Perjalanan Menuju Pulang ke Diri Sendiri
Pendidikan dan Literasi | 2025-06-08 20:09:02
Buku Aku yang Sudah Lama Hilang karya Nago Tejana bukanlah sebuah novel yang menyuguhkan alur cerita dengan tokoh-tokoh fiktif yang kompleks. Sebaliknya, buku ini merupakan kumpulan narasi yang berdiri sendiri namun saling terkait secara keseluruhan. Setiap halamannya seperti serpihan perasaan yang dirangkai membentuk gambaran utuh tentang perjalanan batin seseorang yang tengah mencari kembali makna hidup, makna cinta, dan jati dirinya yang lama menghilang.
Dibuka dengan suasana yang murung, tulisan-tulisan dalam buku ini seolah berasal dari seseorang yang sudah lama memendam banyak luka namun baru berani mengakuinya. Ia menulis bukan untuk menunjukkan kepandaiannya dalam merangkai kata, tetapi untuk melepaskan beban yang selama ini telah tertahan. Bahasa yang digunakan sangat sederhana, namun memiliki kekuatan emosional yang besar karena kejujuran dan ketelanjangan maknanya.
Tema utama dari buku ini adalah kehilangan diri sendiri. Bukan dalam arti harfiah, melainkan kehilangan arah, kehilangan semangat hidup, kehilangan kepercayaan, dan kehilangan cinta. Di tengah dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan, tokoh-tokoh dalam tulisan ini, yang bisa jadi adalah refleksi dari penulis itu sendiri, atau bahkan kita semua yang merasa lelah, kosong, dan tidak tahu harus ke mana. Nago mencoba menyuarakan perasaan-perasaan itu dengan jujur, terkadang getir, dan sesekali penuh harapan samar. Selain soal kehilangan diri, buku ini juga menyentuh tema-tema lain seperti trauma masa lalu, kekecewaan dalam hubungan, luka batin, proses penyembuhan (healing), dan usaha mencintai diri sendiri (self-love). Menariknya, Nago tidak menyodorkan solusi instan atau motivasi yang berlebihan. Ia justru memilih mendampingi pembaca dalam kesunyian, seperti berkata: “Aku tahu rasanya. Kamu tidak sendirian.”
Secara struktur, buku ini tidak terbagi dalam bab-bab khusus, melainkan disusun dalam bagian-bagian kecil. Beberapa bagian hanya terdiri dari satu atau dua paragraf pendek, sementara yang lain lebih panjang, persis menyerupai catatan harian. Hal ini membuat pembaca dapat membaca buku ini secara acak, membuka halaman mana saja tanpa kehilangan makna. Buku ini memang bukan untuk dibaca cepat, melainkan untuk dinikmati perlahan, satu halaman, satu perasaan.
Isi dari buku Aku yang Sudah Lama Hilang bisa dikatakan sebagai perjalanan batin yang penuh liku mulai dari kehilangan, kegelisahan, pencarian, hingga perlahan menemukan kembali arti hidup. Buku ini tidak menawarkan cerita fiktif, tetapi menawarkan ruang kejujuran, di mana pembaca bisa merasa dilihat, didengar, dan dipahami. Sebuah ruang yang mungkin selama ini jarang ditemukan di tengah riuhnya dunia luar.
Beberapa kelebihan berikut menjadikan buku ini layak mendapat perhatian dari pembaca, khususnya mereka yang menyukai tulisan-tulisan bernuansa personal dan mendalam, yaitu bahasa puitis namun mudah dipahami yang digunakan sang penulis mampu menyeimbangkan antara keindahan kata dan kesederhanaan makna, relatable bagi pembaca golongan muda yang memiliki keresahan tentang identitas, kecemasan, dan kehidupan serba cepat, serta memiliki format buku yang fleksibel sehingga para pembaca dapat membacanya secara acak tanpa kehilangan makna secara keseluruhan.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, buku ini tentu tidak lepas dari beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan berikut sebagai bentuk evaluasi objektif, yaitu minimnya struktur naratif sehingga buku ini mungkin terasa datar bagi sebagian pembaca yang lebih menyukai cerita dengan alur yang kompleks, menurunkan efek emosional pada pembaca yang menginginkan variasi karena beberapa tulisan cenderung mengulang diksi yang sama, serta kurangnya pengantar atau penutup seolah buku ini dimulai dan berakhir begitu saja.
Aku yang Sudah Lama Hilang adalah buku yang tidak memberikan jawaban, melainkan pertanyaan dan dari pertanyaan-pertanyaan itulah pembaca diajak untuk perlahan-lahan menyadari sesuatu tentang dirinya sendiri. Nago Tejana menawarkan karya yang sangat personal, penuh rasa, dan menggugah hati. Ini bukan sekadar buku, tapi teman duduk di malam sunyi, penenang di tengah keresahan, dan cermin bagi mereka yang sedang mencari jalan pulang menuju dirinya sendiri. Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh kalangan muda, terutama mereka yang sedang berada dalam fase transisi kehidupan, kehilangan arah, atau mencari pemulihan. Di tengah kebisingan dunia, Aku yang Sudah Lama Hilang memberikan ruang untuk berdiam sejenak, menoleh ke dalam, dan menemukan kembali bagian dari diri yang pernah hilang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
