Dari Subuh Madani Membawa Pesan bagi Ayah dalam Mendidik Anak
Eduaksi | 2022-01-29 22:24:30Jika diumpamakan seorang ibu sebagai kepada madrasah dalam peranan mendidik anak-anaknya, maka seorang suami adalah ketua yayasan nya. Begitulah tamsilan betapa seorang ayah harus mengayomi keluarga.
Analogi tersebut diatas diutarakan oleh Ustadz H. Abrar Zym, S.Ag, MH saat menyampaikan tausiyah subuh di Masjid Babul Maghfirah, Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, Sabtu, 29 Januari 2022.
Ustadz Abrar Zym, Kakankemenag Aceh Besar hadir di masjid kebanggaan masyarakat Tanjung Selamat bersama jamaah Subuh Madani lainnya melakukan shalat subuh berjamaah setelah itu dilanjutkan dengan tausiyah.
Dalam nasehatnya dia menekankan tentang pentingnya peran seorang ayah dalam mendidik anak-anak dan mendampingi mereka sebagaimana dicontohkan oleh para nabi sepertinya halnya nabi-nabi berikut ini:
Nabi Yakub
Nabi Yakub adalah ayah Nabi Yusuf. Yusuf memiliki sepuluh saudara. Namun saudara-saudara yang lainnya iri terhadap Yusuf. Lalu mereka membuat sebuah konspirasi atau makar untuk menyingkirkan Yusuf.
Namun Allah selamatkan Yusuf dari siasat saudara-saudaranya yang menjerumuskan dia ke sumur hingga menjadi menteri di Mesir. Sehingga Nabi Yakub dan saudara-saudaranya tersebut dapat bertemu kembali.
Kerinduan Nabi Yakub terhadap Yusuf terobati mana kala mereka bersua. Begitulah ikatan batin antara seorang ayah dengan anaknya.
Komunikasi seorang Yusuf dengan Nabi Yakub berlangsung sangat harmonis. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran ketika Yusuf menceritakan mimpinya kepada Nabi Yakub.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yusuf 12: Ayat 4).
Mendengar cerita Yusuf tentang mimpinya. Nabi Yakub pun berpesan agar tidak menceritakan hal itu kepada siapapun.
Menjelang wafat Nabi Yakub lalu mengumpulkan seluruh anak-anaknya. Saat itu Yakub memberikan nasehat agar menjaga keimanan kepada Allah SWT seperti dikisahkan dalam ayat berikut ini.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya'qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 133)
Nabi Nuh
Perjuangan Nabi Nuh dalam menyampaikan kebenaran tergolong sangat berat. Bahkan anaknya sendiri tidak mau mengikuti jalan yang benar. Hingga anaknya mati dalam keadaan kafir. Kisah Nuh dan anaknya diceritakan dalam ayat dibawah ini.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan dia berkata, "Naiklah kamu semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Hud 11: Ayat 41)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, "Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir." (QS. Hud 11: Ayat 42)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dia (anaknya) menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!" (Nuh) berkata, "Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan." (QS. Hud 11: Ayat 43)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil." (QS. Hud 11: Ayat 45)
Itulah dia seorang ayah terhadap anaknya. Meski menolak ajakan, namun Nabi Nuh masih meminta bantuan Allah agar anaknya diampuni dan selamatkan.
Nabi Syuaib
Musa melihat banyak orang berkumpul, antri mengambil air di sebuah sumur termasuk dua orang perempuan dan kambingnya ngantri menunggu giliran mendapat air.
Lalu Musa menghampiri sumber air tersebut dan membuat mata air mengeluarkan air lebih banyak.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, "Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 26).
Mendengar cerita anaknya tentang pemuda tersebut, Nabi Syuaib kemudian mengundangnya ke rumah untuk berkenalan. Musa memenuhi undangan anak perempuan yang diperintahkan bapaknya itu. Keduanya berjalan beriringan menuju rumah anak perempuan itu. Anak perempuan di belakang, sedangkan Musa di depan, untuk menjaga kehormatan.
"Nah bagi seorang ayah dalam memilih calon suami bagi anaknya janganlah diserahkan semuanya kepada anak lalu diterima begitu saja. Tapi ayah ikut mendampingi anak, mengenal calon suami yang akan diterimanya dan undang ke rumah untuk mengenal lebih jauh," jelas Tgk Abrar.
Nabi Ibrahim
Kisah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail cukup fenomenal. Ibrahim yang sudah lama merindukan seorang anak. Namun ketika dia dikaruniai seorang anak yang cerdas, lalu oleh Allah diperintahkan untuk disembelih.
Ketika perintah tersebut datang lewat mimpi. Kemudian Ibrahim memanggil putra nya dengan penuh kasih sayang. Kemudian Ibrahim menceritakan ikhwal mimpinya dan menanyakan pendapat Ismail.
Ismail pun menjawab pertanyaan ayahnya dengan bijaksana sebagaimana dinukil dalam Al-Quran.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS. As-Saffat 37: Ayat 102)
Lukmanul hakim
Luqman adalah seorang ayah bijak yang namanya diabadikan Allah dalam Al-Qur’an. Luqman selalu memberikan nasihat-nasihat kepada anaknya.
Kisah Lukmanul hakim terdapat pada Surat Luqman, tepatnya pada ayat 12 sampai 19. Pelajaran Lukmanul hakim kepada putranya agar tidak menyekutukan Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman 31: Ayat 13).
Begitulah hendaknya seorang ayah dalam peranannya untuk mendidik keluarga. Bekerjasama dengan istri agar bahu membahu untuk melakukan dan berbagi tugas.
"Janganlah semua peran mengurui anak diserahkan kepada istri. Kasihan istri yang sudah cukup lelah dengan tugasnya yang cukup berat," kata ustadz Abrar Zym.
"Boleh dikatakan pekerjaan istri sejak terbit matahari hingga terpejam mata suami," pungkasnya. (*)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.