Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Juana dian fathonah

Mengatasi Sulit Konsentrasi pada Anak

Pendidikan dan Literasi | 2025-10-20 14:49:05
Sumber : media.nelti.com

Mengatasi Sulit Konsentrasi Pada Anak

Pendahuluan

Di zaman sekarang, banyak anak usia sekolah yang mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian atau konsentrasi. Aktivitas sekolah, tugas, hingga belajar di rumah jadi terasa berat karena mereka mudah teralihkan atau tidak bisa fokus lama.Kondisi tersebut apa penyebabnya, bagaimana tanda-tandanya, dan yang terpenting: bagaimana cara membantu anak agar bisa lebih baik dalam konsentrasi. Dengan kondisi dunia yang makin sibuk dan penuh distraksi (HP, internet, televisi, game), maka permasalahan ini jadi makin relevan untuk dibahas.

Karena kalau anak tidak bisa konsentrasi dengan baik, dampaknya tidak hanya ke hasil akademik saja seperti nilai yang menurun atau tugas yang lama selesai tetapi juga ke aspek sosial emosional: rasa frustrasi, menurunnya kepercayaan diri, bahkan bisa membuat anak jadi malas sekolah atau belajar. Dengan memahami faktor-faktor penyebab serta strategi penanganannya, kita sebagai orang tua, guru, atau pihak terkait bisa lebih tepat membantu anak untuk bangkit.

Pembahasan

Penyebab Anak Sulit Konsentrasi ada beberapa faktor yang bisa memunculkan atau memperparah masalah konsentrasi pada anak-usia sekolah. Pertama, faktor internal anak sendiri: kondisi fisik dan psikologis. Misalnya anak kurang tidur, makanannya tidak cukup bergizi atau pola makannya tidak teratur, adanya gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran atau penglihatan, serta kondisi psikologis seperti stres, kecemasan, atau gangguan perhatian. Semua ini bisa membuat anak sulit “stay” fokus di kelas.

Kedua, faktor lingkungan belajar. Lingkungan yang penuh dengan gangguan misalnya suara bising, ruangan yang tidak nyaman, pencahayaan yang kurang, atau banyak distraksi (HP, televisi, teman ngobrol) semuanya bisa merusak kemampuan anak untuk fokus. Ada beberapa metode pengajaran yang kurang variatif atau kurang menarik bisa menyebabkan anak cepat bosan atau kehilangan minat, sehingga konsentrasi menurun.

Ketiga, faktor pengajaran dan sosial pendukung. Guru atau orang tua yang belum memahami bagaimana memfasilitasi anak untuk konsentrasi juga menjadi hambatan. Misalnya jam belajar yang terlalu lama tanpa istirahat, tugas yang menumpuk tanpa pembagian yang jelas, atau kurangnya interaksi positif antara guru anak atau orang tua anak. Selain itu, jika anak merasa kurang mendapat dukungan, atau sering diinterupsi, maka mereka bisa kehilangan alur konsentrasinya.

Tanda Tanda Anak Kesulitan Konsentrasi

Menjelaskan bahwa kita bisa mengenali anak yang kesulitan konsentrasi lewat beberapa gejala: anak sering “melamun”, mudah terdistraksi, tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, sering berpindah-aktivitas sebelum selesai, atau tampak gelisah dan sulit diam ketika harus belajar. Bisa juga saat banyak materi yang diberikan di kelas, mereka tampak “mati gaya”, malas mengangkat tangan atau berdiskusi, atau hasil belajar dan tugas tugasnya sering di bawah standar kemampuan yang sebenarnya.

Strategi Mengatasi Sulit Konsentrasi adalah strategi-strategi yang bisa kita lakukan agar anak bisa meningkatkan konsentrasi. Berikut ringkasan pendeknya:

Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif: Pastikan ruang belajar anak cukup terang, tenang, bebas dari gangguan besar (seperti TV menyala, suara bising), dan sediakan alat bantu belajar yang nyaman. Membagi sesi belajar dengan istirahat rutin juga disarankan supaya anak tidak kelelahan mental.

