Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Adelia Daris Al Fatin

Yuk, Cegah Stunting!

Eduaksi | 2025-10-28 18:44:22
https://pngtree.com

Pernah nggak sih kalian lihat anak kecil yang tubuhnya mungil terus banyak yang bilang, “Ya wajar, bapaknya juga mini. ” Eiitss, jangan langsung percaya ya! Bisa jadi itu stunting, lho.

Apa sih STUNTING itu?

Nah, stunting itu kondisi ketika anak tumbuh lebih pendek dari seharusnya karena kekurangan gizi dalam waktu lama. Biasanya mulai terjadi sejak bayi masih dalam kandungan sampai usia dua tahun. Jadi, ini bukan cuma soal tinggi badan aja tapi juga bisa pengaruh ke kecerdasan, daya tahan tubuh, dan masa depan mereka.

Coba deh kalian bayangin kalau banyak anak Indonesia yang ngalamin ini. Dua puluh tahun lagi, sekolah bisa penuh dengan anak yang sulit fokus, tempat kerja dipenuhi generasi yang nggak siap bersaing, bahkan mimpi anak Indonesia jadi negara maju di tahun 2045 bisa terancam gagal hanya karena masalah gizi yang sebenarnya bisa dicegah dari sejak awal.

Eeiitss, tapi tenang aja! Ada kabar baik nih...

Stunting bukan akhir dari segalanya, masih banyak cara untuk anak-anak kita bisa tumbuh sehat, kuat, dan cerdas. Nggak harus dengan cara yang rumit atau juga mahal kok yang penting ada kepedulian, perhatian, dan usaha bersama.

Yuk, kita bahas sedikit cara merawat anak stunting dengan cara yang sederhana tapi punya dampak besar untuk masa depan mereka!

1. Asupan Gizi Bukan Hanya Sekedar Nasi Dan Lauk

Banyak nih orang tua yang mikir 'ah biarin aja yang penting anak kenyang' padahal, kenyang doang itu belum tentu bergizi bagi anak. Anak stunting itu membutuhkan makanan yang lengkap bukan hanya sekedar nasi dan lauk, tetapi juga membuthhkan protein, vitamin, dan juga mineral. Coba deh mulai biasakan kasih anak makan telur, ikan, tahu, tempe, atau daging ayam. Dari makanan itu, anak bisa dapat tenaga, daya tahan tubuh, dan juga nutrisi buat otaknya berkembang secara maksimal.

Tubuh anak itu ibarat tanaman yang cuman disiram tanpa dikasih pupuk, jadi tumbuhnya bakalan lambat. Begitu pun kalau gizi anak kurang, jadi anak bisa lemas dan susah berkembang. Maka dari itu mulai sekarang pastikan anak setiap hari untuk makan makanan yang bergizi. Dengan makan yang benar dan cukup, anak bisa tumbuh lebih tinggi, sehat, dan aktif seperti teman-temannya.

2. Rajin Pantau Kesehatan Anak

Kalian harus tau nih kalau anak stunting itu butuh perhatian lebih, bukan karena kasihan, tetapi mereka juga punya hak untuk tumbuh sehat dan bahagia seperti anak-anak lain. Nah salah satu cara penting yang bisa dilakukan adalah rajin untuk cek pertumbuhan anak ke posyandu. Kadang orang tua tuh ngerasa anaknya udah sehat, padahal pas di cek ternyata tinggi badannya belum naik-naik juga. Nah, di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Coba deh rutin ajak anak ke posyandu atau puskesmas buat cek pertumbuhannya, biar tahu anak tumbuhnya udah oke atau masih perlu perhatian lebih.

Di sana, orang tua bisa tahu apakah anak sudah tumbuh sesuai dengan usianya atau masih belum. Kalau hasilnya belum sesuai, orang tua nggak perlu khawatir. Petugas posyandu bakal kasih arahan mulai dari makanan sampai dengan vitamin yang dibutuhkan. Jadi, yuk biasakan untuk cek rutin ke posyandu! Yang pastinya nggak bakalan ribet kok, tapi efeknya besar buat masa depan anak.

3. Perhatian Sederhana, Dampak Luar Biasa

Kadang orang tua tuh mikir, kalau merawat anak stunting itu susah dan ribet. Padahal nggak seribet itu lho! Lewat hal-hal kecil juga justru punya pengaruh yang besar buat tumbuh kembang anak. Contohnya seperti, ngobrol dengan anak sambil makan, ngajak anak main, atau hanya sekedar memberi pelukan kepada anak ketika mereka berhasil melakukan sesuatu. Dari situlah anak bisa merasa di cintai, di hargai, dan bisa percara diri.

Nahh, perhatian kecil kayak gini punya pengaruh besar buat perkembangan otak anak. Mereka bisa tumbuh menjadu anak yang aktif dan cepat tanggap. Anak yang tumbuh dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus dari orang tuanya biasanya lebih sehat dan nggak gampang sakit, lho!! Jadi para orang tua jangan meremehkan hal-hal sepele seperti bermain bareng atau bahkan sekedar untuk ngobrol bareng. Ingat, anak yang dibesarkan dengan cinta akan tumbuh jadi pribadi yang kuat dan percaya diri. Karena sejatinya, bukan cuma makanan bergizi yang membuat mereka berkembang, tapi juga hati yang dipenuhi kasih sayang dari orang tuanya.

4. Dukungan Dari Lingkungan Sekitar

Percaya nggak sih, kadang yang bikin orang tua anak stunting itu bukan semangat dari diri sendiri, tapi juga dukungan dari lingkungan sekitar. Jadi kalau tetangga, teman, dan keluarga ikut peduli, beban yang terasa berat justru bisa jadi lebih ringan karena dukungan lingkungan sekitar.

Lingkungan yang baik pasti tidak akan memngucilkan, tapi justru malah ikut membantu. Contohnya, tetangga ngasih contoh makanan bergizi dengan bahan yang murah, ngingetin jadwal posyandu, atau bahkan sekedar ngajak ngobrol orang tua biar nggak ngerasa dikucilkan. Cuma hal sepele, tapi efeknya besar banget buat semangat keluarga yang lagi berjuang.

Jadi, dukungan lingkungan itu sebenarnya punya peran besar dalam perjalanan tumbuh kembang anak. Bukan cuma soal membantu, tapi juga soal menciptakan suasana yang penuh semangat dan harapan. Kalau lingkungan sekitar saling peduli dan saling menguatkan, keluarga pun pasti bisa lebih mudah melewati masa sulit ini.

Stunting itu bukan akhir dari segalanya...

Selama masih ada orang tua yang mau berjuang dan lingkungan yang nggak lepas tangan, anak-anak tetap punya kesempatan buat tumbuh sehat dan bahagia. Kadang yang mereka butuhkan bukan hal besar, tapi perhatian dan kasih sayang dari sekitar.

Jadi, mari sama-sama wujudkan lingkungan yang penuh kasih dan dukungan, supaya setiap anak punya kesempatan tumbuh jadi versi terbaik dari dirinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image