Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Firdilla Kurnia

191 Juta Penduduk Indonesia Menjadi Pengguna Media Sosial

Edukasi | Saturday, 22 Oct 2022, 22:23 WIB

Jumlah pemakaian media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu naik 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya (Dataindonesia.id). Dan mayoritas pengguna media sosial berasal dari kawula muda.

Media sosial yang sering digunakan seperti Instagram, Facebook, Youtube, TikTok, Apps Game, platform hiburan seperti Disney+ dan Netflix, dan juga aplikasi e-commerce. Menjajal bagian hidup masyarakat di dunia baru bernama media sosial ini.

Impact yang dirasakan bermedia sosial mempengaruhi banyak aktivitas dan nilai yang sebelumnya yang sudah ada. Seperti standar kecantikan misalnya. Di masa sekarang begitu banyak trend beauty blogger/vlogger yang menyajikan konten tentang kualitas sebuah kecantikan. Nah, informasi ini yang akan diikuti oleh banyak orang kala selalu diperbincangkan dan mengalami penerimaan oleh banyak individu.

Dulu mungkin di Indonesia kecantikan itu dipandang dari segi kulit yang putih bersih dan wajah yang cantik khas perempuan-perempuan Jawa. Menurut kebanyakan orang. Hari ini format kecantikan bisa menjadi relatif sesuai pandangan dari setiap orang karena keterbukaan yang ditampilkan di media sosial. Slogannya Beauty is Your Self atau Love Your Ordinary Beauty. Nilai yang baru akan menjadi fleksibel. Tentu, hal ini tidak lepas dari pengaruh media sosial.

Namun, meskipun media sosial mempunyai sisi positif akan tetapi bila mana ada saja mereka yang tak pandai memanfaatkannya maka media sosial ini bisa menjadi jurang. Pernah kita dapati berita ada anak-anak di luar sana karena mengikuti kebiasaan bermain games dimana mereka yang masih di bawah umur yang belum matang mengambil kebijakan akan menganggap games adalah segalanya. Tak sedikit bocah kecil tersebut berani bolos sekolah dan menghabiskan uang jajannya untuk ke warung internet hanya untuk bermain games.

Atau budaya check out di aplikasi e-commerce. Di Indonesia sendiri sudah banyak bertebaran aplikasi layanan belanja online. Dengan kekuatan rakyat Indonesia yang begitu menyukai belanja. Apa-apa bakal belanja kalau lagi tanggal muda atau ingin belanja barang mahal untuk ego semata. Maka segera diamini kalau budaya konsumtif memang semakin tinggi hari ini dibandingkan sebelumnya kala media sosial belum menjajaki.

Penggunaan media merupakan pengaruh besar pada generasi muda. Terlepas budaya juga menjadi faktor yang mendukung perubahan tersebut. Sebenarnya, media dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi (Youtube.com).

Ketika budaya disusupi oleh nilai maka disanalah pemaparan budaya yang cukup cepat. Seperti budaya Korea yang semakin diminati oleh anak muda sekarang. Mereka semakin terpengaruh dengan budaya asing ini ketimbang melirik budaya tanah air sendiri karena setiap hari dengan aktivitas yang tak pernah lepas dari media sosial. Lalu, ditambah beban kehidupan yang melelahkan disetir oleh sajian hiburan dari Korea yang melenakan.

Korea Selatan layaknya negara-negara lain. Industri hiburan tak lebih dari bagian tubuh yang harus dipamerkan hari ini. Dari perfilman nya, musik, variety nya, sastra dan seninya, bahkan entertainment nya saja adalah salah satu upaya penyusupan nilai-nilai budaya suatu bangsa. Begitu pun Korean Wave yang digencarkan oleh negeri ginseng ini.

Kecintaan kepada Korea tidak dapat dibendung lagi. Keberhasilan inilah menjadi salah satu indikator yang dituju oleh mereka. Apalagi kalau Indonesia yang sudah ditargetkan sedari awal, maka puncaknya nilai-nilai budaya Korea lebih dicintai daripada nilai budaya lokal.

Perlu sekali lokalisasi segera terhadap budaya luar agar jati diri Indonesia tidak hilang di tubuh generasi muda kita. Jika tak disegerakan media yang sudah dijangkiti sebuah nilai akan memperberat langkah pemulihannya. Apakah di masa depan nanti akan ada antitesis budaya? Kita tidak tahu.

