Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sultan Aladin

Bernarkah Yoga Haram?

Agama | 2024-07-29 11:29:45

Yoga adalah senam gerak badan dengan latihan pernapasan, pikiran, dan sebagainya untuk kesehatan rohani dan jasmani.[1] Pada praktiknya, saat melakukan yoga kita akan melakukan beberapa pose yang akan menarik sendi-sendi, otot, dan tulang kita sehingga aliran darah dalam tubuh semakin lancar. Hal ini membuat tubuh kita terasa lebih segar, bugar, dan sehat. Nyatanya, banyak ibu hamil, pemain sirkus, penari, wanita muda, dan pria atletis yang melakukan yoga sebagai olahraga untuk melenturkan tubuh dan menjaga kesehatan.

Namun, banyak orang belum tahu bahwa yoga sebenarnya adalah ritual khusus milik agama Hindu yang dilakukan sambil merapal mantra, berdoa kepada dewa, dan bertujuan untuk beribadah kepada dewa-dewa Hindu. Banyak pemikir Islam yang berpendapat bahwa melakukan yoga dapat merusak dan mengancam akidah Islam seorang Muslim, karena yoga sebenarnya adalah ritual Hindu.

Yoga memang bermula dari agama Hindu secara historis. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kini yoga tidak lagi identik dengan ritual Hindu. Yoga menjadi salah satu jenis olahraga yang mirip seperti senam, sepak bola, badminton, dan semacamnya. Kebanyakan orang, terutama ibu hamil, berolahraga yoga dengan niat murni menjaga kesehatan. Tercatat, 300 juta orang di dunia rutin berlatih yoga.[2] Di Indonesia, banyak lomba-lomba yang diadakan oleh sekolah-sekolah dan diikuti oleh anak-anak.[3]

Dari deskripsi di atas, bagaimana kita menghukumi yoga sesuai sudut pandang fikih?

Pada Juli 2009 silam, NU telah menggelar Bahtsul Masail yang membahas hal ini. Hukum yang diputuskan adalah haram. Ibarat yang digunakan adalah Fatawa ‘Aashriyah Fadhilah asy-Syaikh ‘Ali Jum’ah halaman 453. Syekh Ali Jum’ah menyebutkan:

“Yoga dianggap sebagai salah satu cara yang digunakan orang Hindu, maka tidak boleh melakukan senam yoga sebagai cara beribadah karena itu jelas sesat. Bagi orang yang melakukan gerakan yang sama seperti yoga dan dihatinya tidak terbesit gerakan itu adalah cara orang Hindu, maka itu termasuk penyerupaan (tasyabbuh) yang dilarang syariat. Dalil larangan tersebut adalah hadis Nabi ﷺ bahwa di kebanyakan hadis beliau, ada larangan menyerupai orang non-Muslim, dalam berdandan, makanan, dan minuman. Keserupaan (tasyabbuh) ini merupakan bab haram.”

Ibarat lain yang juga digunakan adalah Tafsir Ibnu Katsir juz 1 halaman 162-163:

“Abu Dawud meriwayatkan dari Utsman bin Abi Syaibah dari Abi Nadhir Hasyim, Ibnu Abi Qosim mengatakan padanya, ‘Barangsiapa menyerupai kaum, maka dia adalah sebagian dari mereka.’ Hadis in menunjukkan larangan keras dan ancaman agar tidak menyerupai orang kafir dalam segi ucapan, pekerjaan, pakaian, hari raya, ibdaha, dan selainnya dari urusan-urusan mereka yang tidak disyariatkan bagi kita dan kita juga tidak menetapkan hal tersebut.”

Dari dua kitab di atas, dapat disimpulkan bahwa yoga diharamkan secara mutlak, baik diniati untuk menyembah dewa atau hanya diniati untuk murni olahraga. Alasannya adalah karena mengandung unsur tasyabbuh atau menyerupai agama lain.

Namun, ada pertimbangan lain yang bisa melepaskan yoga dari konteks tasyabbuh.

Dalam kitab Radd al-Mukhtar juz 4 halaman 452 disebutkan kisah tentang seseorang yang ditegur karena memakai sandal yang dijahit dengan paku, sebab itu merupakan ciri khas biksu. Orang yang memakai sandal itu lalu menjawab bahwa Rasulullah ﷺ memakai sandal yang berbulu dan itu adalah ciri khas biksu. Nabi ﷺ memakai sandal itu karena hanya dengan sandal itulah manusia pada zaman itu bisa berjalan melintasi jarak yang jauh. Jadi, tasyabbuh diperbolehkan bila ada niat/tujuan lain.[4] Yoga yang awalnya tasyabbuh bisa berhukum boleh bila diniati sebagai olahraga saja.

