Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aditio Dp

Pahlawan Kecil (Cerpen)

Sastra | 2024-10-08 20:15:34

"Ayo, Ayo cepat naik mobilnya masing - masing." Seruan diriku kepada khalayak ramai rombongan santri pondok pesantren tempatku bernaung sekarang.

Ayo dipercepat, naik naik naik!. Aku terus berseru kepada mereka, karena memang bukan sepuluh dua puluh santri yang ku urus, hampir menyentuh jumlah seratus. Tentu saja, aku juga tidak sendirian mengurusi mereka semua, tidak mungkin juga aku bisa memantau segitu banyak orang sendiri tanpa adanya rekan.

Aku ditemani oleh 4 temanku yang sekarang juga mereka sedang berpencar untuk mengontrol santri agar segera menaiki mobil losbaknya masing-masing, seperti diriku ini.

5 menit berlalu dan kini mereka semua sudah tidak menapak ditanah, alias sudah duduk dibagian belakang losbak.

'Blamm'

Suara keras pintu mobil yang ku tutup kencang supaya menutup dengan benar, takut takut nanti terbuka sendiri ketika aku sedang lengah.

"Ayo mang, berangkat!."

"Ngges kabeh eta budak?" Tanya si mamang supir disamping, kepadaku dengan menggunakan bahasa sunda.

"Beress mang."

"Okee."

Roda mobil pun berputar, berlalu pergi menjauh dari tempat itu sebelum akhirnya hilang dari pandangan setelah melewati sebuah belokan.

Cuaca tengah malam ini sedikit berkabut, menyatakan bahwa daerah sekitar masih belum sepadat wilayah perkotaan. Kami baru saja menghadiri acara maulid Nabi besar kami ditempat tadi, total ada 5 losbak yang berangkat dari asrama menuju tempat ini dengan membawa seluruh santri putra.

Sedangkan, santri putri disediakan mobil angkot yang berjumlah lebih dari sepuluh. Memang sudah sewajarnya untuk jumlah segitu, mengingat total santri perempuan dua kali lipat santri laki laki.

Perjalanan awalnya, tenang tenang saja hingga sampai setengah jalan, diiringi sholawat dan juga nadzom nadzom yang santri lantunkan, terdengar disepanjang jalan menghiasi hening malam.

Sampai ada satu angkot yang menyalip beberapa mobil kedepan, disusul dengan sedikit riuh berisik dari santri putri menyoraki santri putra, entah apa maksudnya. Mungkin hanya sebuah kejahilan semata, aku tidak tahu.

Dari situlah awal mula perjalanan santai dan tenang ini, jadi sebuah ajang gengsi unjuk kebolehan sang supir dalam mengendarai mobilnya. Tentu saja, si supir tidak mau begitu saja, namun karena seruan dari santri datang terus, jadilah mobil ini juga ikut menaikan speedometer nya, spontan langsung membalap beberapa mobil didepannya, diiringi dengan sorak-sorai keseruan.

Mobil mobil lain juga tidak mau kalah, mereka secara cepat menyusul mobil didepannya. Terlebih mobil mobil angkot itu, seolah sedang mengejar sesuatu.

Kini mobilku berada dibelakang losbak yang paling depan, dengan dipisahkan oleh sebuah sepeda motor. Hingga, terjadi sebuah kejadian yang terlihat didepan mobil losbak yang aku tumpangi.

Dimana ada 1 buah angkot yang ingin menyalip losbak di depanku. Namun, ada seorang santri yang iseng melempar botol milku kosong kearah angkot yang hendak menyalip itu.

Sayangnya, botol itu tidak mengenai siapapun, malah malah jatuh tergeletak dijalanan ini. Dan sebuah kebetulan, seorang pengendara motor di depanku yang melihat hal itu tidak acuh tak acuh.

Ia dengan tanggap, membawa motornya mendekati botol yang berada ditengah jalan itu, lalu menendangnya dengan cepat dan tepat kesamping jalan hingga keluar dari jalur transportasi.

Aku yang melihat hal itu secara langsung, merasa terkagum dan respect kepada mas mas pengendara motor itu. Yah, meskipun dia bisa memilih untuk tidak perduli dan acuh, karena itu hanya sebuah sampah kecil. Namun, dia ini ternyata memiliki keperdulian yang tidak ecek ecek.

Mungkin, yang ada dipikirannya sama dengan yang kupikirkan. Walaupun itu hanya secuil botol sampah yang kosong tanpa isi. Namun, jika dipikir pikir secara mendalam, bukan tidak mungkin hal se-sepele itu bisa menyebabkan sebuah tragedi kecelakaan tidak langsung

Bagaimana bisa?, sudah jelas bukan. Diwaktu tengah malam seperti ini, jalanan pun pastinya sepi akan kendaraan dan sudah pasti juga, para pengendara yang masih melintas akan lebih leluasa untuk kebut kebutan. Ditambah, kurangnya penerangan lampu jalanan yang ada. Dan sebotol sampah minuman itu, yang terabaikan ditengah jalan, yang dianggap aman aman saja, menjadi sebab kecil munculnya kabar kecelakaan, sumber berita di televisi, apalagi sampai merenggut nyawa.

Karena, semuanya ada hukum sebab akibat. Sudah banyak kejadian besar yang berasal dari sebuah kelengahan semata dan tidak segera ditangani, sampai jadilah tragedi. Pikirku jauh, yang mungkin juga dipikirkan oleh si pengendara itu.

Kini ia sudah tidak terlihat karena sudah menyalip jauh kedepan. Rasa respect-ku yang jarang muncul, malah terjadi didepan mataku sendiri.

Sehat sehat mas.. kataku didalam hati, semoga keselamatan berbalik kepadamu.

Bagiku, orang itu seperti pahlawan kecil. Karena rasa kepedulian sosial yang ia punya, sudah jarang terlihat disekitar tempat aku berada. Entah dengan tempat lain.

Namun, yang pasti, dia adalah orang hebat bermartabat

Nama lengkap Aditio Damar Panuluh atau bisa teman teman panggil Tio. Saya kelahiran tahun 2004, usia sekarang 19 tahun. Asal dari Tangerang Banten. Saya ingin sedikit membagikan kisah nyata yang saya alami

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image