutupi ribuan kekuaranganmu, tidak perlu khawatir dan jangan meminta dunia untuk adil terhadapmu, namun kamu perlu bersyukur atas diri kamu. Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan dan untuk memulai yang baru, mencoba sesuatu yang lain yang memang terkadang harus berani mempertaruhkan apa yang kita punya untuk menuju dunia yang lebih terang.

MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image