Blok M, Ruang Publik yang Tetap Hidup
Gaya Hidup | 2025-12-29 22:16:23
Di tengah kota yang terus berkembang cepat, banyak ruang publik kehilangan fungsinya sebagai tempat untuk bertemu dan berinteraksi. Banyak pusat perbelanjaan berubah wujud, kafe berganti tangan, dan ruang terbuka semakin terbatas. Namun, Blok M terlihat berbeda. Kawasan ini tetap hidup, bukan hanya sebagai pusat kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai tempat kehidupan sosial yang terus digunakan oleh warganya.
Blok M tidak menawarkan kemewahan yang berlebihan. Justru, kesederhanannya itulah yang membuat kawasan ini tetap bertahan. Orang-orang datang ke sini untuk berbagai alasan : untuk sekedar nongkrong, menunggu teman, duduk-duduk, atau menikmati suasana kota. Tidak ada tekanan untuk selalu membeli atau menunjukkan diri dengan cara tertentu. Adanya Taman Literasi di kawasan ini menunjukkan bahwa Blok M menjadi ruang publik yang inklusif–tempat orang bisa membaca, berbicara, atau hanya beristirahat tanpa rasa tertekan untuk konsumsi.
Kehadiran tempat seperti Taman Literasi menunjukkan bahwa ruang publik yang hidup tidak tergantung pada bangunan mewah, melainkan pada akses dan rasa memiliki. Selama masih ada ruang untuk bertemu, berbicara, membaca, dan sekedar berhenti sejenak dari rutinitas sehari-hari, sebuah kawasan bisa tetap hidup. Blok M memberi pelajaran bahwa kota yang manusiawi adalah kota yang menyediakan ruang bagi warganya untuk hadir dan saling bertemu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
