Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Penghinaan Nabi Akibat Hilangnya Perisai Sejati

Politik | 2025-07-22 05:52:42

Oleh Tutik Haryanti

Aktivis Muslimah

Kaum muslim dibuat geram dengan terjadinya penghinaan terhadap Nabi yang selalu saja berulang. Insiden penghinaan baru-baru ini terjadi di Turki. Sebuah majalah Turki Leman menampilkan kartun satir Nabi Muhammad dan Nabi Musa sedang berjabat tangan di langit, di atas kota yang hancur akibat konflik bersenjata.

Meski majalah tersebut mengelak bahwa kartun yang ditampilkan yang dimaksudkan bukanlah Nabi, tetap saja warga memandang ini adalah sebuah penghinaan. Akibatnya, muncul kemarahan warga sehingga mereka melakukan aksi demontrasi besar di depan kantor majalah Leman. (CNNIndonesia.com, 05-07-2025)

Kepolisian Istanbul menangkap empat staf majalah Leman yakni manajer, editor, gesain grafis, termasuk kartunis Dogan Pehlevan, dengan tuduhan menghina nilai-nilai agama dan menghasut kebencian.

Apakah penyebab dari penghinaan Nabi ini terus terjadi? Cukupkah penangkapan para pelaku mengakhiri penghinaan Nabi ini tidak terulang? Adakah solusi agar tidak terjadi lagi penghinaan agama, baik kitab, atribut-atribut, sampai para Nabi?

Penghinaan Berulang

Sebelum kejadian penghinaan Nabi yang terjadi di Turki, banyak sudah kejadian serupa di berbagai negara lainnya. Di antaranya;

Pertama, pada 30 September 2005 surat kabar Denmark menampilkan 12 kartun Nabi Muhammad oleh kartunis Jyllands-Posten. Ejekan tersebut menimbulkan protes yang menyebabkan 250 orang meninggal dan berakibat krisis diplomatik dari berbagai negara muslim.

Kedua, pada Juli 2007, seniman Swedia Lars Vilks menggambar Nabi Muhammad sebagai “anjing bundar.” Pelecehan ini menyulut kemarahan domestik dan internasional. Seperti Iran, Pakistan dan OIC yang mengutuk dan mengancam pembunuhan terhadap Lars Vilks.

Ketiga, pada 17 September 2007 di koran Prothom Alo Bangladesh menyinggung penggunaan nama “Muhammad” dalam dialog ringan sehingga menyeret kartunis Arifur Rahman ditahan selama hampir 6 bulan.

Keempat, pada 2010 di AS yang menyelenggarakan “Everybody Draw Muhammad Day” promosi kampanye menggambar Nabi Muhammad sebagai protes terhadap sensor episode South Park. Aksi tersebut berdampak global, berakibat pada pemblokiran Facebook dan memunculkan debat tentang kebebasan berpendapat.

Kelima, pada 2011 majalah Charlie Hebdo Prancis menampilkan kartun Nabi Muhammad di halaman depan. Sedangkan pada 2015 ada karikatur provokatif yang menyebabkan terjadi serangan ke redaksi dan menewaskan 12 orang. Ini menandai tragedi terburuk terkait kartun Nabi di Eropa.

Demokrasi Sekuler

Tragedi penghinaan Nabi di atas hanyalah sebagian kecil saja dari keseluruhan pelecehan agama yang terjadi. Masih banyak lagi penghinaan, pelecehan, diskriminasi bahkan kriminalisasi yang harus dihadapi kaum muslim.

Hal ini tak lain akibat dari penerapan demokrasi yang memberikan ruang kebebasan dalam berpendapat dan berekspresi maupun bertingkat laku, tanpa ada aturan yang mengikat sehingga para pelaku benar-benar merasa jera.

Ditambah lagi paham sekuler yang menafikkan agama dari kehidupan telah melahirkan islamofobia. Dengan mudah mereka berbuat sekehendak hati hingga menabrak rambu-rambu syariat. Tujuan utama mereka hanyalah sekadar keuntungan materi sebagaimana kapitalisme sebagai induk dari segala paham yang telah merusak seluruh tatanan kehidupan.

Melibas Negeri Muslim

Paham ini sudah melibas seluruh negara di dunia, tak terkecuali negeri-negeri muslim yang saat ini tercerai berai. Seperti halnya di Turki yang notabene adalah negeri mayoritas muslim, di mana dahulu menjadi tempatnya Kekhilafahan Utsmani.