Disebutkan juga dalam kitab Hasyiyatul-Jamal juz 2 halaman 78, batasan tasyabbuh adalah sesuatu yang menjadi atribut khas atau ciri khas suatu agama dari aspek jenisnya, perilakunya, dan kebiasaannya.[5] Jadi, bila meninjau realita yang ada, yoga tidak lagi menjadi ciri khas agama Hindu karena banyak orang dari lintas agama yang berolahraga yoga tanpa merapal mantra Hindu. Dengan ini, yoga tidak termasuk tasyabbuh.

Dalam kitab Raudhatut-Thalibin juz 4 halaman 165, disebutkan bahwa menari hukumnya tidak haram. Namun, jika tarian itu berisi gerakan membungkuk dan bergoyang yang menyerupai (tasyabbuh) ciri khas wanita, maka tarian itu berubah hukum menjadi haram.[6] Bila disamakan dengan yoga, maka yoga hukumnya boleh dengan syarat tidak mengandung unsur apa pun yang beraroma Hindu, seperti merapal mantra atau niat menyembah dewa Hindu. Bila diniati murni olahraga saja, maka boleh.

Dalam kitab Mughnil-Muhtaj juz 4 halaman 430, disebutkan juga bahwa hukum menari adalah mubah. Alasannya karena menari hanyalah gerakan-gerakan meluruskan atau membengkokkan badan.[7] Hal ini barangkali bisa disamakan dengan yoga, selama yoga yang dilakukan hanya berisikan gerakan olahraga tanpa mengandung elemen-elemen Hindu.

Dengan pertimbangan dari empat kitab di atas, maka hukum yoga dapat kita perinci:

1. Haram bila yoga dilakukan sambil merapal mantra Hindu, niat menyembah dewa Hindu, dan hal-hal yang berkaitan dengan agama Hindu.

2. Boleh bila yoga dilakukan sebatas sebagai olahraga, menggerakkan sendi dan otot, latihan pernapasan, dan berbagai macam bentuk olahraga relaksasi lainnya, tanpa adanya unsur Hindu sama sekali.

Namun, untuk lebih berhati-hati, alangkah baiknya bila kita menjauhi olahraga yoga karena masih banyak aneka ragam olahraga lain yang bisa kita jadikan kegiatan relaksasi dan olahraga kelenturan tubuh selain yoga.

ALADIN/TAFAQQUH

[1] KBBI

[2] https://www.superprof.co.id/blog/yoga-untuk-siapa-saja/

[3] https://balitribune.co.id/content/ratusan-siswa-ikuti-lomba-%E2%80%9Cyoga-asanas%E2%80%9D

[4]

رد المحتار ج 4 ص 452

مطلب في التشبه بأهل الكتاب ( قوله لأن التشبه بهم لا يكره في كل شيء ) فإنا نأكل ونشرب كما يفعلون بحر عن شرح الجامع الصغير لقاضي خان ، ويؤيده ما في الذخيرة قبيل كتاب التحري . قال هشام : رأيت على أبي يوسف نعلين مخصوفين بمسامير ، فقلت : أترى بهذا الحديد بأسا ؟ قال لا قلت : سفيان وثور بن يزيد كرها ذلك لأن فيه تشبها بالرهبان ؛ فقال { كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يلبس النعال التي لها شعر } وإنها من لباس الرهبان . فقد أشار إلى أن صورة المشابهة فيما تعلق به صلاح العباد لا يضر ، فإن الأرض مما لا يمكن قطع المسافة البعيدة فيها إلا بهذا النوع . ا هـ وفيه إشارة أيضا إلى أن المراد بالتشبه أصل الفعل : أي صورة المشابهة بلا قصد . اه

[5]

