Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image achmad fahad

Mengenal Stasiun Semut yang Bersejarah

Sejarah | 2024-10-08 10:03:23
sumber foto: pinterest

Surabaya adalah sebuah kota metropolitan yang modern, serta menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Timur. Surabaya juga menjadi kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta yang menjadi ibu kota negara Republik indonesia. Akan tetapi, tahukah kamu jika Surabaya juga merupakan kota bersejarah yang menjadi saksi dari perjalanan bangsa Indonesia. Sejarah panjang Kota Surabaya sudah dimulai sejak dari zaman kolonialisme Hindia Belanda sampai berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1945. Jadi, tidak mengherankan saat kita berkunjung ke Kota Surabaya masih banyak ditemukan atau dijumpai bangunan-bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur khas eropa bekas peninggalan Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari tiga abad.

Dari sekian banyak bangunan-bangunan bersejarah yang bertebaran di Kota Surabaya. Ada sebuah bangunan yang pernah mengalami era kejayaan pada masa itu dan juga menjadi salah satu jantung transportasi utama dari pemerintahan kolonialisme Hindia Belanda dalam mengeruk serta mengangkut hasil sumber daya alam yang begitu melimpah dari wilayah yang berada di sekitar Surabaya, serta menjadi jalur transportasi utama yang menghubungkan kota Batavia di bagian barat Pulau Jawa dengan Surabaya yang berada di bagian timur. Bangunan bersejarah yang telah melewati berbagai zaman dan masih berdiri kokoh hingga saat ini, bangunan tersebut adalah Stasiun Semut atau orang biasa menyebutnya “Stasiun Surabaya Kota”.

Stasiun Semut adalah stasiun pertama yang dibangun oleh pemerintah kolonialisme Hindia Belanda melalui perusahaan Kereta Api Staatssporwagen (SS) pada tahun 1875. Setelah menanti selama tiga tahun, akhirnya pada tanggal 16 Mei 1878 Stasiun Semut diresmikan secara langsung oleh Gubernur Jendral J.W. Van Lasberge melalui upacara yang meriah serta dihadiri oleh Inspektur Jenderal SS, H. G. Derx, Residen Surabaya dan para pejabat lainnya. Peresmian Stasiun Semut juga menjadi tanda dibukanya jalur kereta api Surabaya-Pasuruan dan juga jalur Surabaya-Malang sepanjang 115 kilometer. Dengan adanya jalur kereta api ini memudahkan pemerintah Hindia Belanda dalam mengangkut hasil-hasil bumi serta perkebunan dari daerah pedalaman Jawa Timur.

Desain bangunan Stasiun Semut yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda memiliki ciri arsitektur yang mengacu pada arsitektur Neo Klasik ala Yunani Kuno. Bagian depan Stasiun Semut berdinding tinggi dengan warna putih mengkilat layaknya sebuah benteng yang kokoh dan juga berfungsi sebagai pemantul panas sehingga siapa pun yang tengah berada di dalamnya tidak akan merasa kepanasan, sedangkan di bagian tengah terdapat lima pintu untuk akses keluar dan masuk yang di bagian atasnya membentuk setengah lingkaran dengan dinaungi atap yang menjorok ke luar. Jika dilihat dari depan, Stasiun Semut seakan menunjukkan kesan megah dan anggun pada masa jayanya dulu. Sedangkan di lobi utama yang berada di bagian dalam, terdapat aula yang luas tempat para calon penumpang kereta api bisa duduk bersantai terlebih dahulu sebelum masuk ke peron keberangkatan. Di bagian lobi juga terdapat tempat penjualan tiket dan sebuah lampu gantung yang berada persis di tengah-tengah lobi utama yang membawa kesan kemewahan, keanggunan serta keindahan gaya arsitektur Neo Klasik pada masa itu.

Pada tahun 1930-an, Stasiun Semut atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Stasiun Surabaya Kota menjadi stasiun paling ujung untuk kereta api ekspres yang terbaik pada masa itu. Rutenya dari Eendaagshche yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dalam waktu tercepat, yaitu 11 jam 30 menit. Stasiun Semut juga menjadi tempat pemberhentian terakhir seluruh perjalanan kereta api yang melintasi Pulau Jawa. Bisa dikatakan, peran Stasiun Semut begitu berarti bagi pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Dengan adanya Stasiun Semut dan jalur kereta apinya memudahkan pemerintah Hindia Belanda dalam mengontrol jalur logistik, memudahkan perdagangan dan ekonomi, serta memudahkan orang untuk bepergian dengan menggunakan moda transportasi kereta api.

Itulah sekelumit sejarah singkat mengenai Stasiun Semut yang kini telah menjadi cagar budaya serta warisan yang memiliki nilai sejarah yang begitu tinggi. Semoga ke depannya, Stasiun Semut dapat kembali melayani perjalanan kereta api baik kereta api lokal, kereta api jarak jauh, maupun kereta api komuter, agar masyarakat zaman sekarang bisa datang dan berada di salah satu stasiun bersejarah yang ada di kota Pahlawan, serta merasakan kemegahan dari Stasiun Semut yang pernah menjadi pusat transportasi pada masa lalu hingga sekarang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image