Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suko Waspodo

Pola Pikir Antirapuh dari Wirausahawan Tingkat Berikutnya

Eduaksi | Tuesday, 23 Jan 2024, 08:37 WIB
Aumber gambar: UNB

Menavigasi tantangan kreatif karier dengan menerima kesulitan secara sadar.

Poin-Poin Penting

· Berkreasi atau berinovasi mungkin dibatasi oleh pola pikir “ketahanan” yang umum digunakan.

· Konsep antikerapuhan membantu para profesional wirausaha membingkai ketidaknyamanan sebagai kemungkinan untuk berkembang.

· Perhatian penuh sering disalahartikan sebagai alat untuk menciptakan ketenangan.

· Kekuatan kesadaran yang sebenarnya adalah membantu kita menahan ketidaknyamanan sambil memperhatikan peluang.

Sebagai seorang pengajar psikologi dan penulis mindfulness, salah satu pertanyaan paling sering yang saya temui berkisar pada penggunaan mindfulness untuk mengurangi stres dan kecemasan dalam mengejar karier. Namun, bagi para profesional yang terjun ke dunia wirausaha, perubahan perspektif mungkin diperlukan. Daripada mencari kenyamanan melalui kewaspadaan, mungkin potensi sebenarnya terletak pada menghadapi ketidaknyamanan dan menganut konsep "antikerapuhan". Artikel ini mengeksplorasi bagaimana mindfulness dapat menjadi alat yang ampuh dalam menghadapi tantangan usaha kewirausahaan.

Pembingkaian Ulang Antikerapuhan pada Kreativitas Karir

Penulis Nassim Nicholas Taleb memperkenalkan gagasan "antikerapuhan" dalam bukunya yang berjudul sama, menyoroti bagaimana hal-hal tertentu berkembang dalam menghadapi ketidakstabilan, keacakan, dan tekanan. Tidak seperti ketahanan, yang hanya mampu menahan guncangan, antikerapuhan meningkat di bawah tekanan. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting bagi wirausahawan: apakah Anda ingin memiliki karier yang tangguh dan sama seperti sebelumnya, atau apakah Anda berupaya untuk perjalanan kreatif yang lebih baik dan antirapuh?

Titik Sakit Kewirausahaan

Kewirausahaan membawa permasalahan yang melekat, terutama bagi para profesional yang tidak terlatih dalam dunia bisnis yang kejam. Mendekati tantangan-tantangan ini dengan pola pikir ketahanan mungkin bukan strategi yang paling efektif. Mari kita jelajahi permasalahan umum dan bagaimana mengadopsi pola pikir antirapuh dapat menawarkan perspektif yang berbeda:

1. Keraguan pada Diri Sendiri

Paradigma Ketahanan: Tahan keraguan diri, dan segalanya akan membaik.

Amplifikasi Antirapuh: Rangkullah keraguan diri sebagai bagian dari perjalanan kewirausahaan. Tanyakan, "Mengapa BUKAN saya?" dan jelajahi apa lagi yang hadir pada saat itu tanpa keraguan.

Contoh: Daripada langsung menghilangkan keraguan pada diri sendiri, pertimbangkan untuk membiarkannya berada di sudut pikiran Anda. Sementara ia melanjutkan obrolannya, fokuslah pada hal lain yang mungkin diperhatikan pada saat itu. Tantang keraguan tersebut dengan bertanya, "Mengapa bukan saya?" dan bersedia untuk mengeksplorasi meskipun ada ketidakpastian.

2. Kegelisahan dan Kecemasan

Paradigma Ketahanan: Tenangkan diri Anda; menumbuhkan optimisme.

Amplifikasi Antirapuh: Kenali kecemasan sebagai opsional. Selami ketakutan yang mendasarinya dan gunakan itu sebagai bahan bakar untuk memahami aspek penting dari ide kreatif Anda.

Contoh: Daripada langsung mencari napas yang menenangkan, jelajahi kegelisahan dan kecemasan. Selidiki ketakutan di balik emosi ini. Dengan sepenuhnya merasakan dan mengakui ketidaknyamanan ini, Anda dapat menemukan wawasan berharga yang penting untuk perjalanan kreatif Anda.

3. Frustrasi dan Menyalahkan

Paradigma Ketahanan: Tenanglah sebelum berkreasi.

Amplifikasi Antirapuh: Tantang frustrasi dengan mempertanyakan ekspektasi. Kenali ketidakpastian dari terobosan dan tetap terhubung dengan kenyataan.

Contoh: Daripada terburu-buru meredakan rasa frustrasi, pertanyakan apakah hal tersebut berasal dari ekspektasi yang tidak realistis. Antikerapuhan melibatkan penerimaan kenyataan perjalanan kewirausahaan, pemahaman bahwa penyimpangan dari ekspektasi adalah bagian dari proses.

4. Hasrat atau Nafsu yang Intens

Paradigma Ketahanan: Tetap pada jalur jika dirasa benar.

Amplifikasi Antirapuh: Akui bahwa perjalanan ini mungkin tidak selalu terasa menyenangkan, tekankan tujuan yang lebih dalam di balik upaya kewirausahaan Anda.

Contoh: Daripada hanya mengandalkan keinginan, sadari bahwa jalur kewirausahaan mungkin tidak selalu sejalan dengan perasaan. Terhubung dengan tujuan terdalam di balik ide-ide Anda, yang memungkinkannya membimbing Anda bahkan di saat-saat motivasi sedang goyah.

5. Kelelahan, Kabut, atau Kelelahan

Paradigma Ketahanan: Istirahat; pindah gigi jika bingung.

Amplifikasi Antirapuh: Jelajahi peluang di saat-saat kelelahan. Arahkan kursor ke dalam ketidaknyamanan, dan temukan sudut atau perspektif baru yang halus.

Contoh: Tahan keinginan untuk segera melepaskan diri dari rasa lelah atau kebingungan. Sebaliknya, jelajahi peluang yang tersembunyi dalam momen-momen ini. Tetaplah penasaran dan perhatikan perubahan halus yang mungkin mengarah pada terobosan inovatif.

Perhatian Terlibat: Memiliki Momen Peluang

Untuk membangun karier yang ditandai oleh kreativitas, koneksi, dan pengaruh, terapkan kesadaran penuh, atau "memiliki" momen-momen kesulitan. Hal ini melibatkan keterlibatan penuh dengan pengalaman tubuh, mental, dan emosional tanpa berusaha menghilangkan ketidaknyamanan. Kuncinya adalah menjadi pemilik momen, memperhatikan segala kemungkinan dan nuansa, bahkan saat menghadapi ketidaknyamanan.

Kesimpulannya

Beralih dari mencari ketenangan dan ketahanan menjadi menerima kepemilikan antirapuh atas momen-momen tidak nyaman dalam perjalanan wirausaha Anda. Setiap momen menawarkan peluang untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan kejelasan. Dengan mengadopsi pola pikir antirapuh, Anda dapat membuka potensi sebenarnya dari mindfulness, membiarkan diri Anda membuka kemungkinan-kemungkinan kreatif yang tidak akan pernah diizinkan oleh pola pikir bermain aman.

***

Solo, Selasa, 23 Januari 2024. 8:18 am

Suko Waspodo

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image