Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Kajian Islam: ETIKA BERGAUL DI DUNIA KERJA

Eduaksi | 2022-03-31 17:06:54
Gambar Ilustrasi

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Segala Puja serta puji hanya milik Allah Rabb semesta alam, yang menurunkan Al-Qur'an yang mulia sebagai Hujjah (petunjuk) dan peringatan bagi seluruh makhluk dari kalangan jin dan manusia, semoga shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi wa Sallam sebagai utusan Allah dan manusia sempurna rohani dan akalnya, tinggi kedudukannya, mulia budi pekerti dan akhlaknya sehingga ucapan dan tindakan beliau menjadi panutan dan suri tauladan.

Ucapan yang sebenar-benarnya adalah Kitabulloh, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallohu' Alaihi wa Sallam , seburuk-buruk perkara adalah “ Muhdatsaat “ (Hal baru dalam agama yang diadakan tanpa petunjuk sebelumnya dari Allah atau Nabi), dan setiap “ Muhdatsaat “ adalah Bid'ah, setiap Bid'ah adalah kesesatan sedang setiap kesesatan berakhir ke Naar (Neraka) “. (Shohih, Muslih III:11). Amma Ba'du .

*“ETIKA BERGAUL DI DUNIA KERJA”*

*URGENSI PEMBAHASAN ETIKA BERGAUL DALAM DUNIA KERJA*

Adab bergaul dengan manusia merupakan bagian dari Akhlakul Karimah (Akhlak yang mulia) yang merupakan bagian dari ajaran Agama Islam. Bahkan Nabi Muhammad Shallallohu’ Alaihi wa Sallam diutus untuk menyempurnakan Akhlak manusia, dan beliaupun seorang manusia yang berakhlak mulia. “Dan sesungguhnya engkau berada atas akhlak yang agung”. (QS. Al-Qalam : 4) “Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Imran : 134) Dan kita diperintahkan untuk mengikuti beliau, taat kepadanya dan menjadikannya sebagai teladan dan menjadikannya sebagai contoh dalam hidup. “Sungguh telah ada pada diri Rasululloh contoh teladan yang baik”. (QS. Al-Ahzab : 21).

Rasululloh Shallallohu’ Alaihi wa Sallam bersabda “Bertakwalah engkau dimanapun engkau berada. Sertailah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik”. (HR. Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih).

Rasululloh Shallallohu' Alaihi wa Sallam mengatakan: “Seutama-utama amalan shaleh, antara lain agar tak melemparkan kegembiraan saudaramu yang percaya”. (HR Ibnu Abi Ad Dunya dan di hasankan oleh Syaikh Muhadist Al-Albani Rahimahulloh dalam Shahih Jami'ush Shaghir No.1096). Adab bergaul ini sangat perlu kita pelajari dan kita amalkan, agar kita mengetahui begaiamana adab terhadap orang tua, terhadap istri kita, istri terhadap suami, adab terhadap teman sekerja atau atasan terhadap bawahan dan perusahaan terhadap karyawannya.

