Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nasywa Athifah

Digitalisasi Menyaingi Televisi, Mana yang Kini Lebih Diminati?

Teknologi | Friday, 29 Dec 2023, 15:19 WIB
Ilustrasi penggunaan gadget dalam kehidupan merupakan salah satu dampak dari digitalisasi (sumber: cottonbro studio)

Minat menonton televisi yang dimiliki masyarakat sudah tidak sama seperti bertahun-tahun yang lalu. Kini, masyarakat cenderung mengakses tontonan dari berbagai platform media digital dibandingkan memilih untuk menyalakan televisi dan menikmati tayangan yang berada di setiap saluran. Kebiasaan yang berubah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang kemudian berhasil mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih bergantung dengan gadget. Untuk menghadapi hal itu pun saluran televisi kini dapat diakses secara daring melalui gadget. Hal ini merupakan bukti nyata dari suatu perkembangan zaman, namun eksistensi televisi tersebut pun kini dipertanyakan.

Waktu demi waktu berjalan, beberapa pihak yang memproduksi tayangan untuk televisi pun sadar bahwa eksistensi televisi mulai goyah. Banyak dari mereka yang kemudian juga menyiarkan tayangan televisi mereka di platform lain, salah satunya yaitu YouTube baik secara live atau berupa video on-demand. Selain itu, tayangan-tayangan televisi pun semakin hari semakin dinilai kurang bermutu. Sinetron dengan beratus-ratus episode, kisah kehidupan pribadi selebriti di infotainment, juga serial FTV dengan alur yang mudah ditebak sudah tidak sesuai dengan pasar masyarakat Indonesia saat ini. Dalam hal itu, masyarakat kini cenderung menyukai serial yang tidak memiliki begitu banyak episode. Tayangan seperti itu tidak dapat ditemui di televisi, melainkan di platform media streaming digital.

Dunia pertelevisian kini dikelilingi oleh kompetitor berupa banyaknya new media yang menimbulkan adanya ancaman dan tantangan untuk diselesaikan dengan tidak mudah. Terdapat beberapa faktor yang memang membuat masyarakat semakin meninggalkan televisi, yakni terkait harga juga kualitas konten yang ditawarkan oleh kedua media tersebut.

Ilustrasi orang menonton platform streaming di televisi (sumber: cottonbro studio)

Hingga saat ini, dunia pertelevisian belum bisa menciptakan suatu hal baru yang mampu membuat masyarakat untuk menarik kembali perhatian masyarakat. Setiap informasi dan tayangan yang dihadirkan oleh televisi dapat diakses secara lebih mudah dan efektif melalui gadget. Media-media kompetitor televisi pun dinilai lebih memiliki keuntungan yang sangat banyak. Hal kecil yang dapat dilihat yaitu dalam konteks iklan, penonton televisi harus menunggu beberapa iklan dengan durasi lebih lama ketika menonton tayangan. Berbeda dengan penonton platform digital streaming atau tayangan di media sosial yang tidak mengandung iklan begitu banyak. Hal ini mungkin dikarenakan produksi tayangan televisi membutuhkan biaya yang lebih banyak sehingga perlu menyiarkan beberapa iklan. Masyarakat justru lebih memilih untuk mengeluarkan biaya berlangganan pada layanan media streaming karena memang harganya yang terjangkau namun bebas iklan.

Hal lain juga sebab jam tayang konten di televisi tidak bisa disesuaikan dengan keinginan serta waktu luang penonton sehingga tidak fleksibel. Berbeda dengan konten di layanan media streaming yang bisa bebas ditonton di mana pun dan kapan pun penonton ingin. Beberapa pertimbangan ini yang membuat layanan streaming dinilai lebih unggul dalam segi apa pun.

Layanan media streaming juga menggunakan sistem algoritma sehingga dapat membaca apa yang diminati oleh penonton. Sistem ini akan merekomendasikan konten kepada penonton berdasarkan preferensi mereka. Hal ini memberikan pengalaman menonton yang dapat lebih personal serta meningkatkan pula minat penonton. Di televisi, terkadang banyak konten yang memang tidak sesuai dengan apa yang diminati penonton yang memiliki selera berbeda satu sama lain.

Dalam platform streaming digital, konten yang dapat dinikmati oleh penonton juga dapat lebih bervariasi, baik yang berasal dari lokal atau pun internasional. Layanan streaming dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan penonton karena variasi tersebut sehingga dapat masuk ke segala kalangan.

Oleh karena itu, televisi perlu menemukan cara agar dapat bertahan seperti saat ini. Memang nyatanya rating di televisi sudah tidak lagi dapat digunakan sebagai acuan karena masyarakat saat ini sudah memiliki alternatif informasi yang lebih baik untuk diandalkan dibanding televisi. Salah satu cara untuk menarik kembali minat masyarakat dalam menonton televisi adalah dengan merombak kualitas konten yang ditayangkan dapat lebih baik dibandingkan konten di layanan media streaming. Televisi harus mampu menemukan kembali target pasar dan apa yang sekiranya akan disukai oleh masyarakat.

Selain itu, para pekerja televisi juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menciptakan format acara yang inovatif dan unik serta dapat menorehkan ciri khas. Kolaborasi juga dapat dilakukan dengan pihak eksternal untuk menciptakan konten yang mampu menarik perhatian lebih banyak masyarakat untuk kembali menumbuhkan minat dalam menonton televisi.

Televisi kini sudah hampir berada di masa krisis dan hal ini pastinya sudah disadari sejak lama. Jika kualitas konten tidak dapat ditingkatkan dan tidak ada perkembangan baik yang signifikan untuk memperbaiki dunia pertelevisian, maka tidak ada yang bisa menjamin bahwa televisi benar-benar sudah tergantikan dengan berbagai kompetitor yang lebih fleksibel dan efisien untuk digunakan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image