Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putri Kunaefi

Bisakah Program TV Kembali Seperti Dulu Lagi?

Curhat | Monday, 01 Jan 2024, 13:59 WIB
Menonton TV. Ilustrasi: Freepik

Hari gini nonton TV udah nggak kayak dulu lagi. Kalau dulu banyak program seru, belum mulai udah ditunggu, bahkan sampai acaranya habis pun rela nggak tidur.

Setuju dengan pendapat barusan? Seiring berjalannya waktu karena kita sudah sangat jarang nonton TV nampaknya kita baru menyadari bahwa program TV zaman dulu itu serunya bukan main! Program TV pada saat itu benar-benar totalitas menghasilkan tontonan yang berhasil menghibur penontonnya. Tak jarang bahkan kita rela menunggu jam tayang program favorit dan menghabiskan waktu menonton tayangan tersebut sampai habis. Bukan hanya itu saja, kita juga merasa ah durasinya kurang lama, nih! Karena saking serunya menonton dan tak sabar untuk menunggu episode selanjutnya. Betul apa betul?

Mari nostalgia dengan program TV jaman dulu! Anak 2000-an, sini merapat.

Pagi-pagi, kalau mau berangkat sekolah dan bangun subuh kita pasti otomatis menyalakan TV dan mencari channel Global TV (kini GTV) hanya untuk melihat Dora dan monyetnya Boots berpetualang. “Katakan peta! Katakan peta!”, begitu suara Dora setiap pagi menemani kita sarapan sepiring telur ceplok dan nasi. Apalagi, puncak kesenangan masa kecil kita jatuh pada Minggu pagi. Tayangan kartun berseliweran di TV membuat bimbang hati. Sebut saja program kartun seperti Doraemon, Shinchan, Ninja Hattori, Captain Tsubasa, dan masih banyak lagi.

Gimana, udah mulai berasa kangennya belum nih?

Sini kita buat kangen lagi. Soalnya, gak cuma tayangan kartun aja yang seru, tetapi program original dari channel TV itu sendiri juga gak kalah seru! Inget gak sih kalau udah malem tuh ramai reality show seperti Pesbukers, OVJ (Opera Van Java), Extravaganza, Mister Tukul Jalan-Jalan, Mission X, Tawa Sutra, dan lain-lain. Program TV zaman dulu juga bervariasi banget! Masih ingat dengan program Dahsyat dan Inbox? Beberapa orang mungkin bilang bahwa acara ini hanya diisi oleh penonton alay karena gaya nyentrik mereka dan tarian khas lalala yeyeye. Tapi, justru itulah poinnya! Program TV zaman sekarang mungkin nggak bisa mengembalikan vibes meriah campur geli campur ngakak seperti yang dilakukan oleh Dahsyat dan Inbox.

Tak ketinggalan, satu lagi yang paling ikonik adalah acara sahur pada bulan puasa, sebut saja YKS (Yuk Kita Sahur). Kalau boleh lebay sih, kayaknya sahur zaman itu memang the most golden time sahur, setuju gak? Jangankan nonton di rumah, orang-orang ramai memenuhi studio Trans TV buat nonton langsung! Saking pengennya ngeliat lawakan Alm. Olga, kegenitan Raffi Ahmad, serta joget Caesar YKS yang viral pada jamannya. Ini bikin kita selalu kangen bulan puasa cuma buat nonton acara sahur yang paling ditunggu-tunggu.

Pertanyaannya, kenapa program TV zaman dulu masih selalu teringat di memori kita? Apakah program TV yang sekarang kalah bagus?

Televisi pada dasarnya adalah media komunikasi yang sering digunakan orang untuk mencari hiburan dan hampir semua orang memanfaatkan informasi yang disajikan massal oleh televisi (Bland, 2001). Jadi, gak melulu soal isu penting dan serius yang kita cari di televisi. Walau, isu penting dan serius tetap dibutuhkan pada program berita atau talk show yang mengundang narasumber ahli. Akan tetapi, orang-orang juga akan mencari program TV untuk melepas penat. Nah, inilah yang dilakukan oleh program TV zaman dulu.

Misalnya, Extravaganza. Reality show yang mengadaptasi program luar yaitu Saturday Night Live (SNL) berfokus pada komedi untuk membuat penonton tertawa. Ada tiga hal yang membuat Extravaganza disukai oleh masyarakat Indonesia, yaitu pemainnya ekspresif, sering mengeluarkan celetukan spontan, dan soal tema yang diangkat (Santoso, 2021). Pemain Extravaganza sangat mendalami peran terlihat dari mimik muka yang ditampilkan begitu ekspresif dan tidak dibuat-buat. Mereka juga sering mengeluarkan celetukan yang tidak ada di skrip sehingga terlihat sangat natural. Selain itu, tema yang diangkat setiap episode terasa sangat dekat dengan kegiatan sehari-hari, sehingga penonton merasa relate dengan apa yang ditampilkan oleh pemain Extravaganza.

Ternyata, walau program komedi pun tetap membutuhkan strategi yang matang ya supaya program yang dihasilkan selain dapat menghibur juga diterima oleh masyarakat kita.

Jika kita lihat, program TV zaman sekarang, terutama di sinetron, memiliki alur cerita yang bertele-tele, random, dan gak jelas (Hafiz, 2022). Salah satu channel TV (yang gak disebutkan pun kayaknya pasti sudah tahu) pernah menampilkan aktris yang ternyata masih berusia 15 tahun berperan sebagai istri ketiga dengan adegan-adegan yang seharusnya tidak ia lakukan karena masih underage. Hal ini menuai kontroversi di kalangan masyarakat dan semakin yakin bahwa betapa kacaunya sinetron Indonesia. Hal lain yang dapat dilihat juga adalah penerapan sensor oleh KPI terhadap program kartun anak-anak yang semakin tidak masuk akal (Hafiz, 2022). Sandy di Spongebob Squarepants mengalami penyensoran di bagian tubuhnya karena memakai bikini. Sebagian orang menilai bahwa siapa yang tertarik secara seksual dengan tupai berbikini sementara penontonnya adalah anak-anak (Herlambang, 2020).

Entah siapa yang salah, yang jelas inginnya sih berharap semoga program TV sekarang bisa membuat acara yang totalitas seperti program TV zaman dulu. Jangan cuma ngejar rating tapi isinya gak diperhatiin. Kalau ada staff TV yang baca tulisan ini, tolong dipikir baik-baik ya karena kita masih belum move on sama program zaman dulu, nih. Mau balik lagi ah ke YouTube nonton program zaman dulu. Kalau program TV udah bagus, kita bakalan balik lagi kok!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image