Peran Ganda Personel HSE: Penjaga Nyawa atau Sekadar Formalitas?
Kebijakan | 2025-11-14 20:16:47
Di balik megahnya pembangunan gedung, jalan, atau infrastruktur lain, ada satu hal yang sering luput dari perhatian: keselamatan kerja. Padahal, setiap proyek selalu memiliki risiko tinggi yang bisa mengancam nyawa pekerja. Di sinilah peran Health, Safety, and Environment (HSE) seharusnya menjadi garda terdepan.
Namun, realitas di lapangan sering kali berbeda. Tidak jarang, seorang personel HSE harus menjalankan peran ganda: mengawasi pekerjaan di lapangan sekaligus mengurus administrasi. Bayangkan, di satu sisi ia harus memastikan pekerja menggunakan APD dengan benar, di sisi lain ia juga dituntut menyelesaikan laporan, checklist, hingga dokumen inspeksi.
HSE yang Terjebak Formalitas
Fenomena ini bukan hal baru. Banyak proyek menghadirkan HSE hanya sebagai formalitas syarat agar proyek bisa berjalan. HSE seolah hanya “stempel” kepatuhan, bukan garda terdepan keselamatan.
Padahal, penelitian menunjukkan bahwa penerapan K3 yang hanya bersifat administratif tidak mampu menekan angka kecelakaan kerja secara signifikan (Atmaja et al., 2018). Bahkan, beban kerja berlebih pada personel HSE dapat menurunkan efektivitas pengawasan dan meningkatkan risiko kecelakaan (Wibowo & Widiyanto, 2019).
Ketika seorang HSE harus merangkap dua peran sekaligus, dampaknya nyata:
- Pengawasan lapangan tidak maksimal.
- Administrasi dikerjakan terburu-buru.
- Potensi bahaya terlewat.
- Risiko kecelakaan meningkat.
Rosento et al. (2021) menegaskan bahwa kualitas penerapan K3 berbanding lurus dengan produktivitas kerja. Artinya, jika HSE tidak bisa fokus karena peran ganda, maka bukan hanya keselamatan yang terancam, tetapi juga kinerja proyek secara keseluruhan.
Saatnya Berubah
Sudah saatnya kita berhenti memandang HSE sebagai formalitas. HSE adalah investasi. Menambah jumlah personel HSE, memisahkan fungsi pengawasan dan administrasi, serta menjadikan K3 sebagai budaya kerja akan jauh lebih menguntungkan dalam jangka panjang.
Karena pada akhirnya, proyek bisa selesai, gedung bisa berdiri, jalan bisa terbentang. Tetapi jika ada nyawa yang melayang karena kelalaian, bukankah itu harga yang terlalu mahal untuk dibayar?
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
