Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Mengantre Di Plang Perlintasan Kereta

Gaya Hidup | 2022-03-19 14:10:52
Ilustrasi antrean di plang kereta (sumber foto: Republika Online)

Setiap berada di perlintasan kereta api, saya selalu mendapati ruas jalan selalu penuh oleh pengguna kendaraan. Jadi bukan hanya ruas kiri yang diisi. Bahkan ruas kanan juga penuh.

Hal ini saya jumpai di daerah mana pun. Daerah saya main itu di Jakarta dari Tanah Abang hingga Tanjung Barat. Juga Rangkasitung hingga Tanah Abang. Nah, setiap lewat perlintasan kereta api di daerah itu selalu saya temui kondisi yang saya sebut di atas.

Mungkin pembaca pernah melihat hal yang lebih ekstrem lagi. Misalnya ada pengendara yang nekat melintas meskipun plang sudah turun. Atau melihat yang lebih tragis dari itu. Ya mungkin saja orang yang nekat tadi saat melintas berbarengan dengan kereta yang juga melintas. Akibatnya...kita bisa membayangkan. Nauzubillah...semoga tidak terjadi hal yang demikian.

Memang luar biasa masalah kedisiplinan di masyarakat kita. Ketidakdisiplinan ini semakin terlihat di perlintasan kereta api. Di seberang sini penuh, di seberang sana pun penuh. Dapat dibayangkan kondisinya seketika plang dibuka. Bakalan bertabrakan. Akan saling berhadapan.

Saat plang dibuka, pengguna jalan layaknya dua pasukan tempur yang kalap bertemu di medan peran. Seperti menunggang kuda, para prajurit (pegguna jalan) itu saling bersicepat mencapai seberang sana. Urraaaa....

Padahal, formasi seperti itu bisa saja membahayakan. Bisa jadi tabrakan dengan pengguna jalan yang di seberangnya. atau bisa juga nabrak pengguna di depannya lantaran jarak yang begitu padat. Padahal, buru-buru, bisa membuat yang pengennya cepat malah jadi semakin lama, lho.

Ya mungkin mereka sedang buru-buru. Ingin segera ke rumah karena mau angkat jemuran. Atau ojek online yang harus segera sampai di tempat tujuan lantaran pemesan sudah tak sabar.

Padahal kuncinya sabar. Buat apa sih buru-buru yang bisa membahayakan diri. Apalagi kalau sedang membonceng penumpang atau keluarga sendiri. Ada baiknya sangat hati-hati dan tidak perlu memaksakan diri. Kata ungkapan bijak, tak akan lari gunung dikejar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image