*MOTIVASI DALAM BERGAUL*

Faktor yang mendorong seorang muslim dalam bergaul dengan orang lain adalah semata-mata dalam rangka mencari ridho Allah Azza wa Jalla. Begitulah seharushnya, bukan sebaliknya yaitu bertujuan tidak dalam rangka mencari ridho Alloh Azza wa Jalla . Bisa saja seorang muslim berinteraksi dengan sesamanya dengan tujuan keduniaan semata. Seseorang mau akrab, menjalin hubungan karena adanya keuntungan yang didapatnya dari orang lain. Manakala keuntungan itu tidak didapat lagi, maka ia akan berubah menjadi tidak mau kenal dan akrab lagi. Al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahulloh(Ulama Ahlul Sunnah Wal Jama'ah abad ke 12 M) menjelaskan dalam kitab Zaadul Ma'ad juz ke 4 hal 249 : “Diantara kecintaan sesama manusia ada yang disebut mahabbatun linaili gharadlin minal mahbub yaitu “suatu kecintaan untuk mencapai tujuan dari yang dicintai. Bisa jadi tujuan yang ingin ia dapatkan dari kedudukan orang tersebut seperti hartanya atau jabatan tertentu atau untuk tujuan tertentu. Maka yang demikian itu disebut cinta karena tendensi. Atau karena ada tujuan yang ingin dicapai, kemudian kecintaan itu akan lenyap pula seiring dengan lenyapnya tujuan tadi. Karena sesungguhnya siapa saja yang mencintai kamu karena adanya suatu keperluan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh(Ulama Ahlul Sunnah Wal Jama'ah abad ke 12 M) menjelaskan dalam Majmu' Fatawa juz 10 tentang kecintaan bukan karena Alloh Azza wa Jalla beliau berkata: “Jiwa manusia itu telah diberi naluri oleh Alloh untuk mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, namun pada hakekatnya hal itu sebagai kecintaan kepada kebaikan, bukan kepada orang yang berbuat baik. Jika orang yang berbuat baik itu memperbaikinya atau perbuatan baik, maka kecintaannya akan melemah, bahkan bisa berbalik menjadi suatu kebencian. Maka cinta yang demikian itu bukan karena Alloh Azza wa Jalla. Barangsiapa yang mencintai orang lain karena dia telah memberi sesuatu kepadanya, maka semata-mata dia cinta untuk mempersembahkan, bukan cinta untuk yang memberi, yang termasuk untuk mengikuti hawa nafsu. Karena pada hakikatnya dia mencintai orang lain untuk mendapatkan manfaat darinya, atau agar terhindar dari bahaya. begitulah umumnya manusia saling mencintai dengan sesamanya. Yang demikian itu tidak akan diberi pahala di akhirat dan tidak akan memberi manfaat bagi mereka. Bahkan bisa jadi hal itu akan mengakibatkan terjerumus kepada sifat kemunafikan. Maka di akhirat nanti mereka akan menjadi bermusuhan antara satu sama lainnya, kecuali orang-orang yang bertakwa”. Ucapan beliau sesuai dengan firman Alloh Azza wa Jalladalam surat Az-Zukhruf: 67 artinya: “Teman-teman akrab yang pada hari itu (di akhirat) sebagiannya akan menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa”. Adapun orang-orang yang bertakwa persahabatan mereka akan langgeng di akhirat nanti karena di dasari oleh kecintaan karena Allah Azza wa Jalla , bukan berdasarkan ambisi untuk mendapatkan kekuasaan, harta dan sebagainya dengan tidak memperdulikan apakah cara mereka di ridhoi Allah Azza wa Jalla, sesuai dengan aturan-aturan Islam atau tidak). Bisa jadi hari ini menjadi sahabat karena ada kepentingan yang sama, lusa akan menjadi musuh karena tidak ada kepentingan yang sama.

*ETIKA BERGAUL YANG DIRIDHOI ALLOH DALAM DUNIA KERJA (SESUAI DENGAN FITRAH MANUSIA)*

-) Manusia suka kepada orang yang memberikan perhatian kepada orang lain, diantaranya mengucapkan salam dan menanyakan kabarnya, menegoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka selama tidak melewati batas-batas syar’i hendaklah kita berusaha menampakan perhatian kepada orang lain. Apalagi sapaan seorang atasan terhadap bawahannya bisa menjadi contoh yang baik, dan dapat menghasilkan sebuah tim kerja yang efektif.

-) Manusia suka kepada orang yang mau mendengar ucapan mereka, kita jangan ingin ucapan kita saja yang ingin di dengar, tanpa bersedia mendengar ucapan orang lain. Contohnya ketika teman kantor kita berbicara salah, maka kita harusnya jangan memotong langsung, apalagi membatantahnya dengan kasar. Kita dengarkan dahulu pembicaraannya hingga selesai, kemudian kita jelaskan kesalahannya dengan baik.

-) Manusia suka kepada orang yang menjauhi debat kusir, seringkali kita menemukan kebenaran yang kita yakini, timbul keinginan untuk mendebat rekan kerja yang masih berpahaman keliru. Bahkan berusaha memancing rekan kerja untuk berdebat ketika mengetahui pemahamannya berbeda dengan kita. Padahal manusia tidak suka kepada orang-orang yang sedikit-sedikit inginnya berdebat. Manusia tidak suka orang yang berdiskusi dengan Hararah (dengan panas). Karena umumnya orang yang hidup dengan latar belakang dan pemahaman yang berbeda.

