Demokrasi Nepal
Sejarah dunia | 2025-12-08 06:35:41Banyak orang memuja demokrasi sebagai sistem politik paling ideal, tetapi perjalanan Nepal menunjukkan sisi gelapnya. Transisi dari monarki absolut ke republik demokratis di negeri Himalaya itu tidak lahir dari meja perundingan yang tenang, melainkan dari pertumpahan darah. Lebih dari 13 ribu orang tewas dalam konflik pemerintah dan pemberontak Maois sebelum akhirnya tercapai kesepakatan damai tahun 2006. Ini bukan sekadar catatan sejarah Nepal, tetapi juga cermin bagi negara lain, termasuk Indonesia, tentang betapa mahalnya harga sebuah perubahan politik.
Pelajaran paling penting dari Nepal adalah bahwa demokrasi tidak akan berhasil jika hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan. Kunci keberhasilan transisi justru ada pada kemauan semua pihak untuk berkompromi dan bernegosiasi. Kesepakatan damai komprehensif 2006 tidak terjadi karena satu pihak menang perang, tetapi karena semua pihak sadar bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Tanpa kesediaan untuk inklusif dan berbagi kekuasaan, demokrasi hanya akan melahirkan rezim baru yang sama represifnya.
Lebih jauh, Nepal membuktikan bahwa demokrasi tidak boleh berhenti pada prosedur pemilu. Sistem baru yang lahir harus menyentuh ketidakadilan struktural dan membuka ruang bagi kelompok yang selama ini terpinggirkan perempuan, minoritas etnis, dan kasta rendah. Jika tidak, kekecewaan publik akan kembali meledak dan siklus kekerasan akan berulang.
Bagi kita, kisah Nepal adalah peringatan. Demokrasi yang berdarah bukanlah sesuatu yang patut ditiru, tetapi pelajaran keras bahwa perubahan politik harus diiringi kesabaran, dialog, dan keberanian memperluas partisipasi rakyat. Tanpa itu, demokrasi hanya akan menjadi slogan kosong yang lahir dari luka dan penderitaan.
Demikian tanggapan saya untuk memenuhi tugas individu mata kuliah pendidikan pancasila yang diampuh oleh Bapak Drs. Study Rizal LK., M.Ag sebagai dosen pendidikan pancasila Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.Nama : Anisa SalsabilaNim : 1251300150
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