Media dengan perannya yang luar biasa bisa saja dibajak. Faktanya memang media memang dikendalikan oleh sebuah sistem dan negara. Kita tak bisa sembarangan menggunakan media sosial dengan konten yang kita kehendaki. Ada beberapa aturan yang tidak bisa dilanggar. Akan tetapi, kebanyakan bermedia sosial hari ini memang ada UU yang mengatur tapi menyudutkan beberapa golongan. Kenapa?

Lahirnya UU ITE beberapa waktu yang lalu banyak menimbulkan pro kontra. Entah yang katanya UU ini hanya menguntungkan pemerintah saja. Terus masyarakat yang mengkritik di kanal dunia maya akan dikenakan sanksi. Layaknya di represif. Atau kritis dengan kebijakan lalu menuangkan ide pikirannya akan dipersekusi. Nah, inilah media massa hari ini.

Kasus yang terjadi pada seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta yang ditangkap oleh kepolisian karena mengkritik Presiden Jokowi. Diterangkan kalau dia mengkritik di media sosial yang muatannya ujaran kebencian. Sangat disayangkan karena mencederai demokrasi yang digadang-gadangkan oleh negeri ini. Pemuda ini ternyata hanya mengkritik kebijakan presiden Jokowi yang dianggap hanya mementingkan investasi dibandingkan kepentingan masyarakat.

Dia hanya menyalurkan kegelisahanya tapi ditangkap karena pelanggaran dari perlakuannya yang bertujuan untuk menyalurkan kritisisasi melalui media sosial. Bisa kita lihat media juga memang pada dasarnya dikendalikan.

Apa yang bisa kita simpulkan? Media sosial hari ini memang sekuler. Tidak ada nilai moral dan agama sebagai landasan bermedia sosial.

Apakah ada postingan yang tidak menunjukkan perilaku tidak pantas di media sosial? Pasti ada dan itu tidak sedikit. Namun moral itu dinilai relatif jadi tidak ada jaminan perilaku amoral yang kita anggap tak pantas bisa beralih netral. Atau apakah ada wewenang untuk menasehati antar sesama di media sosial? Tidak. Sebab, media ini bias karena ada nilai sekuler itu sendiri. Maka saling menasehati kebaikan bisa berujung pertengkaran karena mengganggu privasi orang.

Sebagai pengguna aplikasi Twitter, saya dan mungkin Anda juga telah menemukan sering sekali warga Tweet sering ‘war’ antar sesama. Trending-nya pun kalau setiap malam minggu ada peringkat ‘open bo’ (silahkan cari sendiri apa itu). Baik kah jika dikonsumsi oleh generasi muda hari ini? Saya pribadi menyuarakan tidak. Namun, bagi mereka yang menyenangi hal tersebut, mungkin akan berpendapat lain. Malahan algoritma media sosial akan berpihak pada penggunanya.

Dilihat dari mana pun, bukankah pemuda sekarang dilemahkan? Meskipun akan ada anak muda yang membanggakan namun tampilan generasi hari ini lebih banyak diarahkan kepada penurunan. Padahal perannya bisa dikembangkan. Dari peran pemuda yang kritis, peduli sekitar, agen perubahan, sosial kontrol, dan iron stock. Contohnya pemuda mental illnes, konsumtif akut, kehilangan jati diri bangsa, penyimpangan seksual, dan lemah mengkritisi keadaan yang seharusnya difilter.

Media sosial sangat berperan dalam penyebaran informasi bagi masyarakat luas. Sejak awal dibangun, sosial media diperuntukkan sebagai wadah bagi para penggunanya agar dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan bertukar informasi dan ide di komunitas dan jejaring virtual (disnakertrans.ntbprov.go.id).

Dengan peran media sosial ini anak muda bisa memanfaatkannya untuk keuntungan bersama. Mulai dari sekarang melihat realitas media global. Aware adalah langkah awal untuk meng-konstruksi ulang kualitas dalam ber-media sosial. Mari, generasi muda bisa meng-kondisikan ulang agar sosial media bisa menjadi ideal yang dapat berlandaskan nilai-nilai moral dan spiritual.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image