-) Manusia suka kepada orang yang memberikan penghargaan dan prestasi kepada orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita sendiri, jangan kita lakukan kepada orang tersebut. Bentuk-bentuk sikap tidak hormat dan pelecahan, harus kita kenali dan kita hindari. Karyawan satu sama lain saling berinteraksi, maka barangsiapa diantara karyawan yang ingin agar rekan kerja lainnya memperlakukan dia menurut apa yang dia sukai dan sempurna, maka hal ini akan menyusahkan dan memberatkan dirinya. Jadi jika menginginkan orang lain tidak menyakiti kita, memperlakukan kita menurut apa yang kita sukai dan tidak siap untuk menerima sebaliknya, maka kita akan merasa susah dan banyak mengalami kekecewaan.

-) Manusia suka kepada orang yang memberi kecempatan kepada orang lain untuk maju. Sebagai seorang muslim seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil dan mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluriah manusia tidak suka jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Di lingkungan kerja sesama rekan kerja harus saling mendukung dan saling memberikan kesempatan dan peluang kepada rekan kerja lain untuk berkembang dan maju, ini akan berdampak sangat baik dalam pengembangan SDM. Berbeda dengan orang yang dengki karena ini akan berdampak pada sikap saling memboikot.

-) Manusia suka kepada orang yang tahu berterima kasih atau suka membalas kebaikan, hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari rekan kerja jika kita berbuat baik kepadanya. Akan tetapi hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.

-) Manusia suka kepada orang yang memperbaiki kesalahan orang lain tanpa melukai perasaannya. Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan kata-kata yang tidak menyakiti perasaan orang lain dan tetap sampai kepada tujuan yang diinginkan. Sikap tidak menghargai dan melecehkan hasil kerja rekan kita akan membantunya tidak bersemangat dalam memperbaiki kesalahannya dan bahkan cenderung lari dari tanggung jawab.

Sekian, Semoga Risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Barokallohu’ Fiik (Semoga Alloh berikan barokah-Nya kepada Kalian), Wallohu’ Ta’ala A’lam bish Showab. Subhanakallohumma’ Wabihamdiika, Waashadu’alla illahailla ‘anta Astaqfiruka Wa’atubuhu’ ilaa’ika, Walhamdulillahirobbil Alamien.

Bekasi, Jawa Barat, Jelang Shaum Ramadhan, 30 Maret 2022 M

Dibuat oleh :

Orang yang mengharap ampunan dan ridha Rabb-Nya,

*Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd, I, M.MPd* حفظه الله

(Alumni dan Aktivis 212, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat)

SEORANG HAMBA YANG MENGHARAP RIDHO RABBNYA

*Bagi Yang Ingin tau Tulisan tentang Shaum/Puasa Karena tinggal beberapa hari lagi Silahkan Buka Info ini:*

1. https://oase.chanelmuslim.com/adab-jelang-berbuka-puasa-1518/

2. https://oase.chanelmuslim.com/kajian-ramadhan-saudaraku-muslim-carilah-bekal-akhiratmu-di-bulan-yang-penuh-berkah-1220/

3. https://retizen.republika.co.id/posts/79913/kajian-ramadhan-saudaraku-muslim-carilah-bekal-akhiratmu

4. https://retizen.republika.co.id/posts/74760/saudaraku-muslim-sebelum-ramadhan-tiba-bayar-utang-puasamu

5. https://www.remajaperubahan.com/2020/04/shaum-totalitas-takwa-dan-jaminan-allah.html?m=1

Penulis (Abu Fayadh) mengucapkan *Marhaban Ya Ramadhan Ya Syahrul Syiyam...* AHADUN AHAD ALLOHU AKBAR Isy Kariman Aw Mut Syahidan (Hidup Mulia Atau Mati Syahid). BAROKALLOHU FIIKUM

Marhaban Ya Ramadhan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image