Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Fauzan Ramadhan

Islam dan Sains Menurut Sayyed Hossein Nasr

Agama | Sunday, 24 Dec 2023, 09:27 WIB
sumber: Seyyed Hossein Nasr - TribunnewsWiki.com

Keyword: Islam, Sains, Modern,

A. Pendahuluan

Di tengah era modern yang dipenuhi kemajuan ilmu pengetahuan, hubungan antara Islam dan sains menjadi fokus utama dalam dialog antara agama dan ilmu pengetahuan. Islam, sebagai agama yang menekankan pencarian pengetahuan dan pemahaman, memberikan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang. Dalam diskusi mengenai keterkaitan antara Islam dan sains, nama Sayyid Hossein Nasr mencuat sebagai tokoh yang merangkul kedua dunia ini dengan kedalaman spiritual dan kecerdasan intelektual.

B. Pembahasan

Biografi Sayyed Hossein Nasr

Seyyed Hossein Nasr lahir di Teheran, Iran, pada tanggal 7 April 1933. Nasr berasal dari keluarga yang sangat memperhatikan pendidikan agama. Kakeknya adalah seorang ulama ternama di Iran, sementara ayahnya merupakan seorang sarjana terkemuka di Persia (Santi, 2018).

Seyyed Hossein Nasr mendapatkan pendidikan dasarnya secara informal dari keluarganya dan formal melalui pendidikan tradisional di Teheran. Di lembaga tersebut, ia belajar menghafal al-Quran dan syair-syair Persia klasik. Pengalaman ini memberikan pengaruh mendalam pada pikiran dan jiwa Nasr. Kemudian, ayahnya mengirimnya untuk belajar kepada beberapa ulama terkemuka di Qum, Iran. Salah satu ulama yang dia pelajari adalah Thabathaba’i, penulis tafsir Mizan, dan dia mendalami bidang filsafat, ilmu kalam, dan tasawuf di bawah bimbingan mereka. (Khoirudin, 2014).

Seyyed Hossein Nasr memulai pendidikan luar negerinya pada usia 12 tahun setelah Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1945. Ia mengawali perjalanan pendidikannya di Peddie School di Highstown, New Jersey pada tahun 1946. Di sekolah ini, Nasr mempelajari sastra Inggris, sains, sejarah Amerika, kebudayaan Barat, dan agama Kristen. Kecerdasan Nasr tercermin dalam prestasinya, di mana saat kelulusannya, ia mewakili kelasnya memberikan sambutan dan meraih penghargaan Wyclifte Award sebagai penghargaan tertinggi bagi murid berprestasi.

Hossein Nasr melanjutkan pendidikan tingginya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, meraih gelar B.Sc. (Bachelor of Science) dalam bidang fisika dan matematika teoritis. Pada tahun 1954, ia memperoleh gelar M.Sc. dalam bidang geologi dan geofisika dari Harvard. Namun, selama program doktoralnya, Nasr mengubah fokusnya dan lebih tertarik untuk mengejar studi filsafat daripada ilmu sains. Ia mendalami sejarah ilmu pengetahuan dan filsafat, menyelesaikan disertasinya yang berjudul "An Introduction to Islamic Cosmological Doctrine" di bawah bimbingan HAR, dan akhirnya meraih gelar Ph.D. (Doctor of Philosophy) dari Harvard pada tahun 1958.

Selama masa studinya di Harvard, Nasr terpapar pada berbagai tokoh pemikiran filsafat seperti Gibb, Massignon, Henry Corbin, Titus Burchardt, dan Schoun. Pengaruh tak langsung dari tokoh-tokoh ini banyak mempengaruhi pemikiran dan pandangan filsafat Nasr (Sudibyo).

Pemikiran Sayyed Hossein Nasr

Pandangan filsafat perennial sangat memengaruhi pemikiran Seyyed Hossein Nasr, terutama melalui pengaruh tokoh perenialis Frithjof Schuon. Nasr memberikan penghargaan yang tinggi pada Schuon, menganggapnya sebagai guru besar dan memberikan gelar "My Master" atas karya Schuon yang berjudul "Islam and Perennial Philosophy." Pandangan filsafat perennial, menurut Nasr, mencakup pemahaman eksoterik dan esoterik Islam yang diakui sebagai kearifan tradisional(Mumtaz, 2014).

