Lebih dari Sekadar Tren: Makna Sosial di Balik Budaya Ngopi ala Gen Z
Gaya Hidup | 2025-11-13 14:19:34
Pada era sekarang, ngopi bukan hanya tentang menyeduh pahitnya kopi hitam. Menurut riset yang saya lakukan menunjukkan hasil bahwa 7 dari 10 responden lebih menyukai kopi dengan berbagai macam campuran, seperti susu, pemanis buatan, atau creamer. Ngopi sendiri sudah menjadi bagian dari kalangan remaja, atau kerap disebut dengan Gen Z. Seiring dengan berjalannya waktu, trend mengonsumsi kopi semakin meningkat, entah karena memang rasa kopinya sendiri atau hanya sekedar fomo. Menurut Snapcart, pada tahun 2023 data pengonsumsi kopi mencapai 79% dengan ukuran sampel 4.538 responden. Kebanyakan Gen Z suka menikmati kopi di Cafe Shop, entah hanya sekedar nongkrong dengan teman, nugas, atau malah hanya untuk mengupload di sosial media mereka. Oleh karena itu, banyak sekali cafe shop yang di desain. instagramable. Kejadian tersebut memunculkan salah satu pernyataan; apakah kopi hanya akan menjadi trend sesaat, atau malah di dalam nya terkandung nilai sosial dan budaya di dalamnya?
Pada era sekarang, ngopi bukan hanya tentang menyeduh pahitnya kopi hitam. Menurut riset yang saya lakukan menunjukkan hasil bahwa 7 dari 10 responden lebih menyukai kopi dengan berbagai macam campuran, seperti susu, pemanis buatan, atau creamer. Ngopi sendiri sudah menjadi bagian dari kalangan remaja, atau kerap disebut dengan Gen Z. Seiring dengan berjalannya waktu, trend mengonsumsi kopi semakin meningkat, entah karena memang rasa kopinya sendiri atau hanya sekedar fomo. Menurut Snapcart, pada tahun 2023 data pengonsumsi kopi mencapai 79% dengan ukuran sampel 4.538 responden. Kebanyakan Gen Z suka menikmati kopi di Cafe Shop, entah hanya sekedar nongkrong dengan teman, nugas, atau malah hanya untuk mengupload di sosial media mereka. Oleh karena itu, banyak sekali cafe shop yang di desain. instagramable. Kejadian tersebut memunculkan salah satu pernyataan; apakah kopi hanya akan menjadi trend sesaat, atau malah di dalam nya terkandung nilai sosial dan budaya di dalamnya?
Kopi Sebagai Gaya Hidup
Dulu, cara orang menikmati kopi biasanya disajikaan di warung-warung sederhana dengan obrolan-obrolan santai di dalamnya. Kopi akan terasa lebih nikmat kalau ada gorengan di sampingnya, terutama gorengan yang masih hangat. Namun seiring berjalannya waktu, kopi sering di temukan di cafe dengan kemasan berlogo, dilengkapi dengan estetika supaya menarik jika diupload di media sosial. Sebagian besar Gen Z merasa dirinya “kurang gaul” kalau belum menikmati kopi di cafe kekinian. Oleh karena itu, makna ngopi berubah maknanya, dari yang hanya minuman sehari-hari, kini menjadi simbol gaya hidup modern.
Kopi Sebagai Ruang Sosial
Walaupun dipandang sebagai gaya hidup konsumtif, ngopi juga dapat membuka ruang sosial baru. Dapat dilihat pada orang yang sedang ngopi di cafe, mereka bukan hanya sekedar meminum kopi, tapi juga melakukan diskusi, mengerjakan tugas, bahkan ada pula yang membuka jejaring dengan orang lain. Di era digital seperti sekarang menyebabkan orang semakin individualis, cafe menghadiri ruang publik modern, di mana orang-orang dapat berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya suasana tersebut, kerap memunculkan ide-ide kreatif dan kolaborasi baru dikalangan remaja.
Dampak Positif dan Negatif
Fenomena ngopi memunculkan POV dari dua sisi. Pada satu sisi ia memperkuat jejaring sosial, mendukung UMKM, dan melahirkan ide-ide kreatif dalam penyajian kopi supaya berbeda dengan yang lain. Namun, di sisi lain ngopi dapat menimbulkan sikap boros dan pamer, seperti flexing di media sosial, biasanya kopi diperlihatkan sebagai ajang prestise daripada aktivitas sosial. Perbedaan ini menghasilkan pernyataan bahwa sebagian orang yang ngopi di cafe memang karena butuh, tapi ada juga yang berpendapat bahwa hal tersebut memicu adanya pemborosan.
Pada akhirnya, ngopi bukan hanya tentang kopi itu sendiri, tapi tentang ruang sosial ada terbentuk di sekitarnya. Ngopi dapat menjadi jalan untuk mempererat hubungan, melahirkan ide, dan menjaga interaksi di tengah ramainya era digital. Tetapi, semua kembali kepada diri kita sendiri, tentang bagaimana cara menilainya. Ngopi sah-sah saja jika dijadikan sebagai gaya hidup, tapi jangan melupakan maksa sosial yang ada di dalamnya. Secangkir kopi tidak hanya sebagai penghangat tubuh, tapi juga sebagai sarana untuk menambah relasi dan mengajarkan kita cara berbudaya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
