Menjaga Arah Generasi di Tengah Era Digital
Nasihat | 2025-12-26 09:54:58
Oleh: Nisa Kholifah, M.Pd.
Derasnya arus digital di era serba daring ini tidak dapat dipungkiri telah dirasakan manfaat dan dampaknya oleh seluruh elemen masyarakat. Dampak tersebut bisa beragam, baik maupun buruk, bergantung pada cara kita menggunakannya. Berbagai aktivitas kini dapat dilakukan dengan mudah selama memiliki koneksi internet. Kita bisa berbelanja, mencari informasi, hingga menikmati hiburan hanya melalui genggaman ponsel atau komputer dengan akses internet yang memadai.
Alih-alih sekadar alat bantu, screen time kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan semua generasi, mulai dari baby boomers, generasi milenial, generasi Z, hingga generasi alfa, dengan dampak yang relatif serupa. Semua dibuat nyaman, seolah-olah gawai menjadi teman paling memahami di segala situasi, hingga akhirnya menumbuhkan ketergantungan. Menurut sejumlah penelitian, rata-rata masyarakat dunia menghabiskan sekitar enam hingga tujuh jam per hari di depan layar, yang didominasi oleh penggunaan ponsel, media sosial, dan gim. Dampaknya sangat besar jika manusia terus bergantung pada gawai. Tidak sedikit yang mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, yang kini telah menyasar berbagai kelompok usia. Kondisi ini tentu melemahkan peran manusia dalam kehidupan nyata karena terlalu disibukkan oleh dunia digital yang serba instan.
Kita pun kerap terjebak oleh algoritma media sosial yang menyajikan beragam konten sehingga membuat kita berhenti dan terus menyimaknya. Fenomena ini nyata dan sulit dihindari. Algoritma bekerja berdasarkan apa yang kita cari, tonton, dan sukai. Karena itu, konten yang muncul di beranda biasanya sejalan dengan aktivitas digital kita sebelumnya. Jika kita mampu memilih dan memilah konten yang bermanfaat, maka konten yang muncul pun akan membawa kebaikan. Namun, realitasnya kita juga terus disuguhi berita tentang kezaliman penguasa yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Jika generasi muda bersikap kritis terhadap kebijakan zalim, hal itu menjadi pertanda baik bagi kemajuan bangsa. Sebaliknya, jika sikap acuh yang mendominasi, kehancuranlah yang perlahan akan terjadi.
Barat sebagai kekuatan global juga pandai memanfaatkan arus digitalisasi ini. Generasi muda dijadikan pasar potensial sekaligus penggerak industri digital. Saat ini, tidak sedikit anak muda yang berprofesi sebagai pembuat aplikasi, kreator konten, atau influencer. Dari sana mereka memperoleh penghasilan yang bahkan terbilang besar. Hal ini mendorong banyak anak muda berlomba-lomba menjadi terkenal, karena popularitas di dunia maya sering kali sebanding dengan keuntungan materi yang diperoleh.
Masalah muncul ketika kita tidak lagi mampu mengendalikan konten yang kita konsumsi. Jika dibiarkan, hal ini akan membentuk cara pandang hidup yang keliru, yakni ide sekuler-liberal yang terus menghantam generasi saat ini. Di sinilah dibutuhkan benteng yang kokoh sebagai fondasi seluruh generasi. Benteng tersebut adalah ideologi atau cara pandang yang benar, yang bersumber dari Sang Pencipta, Allah ‘azza wa jalla. Generasi muda dengan potensi besar tidak boleh salah arah. Kerinduan akan perubahan sering kali terjebak pada solusi parsial, sehingga ketika ditawari jabatan atau kekuasaan, sebagian justru tergiur dan kehilangan arah perjuangan. Tidak sedikit aktivis yang dahulu vokal mengkritik kezaliman penguasa, namun akhirnya justru menjadi bagian dari sistem kapitalis-liberal yang mereka kecam.
Oleh karena itu, generasi muda memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan perubahan hakiki. Sebagai makhluk Allah, generasi muda dianugerahi naluri, kebutuhan jasmani, dan akal. Potensi ini harus didukung oleh lingkungan yang kondusif serta iman dan ketakwaan yang kuat. Dukungan tersebut membutuhkan sinergi seluruh elemen umat, mulai dari keluarga, masyarakat, partai politik ideologis, hingga negara. Keluarga menjadi elemen paling awal sebagai tempat penanaman nilai. Sementara itu, partai politik ideologis berperan sebagai tulang punggung pembinaan umat, termasuk generasi muda di dalamnya. Kehadiran partai ideologis penting untuk menampung dan menyalurkan sikap kritis generasi muda agar mampu mencerdaskan umat dan meningkatkan taraf berpikir masyarakat secara menyeluruh.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
