Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Anissa Fauziah

Menyulam Budi Pekerti : Menggali Makna dan Pentingnya Pendidikan Karakter

Eduaksi | Tuesday, 02 Jan 2024, 12:00 WIB
Sumber : https://id.pinterest.com/

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi perkembangan sumber daya manusia sebab pendidikan merupakan suatu instrumen yang digunakan bukan saja membebaskan manusia dari keterbelakangan melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Dunia membutuhkan orang-orang yang berpendidikan untuk membangun negeri, selain itu karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang saat ini mungkin tidak melihat dari betapa tinggi pendidikan atau pun gelar yang telah diraih tetapi juga dari karakter dan kepribadian setiap orang.
Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti engarave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Karakter juga diartikan sebagai pola perilaku yang bersifat individual, keadaan moral seseorang. Sedangkan Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak. Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill). Pada dasarnya karakter seseorang itu bukan dilahirkan tetapi dibentuk.
Pendidikan Karakter merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pada generasi sekarang. Banyak orang lain yang salah perspektif tentang pendidikan, mereka berfikir bahwa pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar dan transfer of knowledge saja. Jika pendidikan hanya sekadar transfer of knowledge maka mungkin google akan tau lebih banyak daripada guru ataupun dosen. Pendidikan bukan hanya transfer of knowledge saja tetapi pendidikan juga transfer of karakter. Dapat dilihat bahwa zaman sekarang banyak orang yang berilmu tetapi tidak beradab karena tidak memiliki karakter yang baik. Pendidikan karakter di Indonesia bila dibandingkan dengan negara lainnya masih jauh tertinggal yang dimana di Indonesia ini masih sangat mementingkan dan mengedepankan pada aspek kecerdasan, keilmuan, dan kurang memperhatikan pada pendidikan karakter

Karakter seseorang yang dikatakan memiliki problem perilaku biasanya memunculkan beberapa karakteristik tertentu, tidak hanya di rumah tetapi juga di luar rumah baik itu di lingkungan tetangga, masyarakat maupun sekolah. Seperti tidak bisa mengikuti aturan-aturan, sering kali juga mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil yang kemudian nanti bisa berdampak kepada perilaku yang lebih besar. Salah satu contohnya yg kerap dilakukan yaitu kebiasaan menyontek, menyontek merupakan hal yang sudah tidak asing lagi dalam lingkup pendidikan Indonesia bahkan hal tersebut sudah dinormalisasikan karena hampir semua pelajar Indonesia mengakui pernah menyontek. Ada banyak alasan seperti malas belajar, tidak percaya diri dengan jawabannya sendiri bahkan alasan yang paling krusial yaitu takut mendapatkan nilai jelek. Seseorang yang tidak pernah menyontek lah yang dianggap tidak normal bahkan yang lebih miris lagi jika ada orang yang tidak mau memberi sontekan maka ia dianggap pelit, sangat ambisius, egois, dan tidak mau berbagi. Inilah yang menjadi masalah penting yang harus diperbaiki.
Ketika kita mengerjakan ujian kita harus bertanggungjawab atas ujian tersebut dengan cara mengerjakannya semaksimal mungkin dan atas dasar kejujuran. Pada saat seseorang menyontek ada dua karakter yang hilang yaitu tanggung jawab dan kejujuran. Padahal sikap bertanggung jawab dan jujur merupakan karakter penting yang harus dimiliki setiap orang. Karena dua karakter tersebutlah yang menjadi pondasi kita saat kita bekerja di lingkungan masyarakat ataupun saat masih menjadi pelajar. Jika seseorang tidak memiliki atau kehilangan karakter tersebut akan membawa kepada hal yang salah. Misalnya seorang yang sudah terbiasa menyontek sedari pelajar maka ketika ia sudah bekerja akan cenderung sulit untuk berbuat jujur dan pasti berpeluang untuk melakukan korupsi.
Untuk menghindari hal tersebut perlunya tindakan dari berbagai pihak mulai dari keluarga, guru mata pelajaran, dan pelajar itu sendiri. Yang pertama, lingkungan keluarga harus lah memahami dan tidak boleh memaksakan jika anak belum bisa mendapatkan nilai yang maksimal. Selanjutnya guru, guru harus bersikap tegas dengan memberikan sanksi kepada pelajar yang menyontek supaya tidak mengulanginya lagi serta tidak menganggap bahwa nilai itu ada di atas segalanya. Dan terakhir yang paling penting yaitu kesadaran pada diri siswa itu sendiri. Harus ada usaha untuk memberikan nilai yang terbaik sebagai bentuk tanggung jawab atas pendidikannya. Seorang pelajar juga harus percaya pada kemampuannya sendiri serta tidak ada niatan untuk menyontek karena menyadari bahwa menyontek merupakan perilaku yang salah, angka pada nilai yang didapatkan tidak akan bernilai jika tidak didapatkan melalui usahanya sendiri. Maka sangat diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk menghindari normalisasi perbuatan yang salah. Jika hal tersebut dinormalisasikan dan dilanjutkan maka bukan tak mungkin orang-orang jadi sulit mempunyai karakter yang baik.

Karakter yang baik akan terbentuk dengan sendirinya jika ada sistem yang mendukung dari lingkungan sekitar. Phillips menyatakan bahwa untuk membentuk karakter harus melibatkan semua pihak yaitu pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga terutama orangtua merupakan lingkup terkecil dan madrasah pertama yang berperan penting dalam pembentukan karakter. Orang tua harus memilih dan mengajarkan hal-hal baik kepada anak. Jika nilai-nilai baik ini dilakukan secara terus menerus maka akan menjadi kebiasaan baik, dan kebiasaan baik inilah yang akhirnya akan membentuk karakter pada anak.
2. Lingkungan Sekolah
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah pun mempunyai peranan penting untuk mengajarkan pendidikan karakter. Misalkan seorang guru atau staff sekolah yang lainnya hrus bisa menjadi teladan/mencontohkan perilaku yang baik bagi setiap siswanya. Karena dengan pendidikan karakter yang efektif, membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performasi akademik yang meningkat. Sekolah bukan saja mencetak generasi yang pintar akan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi sekolah juga harus bisa mencetak generasi yang berkarakter tinggi. Pendidikan karakter yang bisa dilakukan siswa di sekolah mulai dari hal-hal kecil seperti mencium tangan guru ketika bertemu, saling tegur dan sapa dengan teman dan selalu datang tepat waktu.

3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah penting dalam membentuk karakter. Setiap masyarakat, dimanapun berada pasti mempunyai karakteristik sendiri sebagai norma khas dengan masyarakat lain. Norma-norma dalam masyarakat inilah yang nantinya harus diikuti oleh warganya dan norma-norma ini akan berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bersikap dan bertindak.
Jika kita masih mengingat pesan Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia Bung Karno yang menggelorakan tema besar Nation and Character Building pernah berpesan kepada kita bahwa tugas berat untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Pernyataan Bung Karno ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter demi kokohnya dan tegaknya jati diri bangsa agar mampu bersaing di era globalisasi sekarang ini. Oleh sebab itu sangat penting untuk menanamkan pendidikan karakter khusunya pada generasi Z sehingga tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar dan bisa mengatasi krisis moral. Krisis moral tersebut berupa kebiasaan menyontek, pergaulan bebas, pornografi, bullying, penyalahgunaan obat-obatan dan pencurian.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image