Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Farhan

Bukan Cuma Halal, Tapi Cuan: Menguak Potensi Literasi Keuangan Syariah di Era Digital

Pendidikan dan Literasi | 2025-06-23 09:24:30

 

Era digital telah mengubah lanskap ekonomi secara fundamental, menawarkan kemudahan akses dan kecepatan transaksi. Seiring dengan itu, kesadaran akan produk dan gaya hidup halal terus meningkat, menempatkan keuangan syariah sebagai pilar penting dalam ekosistem halal nasional.

Namun, sebuah paradoks mengemuka. Di tengah besarnya potensi pasar, Indeks Literasi Keuangan Syariah Nasional masih menunjukkan angka yang relatif rendah dibandingkan literasi keuangan konvensional. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)menegaskan adanya kesenjangan ini, yang menandakan bahwa mayoritas masyarakat belum sepenuhnya memahami, apalagi memanfaatkan, produk dan jasa keuangan syariah secara optimal.

Potensi "Cuan" di Balik Prinsip Halal

Slogan "Bukan Cuma Halal, Tapi Cuan" adalah inti dari pergeseran narasi yang diperlukan. Keuangan syariah sering kali dibingkai dalam kerangka larangan (menghindari riba, gharar, maysir). Padahal, di balik larangan tersebut terdapat prinsip-prinsip produktif yang berpotensi menghasilkan keuntungan finansial yang adil dan berkelanjutan.

Literasi keuangan syariah di era digital bukan lagi sekadar pilihan, melainkan urgensi strategis untuk membuka potensi ekonomi umat dan bangsa. Untuk mencapainya, narasi tentang keuangan syariah harus berevolusi dari sekadar pemenuhan kewajiban "halal" menjadi sebuah pilihan yang cerdas dan menguntungkan "cuan". Era digital menyediakan perangkat yang kuat untuk akselerasi, tetapi tanpa literasi yang memadai, ia justru menjadi sumber resiko.

Era Digital sebagai Pedang Bermata Dua

Digitalisasi menawarkan akselerasi luar biasa, namun juga membawa risiko yang harus dimitigasi melalui literasi.

Peluang Akselerasi:

1. Aksesibilitas: Fintech syariah memungkinkan siapa saja, di mana saja, untuk membuka rekening, berinvestasi, atau mendapatkan pembiayaan denganbeberapa klik di ponsel.

2. Edukasi Massal: Platfrom media sosial (youtube, instagram, tiktok) menjadi media efektif untuk menyebarkan informasi tentang keuangan syariah dalam konten yang menarik.

Tantangan dan Risiko:

1. Kompleksitas Produk Digital: Munculnya produk seperti Robo-Advisor syariah atau Security Crowdfunding syariah menuntut tingkat literasi yang lebih tinggi.

2. Bahaya Pinjol Ilegal Berkedok Syariah: Kurangnya literasi membuat masyarakat rentan terhadap penawaran pinjaman online ilegal yang menggunakan label "syariah" untuk menipu.

Keuangan syariah sebagai kewajiban religius? 

Banyak yang masih memandang keuangan syariah sebatas kewajiban religius untuk menghindari riba, tanpa melihat potensi keuntungan, Persepsi ini membatasi potensi sejati keuangan syariah. Prinsip-prinsip seperti bagi hasil (mudharabah), kemitraan (musyarakah), dan transparansi tidak hanya sejalan dengan nilai-nilai etis, tetapi juga menawarkan model bisnis yang lebih adil dan berkelanjutan. Di era digital, di mana instrumen investasi dan layanan finansial makin beragam.

Studi yang dilakukan oleh Putri & Purnamasari (2023) dalam jurnal Nuansa menyoroti bahwa tingkat literasi keuangan syariah di kalangan generasi muda, yang merupakan pengguna digital paling aktif, masih perlu ditingkatkan. Faktor-faktor seperti lingkungan keluarga, pendidikan formal, dan paparan informasi menjadi variabel penting. Penelitian tersebut menekankan krusialnya peran institusi pendidikan dan regulator dalam merancang program edukasi yang sistematis.

Di sisi lain, wacana publik seperti yang diulas dalam artikel Republika (2021)menggarisbawahi urgensi literasi dari sudut pandang sosial-ekonomi. Disebutkanbahwa rendahnya literasi menjadi salah satu penghambat utama pertumbuhan asetkeuangan syariah nasional. Era modern menuntut keuangan syariah untuk tidak hanya patuh pada prinsip (shariah compliant), tetapi juga kompetitif secara pasar (market competitive).

Dengan demikian, "Bukan Cuma Halal, Tapi Cuan" dapat menjadi kenyataan, di mana setiap individu mampu mengelola keuangannya secara bijak, sesuai prinsip, dan turut serta dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang adil dan berkelanjutan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image