Menjaga kondisi fisik dan psikologis anak: Pastikan anak cukup tidur (tidak begadang), makan dengan gizi seimbang, dan sehat secara fisik. Juga penting untuk memantau kondisi psikologis jika anak stres, cemas atau punya masalah lain (seperti di rumah) maka konsentrasi akan terganggu. Maka interaksi dengan anak, mendengar keluhannya, memberikan dukungan emosional sangat penting.

Metode pembelajaran yang variatif dan menarik: Guru atau orang tua perlu menggunakan metode yang tidak monoton: misalnya diskusi kelompok, penggunaan media visual, permainan edukatif, atau kegiatan yang menggerakkan anak (bukan hanya duduk diam mendengarkan). Dengan begitu, anak jadi lebih terlibat dan konsentrasi bertahan lebih lama.

Pengaturan tugas dan aktivitas sesuai kapasitas anak: Jangan terlalu banyak sekaligus tanpa pembagian waktu atau pengantar yang jelas. Break tugas besar jadi tugas kecil kecil bisa membantu. Orang tua dan guru juga bisa memberi “check-in” di tengah jalan untuk melihat progress anak, memastikan mereka tidak menyerah atau tertinggal.

Pelibatan orang tua dan komunikasi yang baik: Orang tua perlu tahu kapan anak butuh bantuan, kapan mereka punya gangguan konsentrasi, dan harus menjalin komunikasi aktif dengan guru. Kolaborasi antara guru dan orang tua memperkuat “sistem pendukung” bagi anak.

Implementasi dan Tantangan

Tentu saja, strategi tersebut perlu diterapkan dengan konsisten agar efektif. Anak sekolah bukan robot yang otomatis merespon ketika kondisi ideal; seringkali ada hambatan seperti kurangnya sarana, guru yang kewalahan, orang tua yang sibuk, atau anak yang sudah “terlanjur” terbiasa dengan distraksi tinggi.Menekankan bahwa perlu ada kesabaran dan adaptasi mulai dari perubahan kecil lalu ditingkatkan.

Mulai dengan menentukan jam belajar di rumah yang bebas gadget selama 30 menit, kemudian ditingkatkan menjadi sesi 45 menit, dengan interval istirahat 5-10 menit. Atau guru bisa membuat sesi interaktif di kelas 10 menit setelah 30 menit mengajar langsung. Orang tua bisa juga memonitor penggunaan gadget anak, atau memberi alternatif kegiatan yang lebih interaktif seperti membaca bersama, atau diskusi. Lingkungan rumah yang sibuk atau ruangan yang memang kecil dan ramai, atau anak yang sudah terbiasa multitasking dengan gadget, akan butuh usaha ekstra. Juga, guru mungkin membutuhkan pelatihan atau perubahan metode pengajaran agar lebih variatif.

Kesimpulan

Sulitnya konsentrasi pada anak usia sekolah bukan hanya masalah nakal atau malas, tetapi bisa berasal dari faktor fisik, lingkungan. Untuk membantu anak meningkatkan konsentrasi, kita perlu mengambil pendekatan yang menyeluruh mulai dari menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, memperhatikan kondisi anak secara fisik dan emosi, menggunakan metode pengajaran yang menarik, sampai melibatkan orang tua sebagai partner.Implementasi strategi tersebut harus dilakukan secara konsisten dan adaptif.Kerjasama antara guru, orang tua, dan anak sendiri sangat penting anak perlu merasa didukung, lingkungan belajar perlu kondusif, dan metode pengajaran.

Penelitian

1. Johannes Hartoto (2000). Peningkatan dan Perkembangan Anak Melalui Aktivitas Jasmani. Dirjen DIKTI.

2. Ngalim Purwanto, MP. (2000). Psikologi Pendidikan. Penerbit Remaja Rosdakarya, Jakarta

3. Niniek Soetini. (2007). Cara Meningkatkan Konsentrasi. Diambil pada tanggal 11 Juni 2008 http//surya.co.id/web/index2.php?option=com content&do pdf. dari

4. Rad Marssy (2007). Meningkatkan Daya Ingat Pada Anak. Diambil pada tanggal 23 Februari 2007 dari http://www.mailarchive.com/sukasukamu@yahoogroups .com/msg00537.html.

5. Rita Eka Izzatty, (2005) Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Depdiknas, Jakarta 2005

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image