Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asilah Sahlaa

Hanami: Menghargai Keindahan yang Sementara

Wisata | 2025-12-12 16:54:15

Hanami merupakan salah satu tradisi musim semi paling terkenal di Jepang. Secara sederhana, hanami berarti “melihat bunga”, terutama bunga sakura yang mekar pada awal musim semi. Tradisi ini bukan hanya kegiatan menikmati pemandangan, tetapi juga bagian dari budaya masyarakat Jepang yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Karena itu, hanami menjadi salah satu simbol penting yang menggambarkan hubungan masyarakat Jepang dengan alam.

Tradisi hanami memiliki sejarah panjang yang dimulai pada periode Nara (710–794 M). Pada masa itu, bunga ume atau plum lebih sering dijadikan objek penghormatan oleh kalangan bangsawan. Namun, ketika memasuki periode Heian (794–1185 M), perhatian masyarakat bergeser ke bunga sakura. Bangsawan pada masa itu sering mengadakan perjamuan di bawah pohon sakura, menulis puisi, dan menikmati keindahan alam yang singkat. Kegiatan ini kemudian menyebar ke masyarakat umum pada masa Edo, hingga akhirnya menjadi kebiasaan nasional yang terus dipertahankan sampai sekarang.

Bagi sebagian orang, hanami mungkin terlihat seperti kegiatan rekreasi biasa. Namun, bagi masyarakat Jepang, tradisi ini memiliki makna yang lebih dalam. Bunga sakura hanya mekar sekitar satu minggu, sehingga dianggap sebagai simbol ketidakkekalan dan kefanaan hidup. Karena itu, hanami mengajarkan bahwa setiap momen berharga harus dinikmati selagi ada. Pemahaman ini sejalan dengan pandangan masyarakat Jepang tentang pentingnya menghargai waktu dan keindahan yang sementara.

Pelaksanaan hanami biasanya dimulai setelah badan meteorologi Jepang mengumumkan sakura zensen, yaitu garis mekarnya bunga sakura yang bergerak dari selatan ke utara. Saat sakura mulai mekar, masyarakat akan berkumpul di taman, tepi sungai, atau halaman kuil untuk menggelar tikar, makan bersama, dan menikmati suasana musim semi. Bento, dango, dan berbagai makanan ringan menjadi pelengkap kegiatan ini. Pada malam hari, kegiatan ini disebut yozakura, yaitu menikmati sakura yang diterangi lampu, sehingga suasananya lebih tenang dan romantis.

Hanami juga memiliki peran penting sebagai sarana mempererat hubungan sosial. Banyak keluarga, teman, hingga rekan kerja memanfaatkan waktu ini untuk berkumpul dan berbagi makanan. Beberapa daerah bahkan mengadakan festival hanami dengan pertunjukan musik, penampilan seni, dan acara budaya lainnya. Selain itu, tradisi ini juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai negara yang ingin merasakan langsung suasana musim semi di Jepang.

Dari sisi pariwisata, hanami memberikan dampak ekonomi yang cukup besar. Setiap tahun, ribuan wisatawan datang ke Jepang untuk melihat sakura bermekaran. Kota-kota seperti Tokyo, Kyoto, Osaka, dan Hirosaki menjadi tujuan utama karena memiliki taman-taman yang terkenal dengan pohon sakuranya. Melalui hanami, Jepang berhasil mempertahankan budaya tradisionalnya sekaligus memperkenalkannya kepada dunia.

Secara keseluruhan, hanami bukan hanya kegiatan menikmati bunga, tetapi juga representasi nilai budaya Jepang yang menghargai alam, waktu, dan kebersamaan. Tradisi ini menjadi contoh bagaimana masyarakat Jepang menjaga hubungan dengan lingkungan sekaligus merayakan keindahan yang singkat namun bermakna. Hingga kini, hanami tetap hidup sebagai warisan budaya yang terus dijaga dan dinanti setiap musim semi tiba.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image