Bermain atau Melalaikan? Mobile Legends dalam Perspektif Islam
Agama | 2025-12-31 12:28:23
Saya mula-mula mengenal Mobile Legends sebagai bentuk hiburan yang santai. Satu atau dua pertandingan setelah melakukan aktivitas sehari-hari terasa menyegarkan, melepas lelah, dan memberikan rasa kompetisi yang menyenangkan. Namun, saya mulai menyadari bahwa permainan ini tidak lagi hanya menjadi pengisi waktu. dia perlahan-lahan menjadi bagian dari rutinitas, memengaruhi waktu tidur, bahkan mengubah emosi saya.
Notifikasi “peringkat turun” sering kali lebih mengganggu dibandingkan pengingat waktu. Dari sini saya mulai merenungkan: apakah saya sedang bermain, atau malah permainan yang mengendalikan saya?Saat ini, Mobile Legends bukan semata-mata sebuah permainan. dia telah menjadi sebuah fenomena dalam masyarakat. Sistem peringkat, sasaran kemenangan, dan dorongan untuk terus bermain membuat banyak pemain, termasuk saya, merasa selalu butuh "satu pertandingan lagi". Tanpa disadari, satu permainan beralih pada permainan lainnya, hingga waktu berlalu begitu cepat.
Dalam Islam, hiburan bukanlah hal yang dilarang. Bermain dan bersantai bagian dari kodrat manusia. Namun, Islam juga menganggap waktu sebagai amanah. Setiap detik bernilai dan akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, masalah seputar Mobile Legends bukan terletak pada permainannya, tetapi pada dampaknya terhadap kesadaran dan tanggung jawab kita.Saya mulai merasakan ada yang tidak beres ketika bermain tidak lagi menyenangkan, tetapi lebih kepada emosi. Kekalahan membuat saya frustrasi, sedangkan kemenangan memicu keinginan untuk terus bermain.
Dalam keadaan ini, hiburan perlahan-lahan berubah menjadi pengabaian. Bukan karena permainan itu haram, tetapi karena kemampuan mengendalikan diri mulai menurun.Fenomena ini makin terlihat jelas ketika menyaksikan dan kadang mengalami langsung budaya "toxic" dalam permainan. Kata-kata kasar, naiknya nada suara, dan umpatan terasa mudah terucap, seolah layar ponsel menghilangkan rasa tanggung jawab moral. Padahal, dalam ajaran Islam, etika dan kontrol lisan tidak mengenal batas ruang, termasuk di dunia maya.Islam mengajarkan prinsip keseimbangan.
Apa pun yang berlebihan, meskipun awalnya tidak berbahaya, dapat membawa dampak negatif. Berapa lama seseorang bermain game tidak menjadi ukuran, tetapi apa yang terkorbankan akibatnya menjadi hal yang lebih penting. Ketika waktu untuk beribadah ditunda, pekerjaan diabaikan, atau emosi menjadi tidak teratur, maka hiburan itu sudah melampaui batas yang wajar.Meskipun demikian, Mobile Legends juga memiliki sisi positif. Saya belajar bahwa permainan ini mengedepankan kerja sama tim, strategi, dan komunikasi.
Nilai-nilai ini sejalan dengan ajaran Islam mengenai kebersamaan dan musyawarah. Sayangnya, aspek positif ini sering kali tersisihkan ketika fokus bermain beralih menjadi obsesi untuk menang.Dari sudut pandang Islam, teknologi hanyalah sebuah alat. dia tidak memiliki moralitas atau niat. Apakah itu baik atau buruk tergantung pada orang yang menggunakannya. Maka, pertanyaan yang lebih jujur bukanlah “apakah Mobile Legends diperbolehkan? ”, melainkan apakah saya masih bisa mengendalikan permainan, atau apakah permainan yang mengendalikan saya?
Ketika bermain masih dapat dihentikan dengan sadar, tidak mengganggu kewajiban, dan tidak merusak akhlak, maka itu tetap dalam batas hiburan yang wajar. Namun, jika azan mulai terasa seperti gangguan, dan emosi lebih dipengaruhi oleh layar daripada akal sehat, saat itulah waktu untuk merenung diperlukan.pada zaman digital ini, tantangan terbesar bukanlah kekurangan aktivitas, melainkan kelebihan gangguan.
Mobile Legends hanyalah satu contoh bagaimana sesuatu yang tampak sepele dapat menguji disiplin dan prioritas hidup kita.Islam tidak melarang manusia menikmati kehidupan duniawi. Namun, dia mengingatkan agar manusia tetap menguasai diri mereka. Bermain itu boleh, bersenang-senang pun wajar, tetapi kesadaran dan kontrol diri tetap menjadi yang utama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
