Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sandz Arjak

Zikir di Jantung Negara, Ketika Cinta Tuhan dan Tanah Air Menyatu

Agama | 2025-08-07 19:04:10

Jika energi spiritual ribuan orang disatukan dalam satu malam, kekuatan doa akan semakin kuat, itu yang saya percayai dari semenjak belajar mengaji dari kecil. Lalu bagaimana perihalnya jika energi itu tidak hanya dikumpulkan dalam suatu bentuk beribadah, tetapi untuk mendoakan sebuah bangsa yang besar bernama Indonesia ini?

Zikir Kebangsaan PB JATMA ASWAJA akan dilaksanakan di Masjid Istiqlal, 10 Agustus 2025.

Jawaban atas pertanyaan itu tentunya retoris. Selebihnya hanya perlu dilaksanakan sebagai bentuk keimanan kita sebagai manusia yang mempercayai akan janji-janji Tuhan.

Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, terdapat rencana Pengurus Besar Jamiyah Ahlith Thariqah Al Mutabaroh Ahlussunnah Wal Jamaah (PB JATMA ASWAJA) untuk menggelar "Zikir Kebangsaan" di Masjid Istiqlal pada 10 Agustus 2025 mendatang. Lalu di dalam acara besar tersebut terdapat Ikrar Bela Negara yang akan dimulai pada pukul 19.00 WIB.

Kegiatan akbar ini dilakukan untuk kepentingan bangsa. Di tengah hiruk pikuk politik dan perdebatan identitas yang kadang memanaskan, acara ini terasa seperti oase. Ini bukan sekadar perayaan seremonial menyambut 80 tahun Indonesia. Tetapi juga menjadi sebuah pernyataan sikap yang kuat: bahwa nasionalisme kita tidak harus kering dari nilai-nilai spiritual. Sebaliknya, spiritualitas justru bisa menjadi bahan bakar utamanya.

Bayangkan, gema zikir dan selawat dari Majelis Az Zahir akan membahana di Istiqlal, masjid yang menjadi simbol kemerdekaan. Para masyayikh dan mursyid thariqah akan memimpin jamaah dalam doa dan ikrar bela negara. Ini adalah pemandangan yang menyejukkan hati sekaligus indah untuk diteladani.

Di sini, konsep baiat—yang dalam tradisi sufi adalah ikrar setia murid kepada guru spiritualnya—diperluas maknanya menjadi komitmen menjaga keutuhan negara. Sebuah kontekstualisasi ajaran agama yang relevan dan mendamaikan.

Acara ini seolah ingin mengingatkan kita semua, bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Bahwa kekuatan doa dan zikir kolektif dapat menjadi benteng tak kasat mata yang melindungi bangsa dari perpecahan.

Pernyataan Sekjen PB JATMA ASWAJA, KH. A. Helmy Faishal Zaini, bahwa acara ini dirancang untuk "menolak segala bentuk ekstremisme" menjadi kunci dari kegiatan besar ini.

Zikir Kebangsaan nanti bukan sekadar sebuah lip servis. Tradisi thariqah dengan penekanannya pada penyucian hati, mahabbah (cinta kasih), dan bimbingan guru (mursyid), secara inheren bertentangan dengan ideologi kebencian dan kekerasan yang diusung kaum ekstremis.

Diundangnnya Presiden, para menteri, hingga tokoh lintas iman menunjukkan bahwa JATMA ASWAJA tidak sedang membangun tembok eksklusif, melainkan jembatan. Jembatan yang menghubungkan hati setiap insan kepada Tuhan, dan pada saat yang sama, mengikat hati mereka pada satu nama, yaitu Indonesia.

Semoga malam itu bukan sekedar menjadi momen spiritual, tapi juga titik balik kesadaran kita bersama. Bahwa untuk membangun Indonesia yang beradab dan bermartabat, kita tidak hanya butuh kerja keras, tapi juga hati yang terus berzikir menyebut Asma-Nya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image