Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dewi lailatul faticha

Harga BBM Turun: Solusi Jangka Pendek atau Sekadar Gimik?

Info Terkini | 2025-10-04 01:19:41

Setiap kali harga BBM berubah, denyut ekonomi rakyat ikut bergetar. Ketika Pertamina mengumumkan penurunan harga BBM per 1 Oktober 2025, publik sontak bereaksi ada yang bersorak, ada pula yang skeptis. Di tengah tekanan ekonomi dan naik-turunnya harga kebutuhan pokok, kabar ini seolah menjadi oase di padang tandus. Tapi benarkah penurunan ini membawa angin segar bagi masyarakat, atau hanya sekadar kabar baik yang tak berdampak nyata?

Pada 1 Oktober 2025, PT Pertamina resmi menurunkan harga beberapa jenis bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi. Pertamax kini dibanderol Rp12.950 per liter, turun dari Rp13.300. Penurunan juga terjadi pada Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Langkah ini disebut sebagai penyesuaian berkala mengikuti tren harga minyak mentah dunia yang sedang melemah.

Namun, di balik angka-angka tersebut, muncul pertanyaan: apakah penurunan ini benar-benar berdampak signifikan bagi masyarakat, atau hanya sekadar gimik untuk meredam keresahan publik?

Bagi sebagian masyarakat, penurunan harga BBM tentu disambut baik. Ongkos harian berkurang, biaya logistik bisa ditekan, dan harapan akan turunnya harga barang kebutuhan pokok pun muncul. Tapi, apakah efek domino ini benar-benar terjadi?

Faktanya, harga BBM non-subsidi lebih banyak digunakan oleh kendaraan pribadi dan industri menengah ke atas. Sementara masyarakat kecil masih bergantung pada BBM subsidi seperti Pertalite, yang harganya belum berubah. Artinya, dampak langsung ke kantong rakyat kecil bisa jadi minim. Penurunan harga BBM ini terjadi menjelang akhir tahun, saat suhu politik mulai menghangat dan masyarakat semakin kritis terhadap kebijakan pemerintah. Tak sedikit yang menilai langkah ini sebagai strategi pencitraan, bukan murni respons ekonomi.

Jika memang penyesuaian dilakukan secara berkala, mengapa tidak ada transparansi soal mekanisme penetapan harga? Apakah publik hanya dijadikan penonton dalam permainan angka yang dikendalikan segelintir elite?

Meski rupiah sedang melemah dan harga barang-barang terasa makin mahal, harga BBM justru turun. Jawabannya sederhanakarena harga minyak dunia sedang jatuh. Turunnya harga minyak mentah di pasar internasional membuat biaya impor BBM jadi lebih murah. Nah, faktor ini lebih kuat pengaruhnya dibanding pelemahan rupiah. Selain itu, pemerintah juga masih menanggung sebagian beban lewat subsidi energi. Jadi, meski kondisi dalam negeri penuh tekanan, harga BBM bisa ikut turun karena dorongan dari luar negeri dan kebijakan subsidi di dalam negeri.

Diambil dari kutipan M. Rizal Taufikurahman, Kepala Makroekonomi dan Keuangan INDEF: “Penurunan harga minyak mentah dunia dalam beberapa hari belakangan memunculkan dinamika baru bagi pengelolaan fiskal Indonesia”(Penurunan Harga Minyak Global Beri Dampak Ganda bagi APBN 2025 t.t.) . Rizal menjelaskan bahwa sebagai negara net oil importer, Indonesia menghadapi dua sisi dampak: penurunan penerimaan negara dari sektor migas, dan penghematan belanja negara untuk subsidi energi. Harga minyak mentah Brent dan WTI memang turun karena ekspor dari Kurdistan Irak kembali dibuka. Tapi, apakah penurunan ini akan bertahan lama? Atau justru akan kembali naik saat kondisi global berubah?

Jika pemerintah ingin penurunan harga BBM berdampak nyata, maka kebijakan ini harus diiringi dengan langkah-langkah strategis. Misalnya, memperluas subsidi untuk transportasi umum agar masyarakat bawah ikut merasakan manfaatnya. Transparansi dalam penetapan harga juga penting, agar publik tidak merasa kebijakan ini hanya sekadar pencitraan.

Selain itu, edukasi publik tentang konsumsi energi yang bijak dan investasi pada energi terbarukan bisa menjadi bagian dari solusi jangka panjang. Penurunan harga BBM seharusnya bukan akhir dari cerita, melainkan awal dari reformasi energi yang lebih adil dan berkelanjutan.

Sebagai warga negara, kita tentu berharap penurunan harga BBM bukan sekadar angin lalu. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan ini berdampak nyata, terutama bagi sektor transportasi umum dan distribusi barang. Transparansi dan konsistensi dalam penetapan harga juga harus dijaga.

Lebih dari itu, publik berhak tahu: apakah ini langkah awal menuju reformasi energi yang lebih adil, atau hanya sekadar gimik musiman?

Jika penurunan harga BBM hanya menjadi alat politik atau pencitraan, maka kita sedang berjalan di tempat. Tapi jika ini bagian dari strategi jangka panjang untuk menstabilkan ekonomi dan meringankan beban rakyat, maka harapan itu masih menyala.

REFERENSI: Penurunan Harga Minyak Global Beri Dampak Ganda bagi APBN 2025. t.t. Diambil 3 Oktober 2025. https://nasional.kontan.co.id/news/penurunan-harga-minyak-global-beri-dampak-ganda-bagi-apbn-2025.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image