Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Dalam Menerima Pemberian Allah, Kehidupan Kita layaknya Tukang Parkir Kendaraan

Agama | Tuesday, 15 Mar 2022, 03:39 WIB

Entah sejak kapan mulai ada jasa tukang parkir. Satu hal yang jelas, keberadaan mereka membantu para pengendara roda dua maupun roda empat. Selain menyediakan tempat parkir, keberadaan mereka juga turut menjaga keamanan kendaraan ketika disimpan di tempat parkir.

Jasa parkir yang dulunya dianggap pelayanan jasa biasa, kini telah berubah menjadi salah satu sumber pendapatan pemerintahan daerah. Tak sedikit pula, pihak swasta yang mendirikan perusaahaan perparkiran.

Dari hari ke hari, jumlah kendaraan semakin bertambah. Keberadaan lahan parkir dan jasa parkir akan tetap ada dan diperlukan. Di kota-kota kecil maupun kota besar, sangat jarang sekali lahan parkir yang kosong dari kendaraan.

Berbagai jenis kendaraan, mulai dari mobil biasa sampai mobil mewah berjejer di tempat parkir. Tukang parkir dengan setia menunggu dan memperhatikan setiap mobil yang masuk dan keluar. Dengan sigap ia mengarahkan mobil yang akan masuk dan keluar dari tempat parkir.

Ia merasa senang ketika lahan parkir penuh dengan kendaraan, dan ia tidak pernah merasa sedih ketika kendaraan sebagus apapun keluar dari lahan parkirnya. Ia tak pernah menghalangi pemilik kendaraan membawa kendaraannya keluar dari lahan parkirnya, semuanya sangat tergantung kepada sang pemilik kendaraan. Ia menyadari sekali, hanya mendapakan titipan kendaraan tersebut.

Merupakan satu sikap yang aneh dan nyeleneh, jika ada tukang parkir menghalangi pemilik kendaraan membawa kendaraannya keluar dari lahan parkir. Terlebih-lebih jika alasannya, ia masih betah menjaga mobil tersebut.

Jika kita analogikan dengan kehidupan, sebenarnya kehidupan kita layaknya seorang tukang parkir. Allah Yang Maha Mengatur kehidupan telah memarkirkan berbagai hal kepada kita. Ia memarkirkan ilmu, harta, pangkat, jabatan, istri, anak, bahkan Ia memarkirkan tubuh lengkap dengan nyawanya.

Tugas kita layaknya tukang parkir, menjaga apapun yang Allah parkirkan kepada kita. Sebaik mungkin kita harus menjaganya. Kita tak boleh menggunakannya untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan kemauan-Nya.

Sayangnya kita sering menjadi “Tukang Parkir” yang tidak setia. Kita sering menggunakan apapun yang Allah parkirkan di diri kita menyimpang dari amanah Pemilik-Nya. Nikmat yang Ia berikan terkadang kita gunakan untuk melawan perintah Pemberi-Nya.

Kita sering memutarbalikan keadaan. Ketika diperintah memberikan sebagian dari nikmat yang diparkirkan di diri kita, baik ilmu maupun harta, kita malah menahannya. Sebaliknya, jika diperintah untuk menahan nikmat yang diparkirkan di diri kita, baik ilmu maupun harta, kita malah mengeluarkannya.

Ketika kita diperintah untuk mengeluarkan zakat dan sedekah, kita menahannya. Sebaliknya ketika dilarang mengeluarkan harta kita untuk melakukan perbuatan maksiat kepada-Nya, kita malah melakukan-Nya.

Ketika kita dianjurkan untuk bangun di sepertiga malam, memperbanyak shalat, zikir, dan istighfar, kita malah nyenyak tertidur. Sebaliknya, ketika kita dianjurkan untuk segera tidur selepas shalat Isya agar bisa bangun pada sepertiga malam dan tidak kesiangan salat subuh, kita malah begadang, tidak tidur semalaman tanpa ada kepentingan apapun, selain untuk bersenang-senang.

Kita pun terkadang tak mau menerima segala sesuatu yang Allah parkirkan di diri kita, manakala tak sesuai dengan keinginan. Kita menjadi “tukang parkir yang picik”. Hanya mau menerima “kendaraan” yang bagus dan mewah, tak mau menerima “kendaraan” yang jelek.

Kita hanya ingin menerima parkir nikmat kesenangan saja, merasa bangga memiliki dan memamerkannya. Sementara jika musibah, kesempitan hidup yang Allah parkirkan, terkadang hati kita berontak, menolak, bahkan putus asa dan berburuk sangka kepada Allah.

Ketika Allah mengambil segala hal yang Ia parkirkan di diri kita, perasaan tidak rela dalam melepaskannya sering menguasai diri. Kita tak tahu malu, terkadang protes dan marah kepada Allah karena Ia telah mengambil segala hal yang sudah lama Ia parkirkan di diri kita.

Selayaknya kita menjadi “Tukang Parkir” sejati dan setia. Kita harus rela menerima apapun yang Allah parkirkan di diri kita. Ia berhak memarkirkan apapun di diri kita, dan suatu saat Ia pun berhak mengambil-Nya, tanpa harus memberitahu kepada kita terlebih dahulu. Bagaimanapun keadaannya, kita harus rela melepaskannya.

Kerelaan menerima segala sesuatu yang Allah parkirkan di diri kita disebut qana’ah. Sementara kerelaan melepaskan kepergian segala sesuatu yang Allah parkirkan di diri kita disebut istirja’, mengembalikan segalanya kepada Allah Pemilik semesta alam.

Orang-orang yang memiliki sikap qanaah dan istirja’ merupakan orang-orang yang akan diberi ketenangan dalam menjalani kehidupannya. Ia akan senantiasa bersyukur karena telah dipercaya Allah menjadi “tempat parkir” sebagian karunia-Nya.

Selain itu, ia pun akan menjadi orang yang sabar, tunduk akan keputusan-Nya, manakala Allah mengambil segala sesuatu yang Ia parkirkan di dirinya. Jangankan harta, jiwa, raga, dan nyawa, semuanya milik Allah. Ia menyerahkan semuanya kepada -Nya, sebagaimana janji yang sering ia ucapkan ketika melaksanakan ibadah shalat, “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup, dan matiku, milik Allah, Penguasa, dan Pengatur alam raya.”

Kita harus sering menyadarkan diri, kita ini hanyalah hamba Allah, layaknya tukang parkir yang diberi tugas untuk menjaga kendaraan yang diparkir di tempatnya bertugas. Tak boleh menolak kendaraan yang datang, dan tak boleh menahan kendaraan yang pergi diambil pemiliknya. Tugas kita hanya satu, melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya, dan kita akan mendapatkan imbalan dari pekerjaan yang kita lakukan.

Tugas kita sebagai “tukang parkir” di dunia ini adalah menjaga dan menggunakan nikmat Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tak boleh menolak apapun kemauan Allah, termasuk ketika Ia mengambil nikmat-Nya yang Ia parkir di diri kita. Kembalikan semuanya kepada-Nya diiringi sikap tawakal dan sabar.

“ (Orang-orang yang sabar) yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengatakan ‘innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)” (Q. S. al Baqarah : 156).

Ilustrasi : Tukang Parkir (sumber gambar : www.hipwee.com)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image