Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Anak Shalih atau Anak Durhaka? Pilihan ada di Tangan Orangtua

Agama | Saturday, 13 Jan 2024, 10:04 WIB
Mendidik anak sholeh. Sumber foto: langit7.id

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Mereka berharap agar kelak anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang berguna, berakhlak mulia, dan dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tua. Ternyata harapan ini sejalan dengan ajaran agama Islam. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang meninggal, amalnya sudah terputus, kecuali tiga hal: amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan kebaikan untuknya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Sabda Rasulullah ini menjelaskan bahwa ketika seseorang wafat, amalan-amalannya akan terputus kecuali tiga hal. Salah satunya adalah memiliki anak shalih yang mendoakan kebaikan untuk orang tuanya yang telah meninggal.

Doa dari anak yang shalih ternyata dapat memberikan manfaat yang besar bagi orang tua yang telah wafat. Dalam sebuah hadits lain, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Derajat mayit diangkat setelah kematiannya, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, apakah ini derajatku?’ Maka Allah menjawab, ‘Ini adalah derajat yang diberikan oleh anakmu yang mendoakan ampunan untukmu.’” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).

Betapa indahnya mendapatkan doa dari anak kita sendiri setelah kita wafat. Doa tersebut dapat mengangkat derajat kita di akhirat kelak. Tentu ini adalah kabar gembira bagi setiap orang tua.

Namun, untuk mendapatkan doa dari anak, kita harus berusaha mendidik dan membimbing anak-anak kita agar tumbuh menjadi pribadi yang shalih dan shalihah. Seorang anak shalih memiliki ciri-ciri antara lain taat beribadah, berakhlak terpuji, rajin berbuat baik kepada orang tua dan sesama, serta menjauhi perbuatan maksiat.

Untuk menjadikan anak shalih, diperlukan usaha pendidikan dan pembinaan sejak dini oleh orang tua. Pendidikan dimulai dari rumah dengan memberikan teladan akhlak dan ibadah yang baik. Selain itu, orang tua perlu memberikan nasihat, mengajarkan ilmu agama, serta mendampingi anak dalam belajar dan bermain agar terhindar dari pergaulan yang buruk.

Meski demikian, terkadang orang tua ditimpa cobaan dari sikap anaknya sendiri. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Fitnah seseorang dari keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma'ruf nahi munkar.” (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari Hudzaifah).

Rasulullah menyebutkan bahwa fitnah yang ditimbulkan anak bisa ditebus dengan ibadah seperti puasa, shalat, bersedekah, dan menyeru kebaikan serta mencegah kemungkaran. Ini menunjukkan bahwa meski anak kadang memberi kesusahan, namun orang tua tetap dianjurkan untuk beribadah dan berbuat kebaikan.

Semua cobaan pasti ada hikmahnya. Orang tua hendaknya bersabar, istiqomah beribadah dan berbuat baik, serta tetap mendoakan kebaikan untuk anak-anaknya. Dengan begitu, kelak Allah dapat membukakan jalan yang terbaik bagi anak untuk kembali ke jalan yang benar.

Pada akhirnya, kita berserah diri pada Allah Yang Maha Pengasih. Semoga Allah memberikan anak yang shalih bagi setiap orang tua, yang dapat membantu kita dalam beribadah, mengingatkan kita jika lalai, dan memberi nasihat agar tetap istiqamah di jalan-Nya. Tidak ada hadiah yang lebih indah bagi orang tua selain mendapatkan doa dari anaknya sendiri di yaumul akhir kelak.

Itulah beberapa kabar gembira dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait manfaat dari memiliki anak shalih. Semoga kabar gembira ini menjadi motivasi bagi setiap orang tua untuk terus berusaha mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan keteladanan. Dengan begitu, impian untuk mendapatkan doa dari anak shalih di akhirat kelak dapat terwujud.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image