Guru Juga Boleh Dong Menjadi Tiktoker
Eduaksi | 2025-10-14 15:38:56Ditulis oleh : Rosdiana Siregar
Tiktok sekarang menjadi sebuah wadah bagi kebanyakan orang untuk eksis di media sosial. Semua orang bisa memposting apa saja di tiktok dan postingan itu bisa menjadi hiburan, baik bagi yang mengunggahnya, maupun bagi mereka yang hanya menjadi penonton dan penikmat Tiktok.
Di waktu luang saya, saya pun menjadi salah satu penikmat Tiktok. Selain untuk belanja murah, cari-cari info tentang kesehatan, mengupdate diri dengan berita-berita di tanah air atau dunia, saya juga menikmati hiburan-hiburan lain yang ditawarkan tiktok.
Saat asyik scroll Tiktok setelah penat mengajar hari ini, tiba-tiba muncul wajah yang saya kenal.
“Lho, ini kan temanku yang juga seorang guru di sebuah sekolah! Wah, keren nih, sekarang dia jadi tiktoker. Tapi, koq postingannya bukan tentang pendidikan ya, tapi sedang live nyanyi. Suaranya bagus pula dan lumayan banyak juga viewer-nya!” Ternyata setelah beberapa lama menikmati tiktok, muncul lagi beberapa wajah yang saya kenal juga yang menjadi tiktoker. Kebetulan, mereka ini adalah guru di sekolah yang berbeda. Hmm.. sebuah fenomena yang menarik juga ya!
Kebanyakan mereka ini live di tiktok menyanyi, bukan berjualan, bukan juga mengajar. Sepertinya sedang menyalurkan hobi, sekaligus mengisi pundi-pundi pribadi secara santai dan menyenangkan. Pertanyaan yang tiba-tiba muncul adalah, kira-kira, apa ya tanggapan para murid yang mereka ampu ketika guru mereka lewat di tiktok dan sedang live menyanyi, sambil mengharapkan gift dari para penontonnya? Karena penasaran, langsung saja deh saya melakukan survei kecil-kecilan dengan menanyakan beberapa murid saya sendiri mengenai fenomena ini. Ini adalah beberapa pendapat mereka:
“Agak funny sih liat guru tiba-tiba muncul di Tiktok. Tapi enggak apa-apa juga sih, apalagi kalo dapat uang.”
“Hmm ... yang penting bukan velocity-velocity enggak jelas gitu sih, ok aja.”
“Weird! Mereka dapat uang ya dari live-live itu?”
“Aneh aja.”
“Beda banget dengan di kelas!”
Kebanyakan murid merasa lucu melihat gurunya muncul di tiktok. Mereka merasa janggal melihat guru mereka lewat di Tiktok yang mereka sedang tonton. Guru yang mereka temui di kelas, yang mengajar mereka, yang menurut mereka karakternya berbeda dengan yang mereka lihat di Tiktok. Tapi intinya sama, mereka menganggap bahwa hal itu sah-sah saja dilakukan guru mereka.
Menariknya, mereka pun punya sebuah harapan bagi para guru tiktoker ini. Mereka mengatakan bahwa asalkan bukan memposting atau live yang bertentangan dengan profesi mereka sebagai guru, itu semua sah-sah saja. Mereka tetap menginginkan guru mereka tetap mempunyai wibawa sebagai guru.
Bagaimanapun juga, guru adalah sosok yang menjadi panutan murid-muridnya. Murid-murid pastinya menginginkan gurunya memiliki wibawa sebagai pendidik di sekolah. Gambaran wibawa yang diinginkan siswa tentu tidak melulu kaku dan berjarak dengan murid. Murid juga ingin punya guru yang mereka anggap ‘gaul.’ Jika tampilnya mereka di Tiktok terkait dengan hobi, misalnya, memang suka menyanyi, menurut murid, ya wajar jika guru tersebut menyalurkan hobinya lewat platform media sosial. Tetapi, jika hobi velocity, joget-joget yang semata untuk ikut-ikutan tren, murid mungkin merasa itu sesuatu yang lucu, dalam artian aneh.
Sebagai seorang yang juga adalah guru, saya sendiri merasakan hal yang sama dengan murid-murid. Saya merasa penyaluran hobi dan eksis di tiktok merupakan kebebasan berekspresi guru. Sama seperti saya yang hanya menjadi penikmat tiktok sebagai hiburan, guru tiktoker selangkah lebih maju dalam memanfaatkan platform media sosial ini untuk berekspresi. Akan tetapi, ada juga image guru ideal yang ada di pikiran saya yang harus dijaga, bahkan jika ingin ikutan eksis di media sosial atau di tiktok. Ahh, tapi ini mungkin saja karena saya adalah guru dari generasi yang berbeda dengan guru-guru muda yang adalah guru-guru dari Generasi Z.
Yang menarik adalah, sebagian besar murid dari generasi milenial dan sebagian dari Gen Z ternyata memiliki kesamaan dalam memandang guru sebagai sosok yang seharusnya digugu dan ditiru. Tuntutan murid untuk seorang guru yang gaul, tidak lantas mengubah image guru secara keseluruhan sehingga jadi mirip dengan murid-muridnya dalam eksis di tiktok. Sedekat apa pun guru dengan para muridnya, segaul apa pun para guru, ternyata murid juga memiliki gambaran ideal mengenai guru yang diharapkan memberikan contoh dan teladan baik di kelas, sekolah, maupun di dalam bermedia sosial.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
