Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Memelihara Shalat di Tengah Arus Modernitas

Agama | Saturday, 27 Jan 2024, 21:50 WIB
Dokumen Teras Bandung

Shalat merupakan rukun Islam yang sangat fundamental dan menjadi tiang agama. Namun ironisnya, banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi mengabaikan shalat. Mereka tidak melaksanakan shalat lima waktu sebagaimana yang diwajibkan dalam agama.

Mengapa bisa terjadi demikian? Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan mereka tentang kedudukan shalat yang sangat agung dalam Islam. Mereka tidak menyadari betapa besarnya dosa meninggalkan shalat, bahkan lebih besar daripada dosa-dosa besar lainnya seperti berzina, berjudi, mencuri, minum khamr, dan sebagainya.

Dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan: “Perumpamaan antara shalat lima waktu itu seperti sungai yang mengalir di depan rumah salah seorang di antara kamu. Mandi dalam sungai itu lima kali sehari, apakah masih ada kotoran yang tersisa pada tubuhnya?” (HR. Muslim no. 667). Ini menunjukkan betapa pentingnya shalat untuk mensucikan diri.

Selain itu, shalat juga sangat menentukan keselamatan di akhirat kelak. Dalam hadis qudsi, Allah SWT berfirman: “Amal yang pertama kali akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat nanti ialah shalatnya. Jika shalatnya baik, dia beruntung dan sukses. Sebaliknya jika shalatnya rusak, dia merugi dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi no. 413). Maka sungguhfatal jika shalatnya tidak terpelihara.

Lantas mengapa masih banyak orang yang mengaku Islam tetapi mengabaikan shalat? Beberapa faktor penyebabnya antara lain: Pertama, rendahnya pemahaman agama. Banyak yang Islam KTP, hanya sekedar identitas tanpa diikuti pemahaman. Mereka tidak tahu urgensi shalat dalam Islam. Hal ini disebabkan minimnya pendidikan agama sejak kecil.
Kedua, lingkungan yang kurang mendukung. Bilamana lingkungan sekitar acuh tak acuh terhadap shalat, seseorang cenderung mengikuti. Apalagi jika di rumah orangtua juga tidak mencontohkan disiplin shalat, anak-anak pun akan mengikuti.

Ketiga, gaya hidup modern yang terlalu disibukkan urusan dunia. Banyak orang lebih sibuk mengejar karir dan harta sehingga mengabaikan kewajiban shalatnya. Padahal waktu shalat sangat singkat, hanya berkisar 5-10 menit per waktu.
Keempat, pengaruh media dan pergaulan bebas. Konten vulgar dan gaya hidup hedonis yang marak di media turut mempengaruhi seseorang mengabaikan kewajiban agamanya, termasuk shalat.

Kelima, malas dan rendahnya kesadaran. Ada juga yang memang pada dasarnya malas shalat dan enggan bersusah payah menjalankan perintah agama. Mereka lebih memilih bersenang-senang daripada shalat.
Meninggalkan shalat adalah dosa besar yang dapat membawa kesengsaraan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap muslim mempertahankan shalat lima waktunya. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Tingkatkan pemahaman agama sejak dini melalui keluarga, sekolah, dan institusi pendidikan Islam. Tanamkan pentingnya shalat sejak kecil agar tertanam kuat.
    2. Bentuk lingkungan dan komunitas yang saling mengingatkan shalat. Ajak kerabat dan tetangga untuk shalat berjamaah di masjid.
    3. Atur skala prioritas, jangan sampai urusan dunia melalaikan shalat yang hanya memakan waktu sebentar. Lakukan dzikir dan doa di sela-sela kesibukan.
    4. Bergaul dan berteman dengan orang shalih yang menjaga shalat. Hindari pergaulan bebas yang maksiat. Batasi waktu untuk media agar tidak terpengaruh konten negatif.
    5. Tanamkan kesadaran bahwa shalat kewajiban, bukan beban. Allah menyuruh demi kebaikan kita di dunia dan akhirat.

Doakan timbul rasa rindu beribadah kepada Allah.

Shalat adalah tiang agama yang wajib dijaga. Hanya dengan menjalankan shalat secara istiqamah, seseorang bisa menjaga dirinya dari maksiat dan mendekatkan diri pada Allah. Marilah kita saling mengingatkan untuk mendirikan shalat. Dengan banyaknya orang yang mengerjakan shalat dengan khusyuk, tentu akan membawa manfaat besar bagi kemajuan umat dan bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image