Bahasa Walikan: Identitas Malang yang Perlu Dilestarikan
Culture | 2025-09-28 16:37:08Setiap daerah memiliki cara unik dalam menunjukkan identitas budayanya, Salah satu simbol identitas budaya suatu masyarakat adalah bahasa. Di Malang, salah satu warisan budaya yang menarik adalah bahasa walikan, yaitu cara bagaimana seseorang berbicara dengan cara membalikan urutan kata. Contohnya, kata "Malang" diubah menjadi "Ngalam" atau "Makan" berubah menjadi "Nakam". Pada awalnya, bahasa ini banyak digunakan oleh pelajar dan pelajar sebagai bentuk solidaritas, identitas, dan juga sebagai gaya bergaul yang unik. Seiring berjalannya waktu, bahasa walikan telah berkembang luas dan menjadi bagian dari kehidupan sosial serta budaya masyarakat Malang. Namun, di tengah era globalisasi dan dominasi bahasa gaul nasional maupun asing menjadi salah satu tantangan bagi bahasa walikan. Oleh karena itu, pelestarian bahasa walikan sangatlah penting bukan hanya menjaga tradisi, melainkan juga merawat identitas budaya malang agar tetap terjaga.
Bahasa walikan merupakan lebih dari sekadar permainan kata yang unik. Ia telah menjadi tanda pengenalan lokal yang membedakan Malang dari kota-kota lainnya. Di tengah perkembangan global, bahasa daerah seringkali diabaikan oleh bahasa nasional maupun bahasa asing. Namun, bahasa walikan tetap bertahan di kalangan masyarakat malang berkat inovasi dan kecintaan mereka. Mempertahankan bahasa walikan berarti menjaga identitas, ciri khas, dan kebanggaan budaya Malang agar terus ada dan dikenang oleh generasi yang akan datang.
Selain berfungsi sebagai identitas, bahasa wali juga mempunyai nilai pendidikan dan sosial. Kegiatan seperti kompetisi berbahasa walikan di sekolah, digunakan di media sosial, hingga acara seni lokal, menjadi cara kreatif untuk mempererat hubungan. Bagi generasi muda, bahasa ini bukan sekadar cara berbicara terbalik, tetapi juga sebagai metode belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, bahasa walikan dapat merangsang kreativitas, meningkatkan kepercayaan diri, dan menumbuhkan rasa penghargaan terhadap budaya lokal.
Bahasa walikan juga menggambarkan keajaiban lokal dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya tidak hanya sebatas sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat komunikasi yang menunjukkan rasa persatuan, kesetiaan kepada komunitas, dan kebanggaan terhadap identitas Malang. Seringkali, bahasa ini digunakan sebagai kode di antara warga Malang untuk menunjukkan solidaritas, terutama saat berada di luar daerah. Bahkan, beberapa grup kreatif saat ini menggunakan bahasa walikan dalam konten digital, produk dagangan, hingga acara budaya. Dari kaos yang bertuliskan “Ngalam” sampai lagu-lagu yang menggunakan bahasa walikan, semuanya berfungsi sebagai alat promosi yang memperkuat citra Malang di mata publik.
Namun, meskipun banyak orang menyukainya, bahasa walikan juga mengalami berbagai masalah. Generasi muda yang lebih familiar dengan bahasa gaul serta bahasa asing bisa menyebabkan bahasa walikan menjadi kurang diminati. Selain itu, kurangnya catatan dan dokumentasi membuat bahasa ini berisiko hilang jika tidak diajarkan secara teratur. Sebagai catatan, bahasa walikan adalah bagian dari warisan budaya yang tidak hanya khas tetapi juga kaya akan nilai sejarah.
Oleh karena itu, tindakan untuk melestarikan bahasa walikan sangatlah penting. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, memasukkan bahasa walikan dalam sistem pendidikan, baik yang formal maupun nonformal, agar generasi muda lebih akrab dan menghargainya. Kedua, mendokumentasikan bahasa walikan melalui buku, kamus, artikel, atau platform digital, sehingga keberadaannya dicatat secara resmi dan dapat dipelajari. Ketiga, melakukan promosi yang kreatif melalui platform sosial, pertunjukan seni, festival budaya, hingga produk lokal yang memanfaatkan bahasa walikan sebagai daya tarik.
Pelestarian bahasa walikan bukan hanya terbatas pada pengucapan kata-kata secara terbalik, tetapi juga berkaitan dengan pelestarian identitas kota Malang. Dengan dukungan masyarakat, sekolah, komunitas, dan pemerintah setempat, bahasa walikan dapat terus dilestarikan, menjadi lambang inovasi, kebanggaan, dan identitas budaya daerah yang tetap relevan sepanjang masa. Melalui penggunaan bahasa walikan, masyarakat Malang tidak hanya sekedar berkomunikasi, tetapi juga merayakan warisan budaya, memperkuat hubungan sosial, dan menegaskan keberadaan Malang sebagai kota yang kaya akan kreativitas dan tradisi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
