Sains Data: Mengenali UEBA Dalam Cyber Security
Teknologi | 2025-12-14 22:49:31Di era digital saat ini, pendekatan cyber security tradisional seperti firewall, antivirus, dan aturan statis tidak lagi cukup. Penyerang kini lebih canggih; mereka sering kali tidak "mendobrak" masuk, melainkan "log in" menggunakan kredensial yang dicuri. Di sinilah Sains Data mengambil peran krusial. Dengan menggabungkan kekuatan algoritma pembelajaran mesin (machine learning) dan statistik canggih, keamanan siber berevolusi menjadi lebih prediktif dan adaptif. Salah satu aplikasi paling kuat dari gabungan ini adalah UEBA (User and Entity Behavior Analytics).
Apa Itu Analisis Pemahaman Perilaku Pengguna dan Entitas (UEBA)?
UEBA adalah teknologi cyber security yang menggunakan sains data untuk menganalisis perilaku pengguna (manusia) dan entitas (mesin, server, router, atau perangkat IoT). UEBA terbagi menjadi dua, yaitu pengguna (User) sebagai karyawan, kontraktor, atau administrator sistem, dan entitas (Entity) sebagai perangkat non-manusia.
Peran Sains Data dalam UEBA
Sains data adalah mesin penggerak di balik UEBA. Tanpa sains data, kita hanya memiliki tumpukan log data yang mentah dan tidak bermakna. Sains data berperan dalam konteks berikut:
- Membangun Baseline (Garis Dasar) Perilaku
Algoritma sains data mengumpulkan data historis untuk memahami apa yang disebut "normal".
- Mendeteksi Anomali dengan Machine Learning
Setelah baseline terbentuk, algoritma Unsupervised Learning bekerja untuk mendeteksi penyimpangan.
- Risk Scoring (Penilaian Risiko)
Tidak semua anomali adalah ancaman. Sains data membantu memberikan konteks dengan sistem pembobotan (weighted scoring).
Integrasi sains data ke dalam cyber security melalui UEBA dapat memecahkan masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh aturan statis, seperti:
- Mendeteksi Insider Threats (Ancaman dari Dalam)
- Menangani Akun yang Dikompromikan
- Deteksi Serangan Zero-Day
Contoh: Studi Kasus Sederhana
Bayangkan sebuah perusahaan e-commerce, dengan sains data, sistem tidak hanya menghitung kegagalan login. Sistem melihat bahwa pengguna "X" biasanya login dengan kecepatan pengetikan tertentu, menggunakan perangkat tertentu, dan mengakses menu tertentu. Ketika peretas masuk (meski password benar), pola navigasi mereka yang "robotik" atau berbeda langsung memicu alarm anomali. Sebaliknya jika tanpa sains data, tim keamanan membuat aturan "Blokir akses setelah 5 kali gagal login". Peretas tahu ini, jadi mereka mencoba 3 kali, lalu berhenti, lalu mencoba lagi besok (serangan low-and-slow).
Tantangan
Menerapkan sains data dalam cyber security bukan tanpa tantangan. Kualitas data sangat penting model machine learning yang dilatih dengan data buruk akan menghasilkan deteksi yang buruk (Garbage In, Garbage Out). Selain itu, masalah privasi karyawan juga harus dijaga agar pengawasan tidak melanggar etika. Namun, masa depan cyber security jelas, data adalah senjata utama. Dengan memahami perilaku melalui kacamata sains data, organisasi tidak lagi hanya bereaksi terhadap serangan, tetapi dapat memprediksi dan mencegahnya sebelum kerusakan terjadi.
Kesimpulan
Integrasi sains data ke dalam cyber security, khususnya melalui pendekatan UEBA, menandai pergeseran fundamental dalam cara organisasi melindungi aset digital mereka. Kita tidak lagi dapat bergantung sepenuhnya pada tembok pertahanan statis seperti firewall atau antivirus tradisional, karena ancaman modern sering kali menyamar sebagai aktivitas yang sah. Poin-poin ini dilihat dari perubahan paradigma yang dimana cyber security telah berevolusi dari sekadar "menjaga gerbang" menjadi "memahami perilaku". Fokus beralih dari pemblokiran akses menjadi pendeteksi anomali aktivitas.
Hingga kini, sinergi antara cyber security dan sains data dapat menciptakan sistem pertahanan yang adaptif dan prediktif. Di masa depan, kemampuan sebuah organisasi untuk bertahan tidak hanya ditentukan oleh seberapa kuat tembok yang mereka bangun, tetapi seberapa cerdas mereka dalam menganalisis data perilaku di dalam sistem mereka sendiri.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
