Museum H. O. S Tjokroaminoto: Menelisik Kurangnya Minat Kunjungan Generasi Muda di Era Digital
Edukasi | 2025-12-09 08:01:27Surabaya – Di tengah perkembangan zaman yang semakin cepat terjadi perubahan interaksi khususnya di generasi muda. Adanya era digital membuat banyak informasi bisa didapat hanya dengan melalui gadget. Namun, segala kemudahan yang ada sekarang juga tidak terlepas dari tantangan. Salah satunya adalah minat generasi muda terhadap sejarah. Melalui sejarah kita bisa mengetahui bagaimana proses panjang sebuah bangsa dibangun. Sejarah memang terjadi di masa lalu, namun kita tetap bisa mempelajarinya dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti museum.
Pada titik ini, Museum H.O.S Tjokroaminoto hadir sebagai ruang untuk menyimpan nilai-nilai perjuangan para tokoh bangsa. Museum ini diresmikan pada 27 November 2017 oleh Wali Kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini. Berlokasi di Jalan Peneleh, museum H.OS. Tjokrominoto berada di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya yang semakin modern. Walaupun berada di tengah kota, museum ini menghadapi tantangan berupa kurangnya kunjungan khalayak umum. Padahal museum ini menyimpan banyak fakta sejarah yang mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Sebelum menjadi museum, bangunan tersebut adalah rumah tempat tinggal dari seorang tokoh bangsa, Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Walaupun koleksi di dalamnya adalah replika, tetapi tata letak dan struktur bangunan dari rumah tersebut tetap dipertahankan sesuai dengan yang asli. Fakta unik lainnya, di rumah tersebut juga menjadi tempat kos bagi para tokoh besar seperti Soekarno, Semaoen, Musso, Alimin, hingga Kartosuwiryo. Dari rumah inilah lahir gagasan-gagasan besar tentang Indonesia dilahirkan.
Banyaknya fakta sejarah tersebut tidak semua ada secara utuh di internet. Sehingga mengunjungi meseum secara langsung bisa menjadi opsi untuk memperkaya wawasan serta memahami jati diri bangsa Indonesia. Namun, karena interaksi saat ini banyak dilakukan melalui online kunjungan ke tempat bersejarah seperti museum semakin bekurang. Sesuai dengan pernyataan salah satu pengelola museum (I), ia mengatakan bahwa banyak pengunjung muda yang datang ke museum bukan karena ingin melihat sejarah kehidupan H.O.S. Tjokroaminoto dan berbagai pemikirannya melainkan hanya sebagai pemenuhan tugas.
Tantangan tersebut harus diatasi agar museum tetap relevan dan minat generasi muda terhadap museum juga diharapkan semakin tinggi. Upaya yang coba dilakukan pihak museum dalam menjawab tantangan tersebut adalah menggunakan media sosial. Promosi melalui konten digital yang dapat diakses oleh khalayak umum secara mudah dan cepat. Pihak museum melakukan strategi tersebut dengan harapan bahwa masyarakat luas tidak lagi menganggap berkunjung ke sebuah museum merupakan hal yang membosankan. Upaya ini juga merupakan cara museum menjembatani ruang antara sejarah di masa lalu dengan khalayak umum saat ini.
Karena pada dasarnya nilai terpenting dari museum bukan hanya mengenai koleksi barang di dalamnya, tetapi juga bagaimana ruang tersebut menyimpan kenangan penting akan sejarah bangsa. Ruang kecil sederhana yang menjadi tempat para tokoh besar yang berbeda ideologi menuangkan pemikirannya dalam sebuah diskusi.
Bagi khalayak umum khususnya generasi muda, museum H. O.S. Tjokroaminoto dapat menjadi tempat belajar dan meningkatkan rasa bela negara. Karena sejatinya bela negara tidak hanya dapat diwujudkan dengan perjuangan fisik saja, ada perjuangan non fisik yang dapat kita lakukan. Dengan memahami dan menjaga ingatan kolektif mengenai sejarah perjuangan para tokoh bangsa terdahulu Sebagai pengingat bahwa bangsa Indonesia tidak dibangun oleh teknologi canggih dan bangunan mewah, tetapi oleh gagasan-gagasan besar yang lahir di ruang sederhana.
Akhir kata, pengolala museum berharap agar pengunjung terutama generasi muda tidak hanya datang karena tugas saja. Tetapi juga karena tertarik dan ingin mendalami mengenai sejarah. Ia juga mengatakan generasi muda harus mengambil contoh dari perjuangan diplomasi H. O. S Tjokroaminoto, di mana mereka bisa lebih banyak bertukar pandangan dengan diskusi bukan hanya menghabiskan waktu dengan gawai saja. Kunjungan singkat ke museum mungkin tidak bisa mengubah hidup seseorang, tetapi ia bisa menghidupkan rasa ingin tahu dan membuka pengalaman serta pemahaman baru mengenai bangsa Indonesia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
