Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Septya Martyaningsih

KONFLIK SOSIAL NOVEL

Sastra | Saturday, 06 Aug 2022, 07:36 WIB

Judul Buku : PASAR

Penulis : Kuntowijoyo

Penerbit : DIVA Press

Tahun terbit : 2017

Tebal : 378 halaman

gambar novel "PASAR". dokumen pribadi

Novel Pasar mengkaji tentang perubahan sosial masyarakat di kecamatan. Adanya perubahan sosial ini menimbulkan konflik antar tokoh. Konflik-konflik tersebut antara lain dialami oleh perwakilan kelas pertanian Priyayi (Pak Mantri), Cilik (Paijo), birokrat (Camat dan Kapolri), dan pedagang kapitalis (Kasan Ngali). Konflik sosial yang dialami tokoh-tokoh dalam novel tersebut dikemas dengan kata-kata segar dan jenaka tentang isu-isu kunci yang diangkat Kuntwijoyo dalam karyanya.

Cerita dimulai dengan pengenalan tokoh Mantri, tokoh utama novel ini. Pak Mantri adalah seorang lelaki tua yang bertanggung jawab atas pasar atau mantri pasar di Kecamatan Pasar Gemoron. Novel tersebut menggambarkan pak mantri berusia lebih dari 60 tahun.

Satu-satunya hiburan pak Mantri, hidup sendiri di hari tua, adalah burung peliharaan, kura-kura merpati, kalkun, dan merpati, yang bebas terbang di sekitar pasar. Pak Mantri bertugas memungut karcis (sebagai pajak) dari semua pedagang yang berjualan di pasar, sebagai petugas kebersihan pasar, dan dibantu oleh Paijo, yang merawatnya, dalam menjalankan tugasnya. Burung peliharaan. Perselisihan bermula ketika seorang pedagang pasar menolak membayar karcis pasar.

Para pedagang kesal saat merasa tersakiti oleh perilaku merpati yang berkeliaran di pasar. Merpati sering memakan pakan yang mereka jual. Mereka mulai membenci burung merpati, bahkan ada yang berani membunuhnya. Hal ini membuat Pak Mantri marah, terhina dan terluka. Kesedihan Pak Mantri diperparah saat mantan pegawai Bank pasar kesayangannya, Zaitun, juga membenci burung merpati. Bank pasar telah ditinggalkan dan tidak ada penyelamat. Burung merpati juga diduga menjadi penyebabnya.

Orang-orang di pasar tidak dapat diselamatkan karena keuntungan mereka telah dimakan oleh merpati. Itu bukan satu-satunya masalah. Kaya Kasan Gali yang memiliki toko di depan pasar memanfaatkan situasi ini dengan membangun pasar baru di halaman rumahnya dan menyewakan bank. Tidak ada tiket di Pasar Kasan Ngali juga. Hal ini akhirnya menyebabkan pedagang pasar pindah ke pasar Kasan Ngali. Situasi ini membuat Pak Mantri semakin marah. Konflik tersebut kemudian berkembang dengan melibatkan pihak lain (Camat, Kasan Ngali) dalam lingkup masalah yang lebih luas, yang berdampak pada masalah sosial ekonomi, politik dan budaya dengan sendirinya. Namun, kemarahan Pak Mantri membuat Pak Mantri berpikir. Pak Mantri mencoba menyelesaikan masalah berdasarkan nilai-nilai Jawa yang selalu dia yakini. Menumbuhkan emosi dan pikiran untuk memecahkan masalah dan menang dari konflik dengan bawahan Anda Paijo.

Pak Mantri, orang Jawa dari golongan Priyai. Sebagai seorang perawat pasar yang juga PNS Jawa, ia berusaha menjalankan tugasnya berdasarkan nilai-nilai Jawa yang diyakininya. Hal ini terlihat dari sikapnya dalam menghadapi masalah dan nasehat yang sering ia berikan kepada anak buahnya, sang market taker Paijo. Ya, sebagai seseorang yang memiliki jabatan, terkadang dia tampak lebih suka memerintah, dan dia mudah marah ketika penguasa tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Dia melakukannya hanya karena tanggung jawabnya atas pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Sikap Pak Mantri ini bertentangan dengan tokoh Kasan Ngali, orang Jawa dari kelas pedagang kapitalis.

Kasan Ngali telah terbawa dan hanyut oleh arus perubahan. Sebagai orang Jawa, ia tidak lagi memegang teguh nilainilai Jawa. Kasan Ngali bersifat serakah. Sebagai pedagang, Kasan Ngali suka menimbun barang untuk kemudian dijual dengan harga tinggi pada musim paceklik. Dia sudah kaya, tetapi tidak pernah puas dengan kekayaan yang dia miliki.

Di rumah, dia menikah dan bercerai berulang kali. Dia tidak memikirkan orang lain, dia hanya memikirkan kepentingannya sebanyak mungkin. Mengingat tindakan Kasan Ngali untuk mendirikan pasar dan bank kredit baru, Pak Mantri tidak mau marah atau menghadapi Kasan Ngali.

Bagi Pak Mantri, amarah tentu menjungkirbalikkan namanya sendiri. Kasan Ngali selalu terburu-buru. Kasan Gari tidak pernah berpikir dua kali untuk menuruti keinginannya. Bahkan jika itu benar-benar perlu dibenarkan. Asalkan apa yang diinginkannya cepat tercapai.

Untuk mengendalikan orang-orang di pasar, ia mendirikan pasar baru dan mendirikan bank kredit. Dia membeli mobil dan sebagainya untuk mendapatkan buah zaitun. Akhirnya ia justru mengalami kerugian dan bangkrut sementara apa yang diinginkannya tidak terjadi.

Di tengah gelombang perubahan sosial yang begitu pesat, Pak Mantri tetap memiliki sikap yang luhur. Ia selalu berusaha menjalani hidupnya dengan segala sifat dan sifat Tuhan yang paling mulia. Park Mantri mengutamakan kejujuran dan kesetiaan dalam memenuhi kewajibannya. Ia juga tidak ingin berprasangka buruk terhadap orang lain.

Jangan membenci orang lain, karena kesalahan ada pada tindakan, bukan pada orangnya. Ketika Kasan Ngali jatuh, dia tidak menunjukkan kegembiraan. Sebagai orang Jawa, tidak baik Park Mantri menertawakan kesialan orang lain. Padahal, Kasan Ngali sudah sangat jelas memiliki sifat buruk.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image