Namun, saat ini negeri-negeri muslim telah tergerus oleh sekuler liberalisme hasil pemikiran Barat yang mengoyak keberadaan syariat Islam. Terbukti, di Turki masih terjadi penghinaan terhadap Nabinya, apalagi di negeri-negeri kaum kafir. Pada hakikatnya sejak runtuhnya Khilafah Utsmani, Islam makin jauh dari kaumnya.

Cinta Rasulullah saw.

Rasa cinta kepada Nabinya sebatas di lisan dan seremonial saja. Rasulullah Muhammad saw. sebagai utusan Allah Swt. adalah teladan, panutan bagi kaum muslim dalam menjalankan kehidupan. Maka kita harus mengikuti risalah yang disampaikannya.

Telah dijelaskan dalam hadis, saat Rasulullah saw. menggandeng tangan Umar bin Khattab. Umar berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Rasulullah saw. bersabda, "Tidak, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Dan Umar berkata, "Sekarang, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Rasulullah saw. pun bersabda, "Sekarang (sempurna imanmu), wahai Umar." (HR. Bukhari no. 6632)

Hadis di atas menekankan bahwa cinta kepada Rasulullah saw. bagian inti dari kesempurnaan iman. Bukan sekadar perasaan emosional belaka, tetapi mencakup ketaatan, menjadikan panutan utama dan mengikuti sunah Beliau di atas kepentingan pribadi. Dipertegas pula dalam QS. Al-Ahzab ayat 6.

Larangan Menghina Nabi

Penghinaan terhadap Nabi adalah bentuk kekufuran bila dilakukan secara sadar dan sengaja. Menghina Nabi Muhammad saw. termasuk dosa besar dan bentuk permusuhan terhadap Islam. Dalam Islam, pelaku penghinaan Nabi bisa dikenakan hukuman berat bahkan hukuman mati.

Namun, sangat berbeda di alam demokrasi kapitalisme sekuler, pelaku penghinaan Nabi hanya dihukum ringan, misalnya dipenjara yang itupun hanya sesaat saja. Setelah bebas mereka bisa kembali melenggang. Parahnya, sering kali mereka mengulang tindakan yang sama.

Butuh Perisai Sejati

Jika penghinaan Rasulullah saw. masih terus terjadi, maka umat butuh "Perisai Sejati" sebagai pelindung yang benar-benar akan membela kehormatan Rasulullah saw. dan marwah kaum muslim.

Perisai tersebut adalah khalifah yang menjadi junah bagi kaum muslim, "Sesungguhnya Imam (khalifah) itu laksana perisai, di mana orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR. Muslim)

Maka, di sinilah pentingnya keberadaan seorang khalifah. Khalifah berfungsi melindungi kaum muslim dari ancaman, baik serangan fisik maupun secara moral, termasuk penistaan agama dan penghinaan terhadap Nabi.

Sistem Islam

"Perisai Sejati" (khalifah) hanya akan hadir dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah) yang menyatukan umat di bawah satu kepemimpinan politik. Dengan Khilafah, agama Islam, Rasulullah saw., dan seluruh kaum muslim senantiasa dalam penjagaan.

Tidak ada lagi siapapun juga yang berani menistakan agama, menghina Nabi, dan menzalimi kaum muslim. Sebab, dalam Islam dijelaskan, walaupun sekadar mengejek atau mengolok-olok Nabi sangat bertentangan dengan ajaran Islam.

Khalifah akan dengan tegas menindak para pelaku penghinaan Nabi maupun tindakan lain yang terindikasi menista agama dengan hukuman berat sampai hukum mati dalam menegakkan syariat.

Pemerintah akan melakukan edukasi kepada umat, untuk meningkatkan kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw. dengan pembelajaran sejarah hidup Nabi, akhlaknya dan perjuangan beliau.

Khatimah

Umat harus menyadari bahwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. akan terus terjadi selama masih berada di sistem demokrasi sekuler. Saatnya kembali kepada sistem dari Sang Pencipta yang mengajak kepada umatnya untuk selalu mencintai Nabi dan Rasul-Nya.

Umat Islam wajib memperjuangkan sistem Islam agar negara dapat menerapkan syariat-Nya dan mengikuti sunah Rasulullah saw. hingga kita layak mendapatkan syafaatnya kelak di yaumil akhir.

Wallaahualam bissawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image