حاشية الجمل ج 2 ص78

وقد ضبط ابن دقيق العيد ما يحرم التشبيه بهن فيه بأنه ما كان مخصوصا بهن في جنسه وهيئته أو غالبا في زيهن وكذا يقال في عكسه ا هـ . ش م ر وقوله وكذا يقال في عكسه ومنه ما يقع لنساء العرب من لبس البشوت وحمل السكين على الهيئة المختصة بالرجال فيحرم عليهن ذلك وعلى هذا فلو اختصت النساء أو غلب فيهن زي مخصوص في إقليم وغلب في غيره تخصيص الرجال بذلك الزي كما قيل إن نساء قرى الشام يتزين بزي الرجال الذين يتعاطون الحصاد والزراعة ويفعلن ذلك فهل يثبت في كل إقليم ما جرت عادة أهله به أو ينظر لأكثر البلاد فيه نظر والأقرب الأول ثم رأيت في حج نقلا عن الإسنوي ما يصرح به وعبارته وما أفاده أي الإسنوي من أن العبرة في لباس وزي كل من النوعين حتى يحرم التشبه بهن فيه بعرف كل ناحية حسن ا هـ . وعليه فليس ما جرت به عادة كثير من النساء بمصر الآن من لبس قطعة شاش على رءوسهن حراما لأنه ليس بتلك الهيئة مختصا بالرجال ولا غالبا فيهم فليتنبه له فإنه دقيق وأما ما يقع من لباسهن ليلة جلائهن عمامة رجل فينبغي فيه الحرمة لأن هذا الزي مخصوص بالرجال ا هـ . ع ش عليه. اهـ

[6]

روضة الطالبين وعمدة المفتين ج 4 ص 165

وفي تحريم الضرب بالقضيب على الوسائد وجهان قطع العراقيون بأن مكروه لا حرام والرقص ليس بحرام قال الحليمي لكن الرقص الذي فيه تثن وتكسر يشبه أفعال المخنثين حرام على الرجال والنساء. اهـ

[7]

مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج ج 4 ص 430

تنبيه : قضية كلامه إباحة ما عداها من الطبول من غير تفصيل كما قاله صاحب الذخائر قال الأذرعي : لكن مرادهم ما عدا طبول اللهو كما صرح به غير واحد ، وممن جزم بتحريم طبول اللهو العمراني وابن أبي عصرون وغيرهما .قال في المهمات : تفسير الكوبة بالطبل خلاف المشهور في كتب اللغة .قال الخطابي : غلط من قال : إنها الطبل ، بل هي النرد ا هـ .لكن في المحكم الكوبة : الطبل والنرد ، فجعلها مشتركة بينهما فلا يحسن التغليط . لا الرقص إلا أن يكون فيه تكسر كفعل المخنث . ( لا الرقص ) فلا يحرم ; لأنه مجرد حركات على استقامة أو اعوجاج , ولا يكره كما صرح به الفوراني وغيره , بل يباح لخبر الصحيحين { أنه صلى الله عليه وسلم وقف لعائشة رضي الله تعالى عنها يسترها حتى تنظر إلى الحبشة وهم يلعبون ويرفسون } والرفس : الرقص , وكانت عائشة إذ ذاك صغيرة , أو قبل أن تنزل آية الحجاب , أو أنها كانت تنظر إلى لعبهم , لا إلى أبدانهم , وقيل : يكره , وجرى عليه القفال وفي الإحياء : التفرقة بين أرباب الأحوال الذين يقومون بوجد فيجوز - أي بلا كراهة , ويكره لغيرهم . قال البلقيني : ولا حاجة لاستثناء أصحاب الأحوال ; لأنه ليس باختيار فلا يوصف بإباحة ولا غيرها ا هـ . وهذا ظاهر إذا كانوا موصوفين بهذه الصفة , وإلا فنجد أكثر من يفعل ذلك ليس موصوفا بهذا , ولذا قال ابن عبد السلام : الرقص لا يتعاطاه إلا ناقص العقل , ولا يصلح إلا للنساء . ثم استثنى المصنف من إباحته ما ذكره بقوله ( إلا أن ) ( يكون فيه تكسر كفعل المخنث ) وهو بكسر النون أفصح من فتحها , وبالمثلثة : من يتخلق بأخلاق النساء في حركة أو هيئة فيحرم على الرجال والنساء كما في أصل الروضة عن الحليمي وأقره , فإن كان ذلك خلقة فلا إثم . ومما عمت به البلوى : ما يفعل في وفاء النيل من رجل يزين بزينة امرأة , ويسمونه عروسة البحر , فهذا ملعون فقد لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم المتشبهين من الرجال بالنساء , فيجب على ولي الأمر وكل من كان له قدرة على إزالة ذلك منعه منه . اهـ

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image