Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Claudya Joanna Abigail Hariandja

Mahasiswa Kedokteran Bersuara: Ketika Menyelamatkan Nyawa Malah Berbuah Luka

Politik | 2025-12-05 16:49:52

Belakangan ini, suasana demo di berbagai daerah Indonesia memanas. Ribuan mahasiswa turun ke jalan, menyuarakan aspirasi mereka. Namun di balik hiruk pikuk itu, ada satu cerita pilu yang jarang terdengar: tenaga kesehatan dan relawan medis justru menjadi korban kekerasan.

Ketika “Menyelamatkan Nyawa” Malah Berbuah Luka

Tim medis seharusnya menjadi pihak paling netral dalam aksi demonstrasi. Mereka hanya ingin menolong siapa pun yang terluka baik demonstran, aparat, maupun warga sekitar. Namun, beberapa kasus menunjukkan bahwa atribut medis tidak selalu memberikan perlindungan.

Contohnya, seorang mahasiswa kedokteran relawan medis di Jakarta ditangkap dan diperlakukan kasar, padahal ia jelas mengenakan identitas medis. Kasus ini memicu kemarahan publik dan gelombang solidaritas dari berbagai fakultas kedokteran di seluruh Indonesia.

Mahasiswa kedokteran kini tak lagi diam. Mereka menuntut perlindungan hukum yang lebih jelas untuk tenaga medis di lapangan.

Beberapa poin tuntutan mereka:

- Tenaga medis harus dilindungi, bukan dijadikan target.

- Perlu ada prosedur keamanan yang transparan agar relawan medis bisa bekerja tanpa rasa takut.

- Edukasi publik tentang netralitas tenaga kesehatan harus diperkuat, agar tidak ada lagi salah paham di lapangan.

Tenaga kesehatan terjun ke lapangan bukan untuk ikut politik, tapi untuk kemanusiaan. Tolong hargai tugas kami sebagai tenaga medis.

Mengapa Ini Masalah Serius? Kekerasan terhadap tenaga kesehatan bukan sekadar insiden kecil. Ada implikasi besar:

- Menghambat pelayanan darurat untuk korban.

- Menurunkan kepercayaan publik terhadap aparat dan sistem hukum.

- Membuat mahasiswa kedokteran dan tenaga kesehatan takut terjun ke lapangan di masa krisis.

Harapan untuk Perubahan

Banyak organisasi medis, termasuk Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran UI (ILUNI FKUI), mendesak pemerintah dan aparat untuk:

- Menghentikan segala bentuk intimidasi terhadap tenaga medis.

- Membuat aturan perlindungan hukum yang kuat untuk relawan medis.

- Mengajak mahasiswa kedokteran berperan aktif dalam merumuskan protokol keamanan aksi.

Pesan untuk Publik

Di tengah konflik sosial, kita harus ingat bahwa kemanusiaan selalu di atas segalanya. Relawan medis adalah “pahlawan tanpa tanda jasa” yang bekerja tanpa memandang latar belakang atau siapa yang benar dan salah. Mereka hanya punya satu tujuan: menyelamatkan nyawa.

Kesimpulan

Suara mahasiswa kedokteran ini adalah panggilan bagi kita semua: hentikan kekerasan terhadap tenaga medis. Mereka bukan musuh. Mereka ada di sana demi kemanusiaan, dan sudah seharusnya kita semua berdiri di belakang mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image