Pemikiran Nasr tentang Islam dan sains tidak terlepas dari dasar pemikirannya sebagai seorang filsuf perennial yang menuntutnya tidak hanya pada pendekatan studi agama, namun juga termanifestasikan dalam keseluruhan konsep kehidupannya. Filsafat perennial, sebagai jalan hidup dalam memandang dunia secara universal, mencerminkan kentalnya nilai-nilai metafisik dalam pemikirannya terhadap Islam dan sains, karena jantung filsafat perennial berada dalam dunia metafisik.

Menurut Seyyed Hossein Nasr, Islam dan sains memiliki hubungan yang erat. Dalam bukunya yang berjudul “Islam, Sains, dan Muslim : Pergulatan Spiritualitas dan Rasionalitas” membahas pandangan Islam tentang sains dan teknologi. Seyyed menekankan pentingnya memahami sains dalam konteks spiritualitas dan kepercayaan Islam, sehingga sains dapat digunakan untuk memperkuat keyakinan dan keimanan umat Muslim. Nasr juga menyoroti pentingnya mempertahankan identitas dan budaya Islam dalam menghadapi kemajuan sains dan teknologi modern.

Nasr meyakini bahwa sains modern dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari akar-akar filosofis dan spiritual mereka. Menurutnya, sains modern harus dilihat sebagai bagian dari tradisi intelektual yang luas. Ada tiga hal yang terkait dengan pemikiran Nasr tentang relasi agama dan sains: pentingnya pengkajian sejarah dan filsafat sains, fokus pada permasalahan bersama sains dan agama, seperti krisis ekologi lingkungan, dan gagasan Islamisasi sains.

Nasr menegaskan bahwa sains dalam pandangan Islam, baik pada masa keemasan peradaban Arab-Islam maupun sekarang, memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan sains dalam pandangan Barat. Sains Islam, menurut Nasr, berusaha untuk menjunjung dan mengembangkan nilai-nilai dari pandangan dunia dan peradaban Islam. Ciri yang unik dari sains Islam adalah penekanannya pada kesatuan agama dengan sains, pengetahuan, nilai-nilai, fisika, dan metafisika.

Meskipun sains Islam diakui memiliki identitas tersendiri, Nasr dianggap membuat kesalahan karena terlalu menekankan aspek-aspek metafisika sains Islam dan mengabaikan aspek-aspek kuantitasnya. Sains Islam, menurut Nasr, harus dipahami sebagai upaya untuk mempelajari tanda-tanda Allah dalam alam semesta.

Nasr juga menekankan pentingnya mempertahankan pandangan dunia yang holistik dalam tradisi Islam. Ia mengkritik pendekatan sains modern yang terlalu terfokus pada analisis materialistik, sementara Islam menawarkan pandangan yang lebih luas tentang alam semesta dan keterkaitannya dengan dimensi spiritual. Nasr berpendapat bahwa sains harus diletakkan dalam konteks filosofi dan metafisika yang sesuai dengan pandangan Islam untuk menghasilkan pemahaman yang lebih menyeluruh.

Pandangan Nasr tentang hubungan antara Islam dan sains mencerminkan kepercayaannya bahwa kedua bidang tersebut dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih utuh tentang dunia dan penciptanya. Ia menekankan pentingnya menghormati dan mengintegrasikan pengetahuan yang diperoleh dari sains dengan pandangan spiritual dan filosofis yang ditawarkan oleh Islam. Nasr mengusulkan konsep "Scientia Sacra" (ilmu suci) untuk menekankan bahwa aspek kearifan seharusnya lebih penting dalam sains daripada aspek teknologi, yang merupakan ciri utama sains modern.(Pratiwi, Mustafa, & Abdullah, 2023)

DAFTAR PUSTAKA

Santi, Selvia. "Relasi Agama dan Sains Menurut Seyyed Hossein Nasr dan Ian G Barbour." Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains 1 (2018): 171-176.

Khoirudin, Azaki. "Rekonstruksi Metafisika Seyyed Hossein Nasr dan Pendidikan Spiritual." Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies 10.2 (2014): 202-216.

Sudibyo, Priyo. "Pemikiran Pendidikan Islam Seyyed Hossein Nasr (12)."

Mumtaz, Nadhif Muhammad. "Hakikat Pemikiran Seyyed Hossein Nasr." Jurnal Indo-Islamika 4.2 (2014): 169-178.

Pratiwi, Nurul, and Mustari Mustafa. "Analisis Perspektif Ismail Raji Al-Faruqi dan Seyyed Hossein Nasr tentang Islam dan Sains." Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam 4.1 (2023): 69-77.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image