Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indah Wulandari

Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

Eduaksi | Tuesday, 19 Dec 2023, 12:14 WIB

Anak usia dini sangat membutuhkan dukungan serta arahan dari orang yang lebih dewasa, baik guru atau orang tua. Populasi anak usia dini sangat krisis, karena di fase ini individu mengalami peningkatan dalam perkembangannya. Perkembangan anak usia dini memiliki berbagai aspek, yaitu: nilai agama dan moral, bahasa, seni, sosial emosional, kognitif, dan fisik motorik. Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2013, terdapat empat kompetensi inti yang mendorong pada aktivitas anak, dua diantaranya yaitu sikap dan sosial. Sikap dan perilaku berkaitan pada individu dalam menghadapi suatu keadaan. Sosial dan perilaku berkaitan pada individu saat berinteraksi dengan orang lain, baik dengan yang seumur, lebih kecil, maupun lebih dewasa. Sikap dan sosial yang diperlihatkan anak tentunya harus sesuai pada nilai maupun perilaku yang tepat di lingkungan masyarakat yang dapat diterima. Agar anak dapat memperlihatkan sikap serta sosial yang baik supaya dapat diterima di lingkungan, jadi perlu mendapatkan pendidikan karakter sejak dini. Pendidikan karakter ini bukan hanya dibentuk oleh guru di bangku sekolah, melainkan juga harus dibentuk oleh orang tua dirumah, karena orang tua harus memiliki peran yang lebih penting dari pada guru.
Pendidikan anak usia dini yaitu pendidikan dasar diberikan kepada anak yang berusia tujuh tahun. Indonesia memiliki kategori anak usia dini yaitu sejak usia 0-6 tahun. Anak usia dini lahir dengan membawa segenap kecerdasan yang dianugerahkan oleh Tuhan, namun potensi tersebut tidak mungkin berkembang apalagi muncul jika tidak diajarkan sejak dini. Sudaryanti (2010: 3) mengungkapkan bahwa anak usia dini adalah masa emas (Sudaryanti, Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Usia Dini Dalam Mewujudkan Warga Negara Yang Baik, 2010) (Sudaryanti, Pentingnya Pendidikan Karakter Sejak Usia Dini Dalam Mewujudkan Warga Negara Yang Baik, 2010) (golden age) yang hanya terjadi sekali dalam masa perkembangan, sekaligus masa krisis pada usia anak. Penelitian menjelaskan bahwa sejak lahir anak memiliki 1000 milyar sel otak, sel ini harus dirangsang supaya terus hidup dan berkembang, apabila tidak dirangsang akan mengalami penurunan serta berdampak pada pengikisan potensi pada anak. Anak usia dini mempunyai sikap spontan, bisa dalam aktivitas maupun interaksi dengan orang lain. Anak tidak mampu membedakan perilaku yang ditunjukkan bisa diterima orang lain atau tidak, jika orang dewasa tidak menyampaikan kepada anak secara langsung tentang sikap yang diharapkan masyarakat, memberikan contoh kepada anak tentang sikap yang baik, dan membiasakan anak untuk bersikap baik dalam kehidupan di manapun berada. Namun menjadi pertimbangan pembentukan sikap anak menjadi individu yang bersikap baik yaitu anak yang belum mengetahui banyak hal tentang perilaku yang dapat diterima oleh Masyarakat. Maka dari itu peran pendidikan sangat diperlukan untuk membantu karakter anak sejak usia dini. Kata karakter pastinya sudah tidak asing lagi untuk didengar dalam kehidupan sehari-hari, baik pada perilaku baik maupun buruk. Sudaryanti (2012: 13-14) dalam kamus besar bahsa Indonesia, “karakter” diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan,akhlak atau budi pekerti. Karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yaitu perbuatan yang selalu dilakukan. Dalam Slamet Suyanto (2012: 3) karakter diartikan sebagai nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat luas, seperti etis, hormat, demokratis,adil dan fair, peduli, serta bertanggung jawab yang bersumber pada nilai-nilai kemasyarakatan, ideologi negara, dan kewarganegaraan, nilai-nilai budaya bangsa, etnik, dan agama yang diterima oleh Masyarakat Indonesia secara luas sehingga tidak menimbulkan konflik. Darmiyati Zuchdi,dkk. (2015: 3) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah system penanaman nilai-nilai perilaku kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaram, dan tindakan untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia paripurna. Oleh sebab itu karakter menjadi nilai-nilai yang dapat diterima oleh Masyarakat yang membutuhkan sistem penanaman agar melekat pada diri manusia sehingga dapat berperilaku terpuji. Asmaun Sahlan (2013: 141-142) menjelaskan tentang tujuan pendidikan karakter yaitu arah dalam pelaksanaan pendidikan di sebuah Lembaga, dalam kehidupan manusia pendidikan karakter sangatlah penting khususnya pemuda penerus bangsa Indonesia yang ditempuh dengan moral di berbagai Lembaga. Asmani (dalam Ary Kristiyani, 2014: 253-254) ada nilai-nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu: nilai karakter dengan tuhan, nilai karakter dengan diri sendiri nilai karakter dengan sesama, nilai karakter dengan lingkungan, nilai kebangsaan. Nuraeni (2014: 2) menjelaskan nilai-nilai karakter pada anak usia dini, yaitu ada jujur, disiplin, toleran, mandiri.Ary Krisdayani (2014: 252) menjelaskan bahwa pendidikan itu dilakukan sepanjang hayat. Pemberian pendidikan dimulai sejak usia dini, dapat diberikan melalui lingkungan formal maupun nonformal. Pendidikan formal yaitu dari bangku sekolah yang dibekali oleh guru, sedangkan nonformal dibekali oleh orang tua, keluarga, maupun masyarakat. Mustofa Rohamn (dalam Johan Istiadie dan Fauti Subhan, 2013:54) yang menjelaskan bahwa peran orang tua yaitu bertanggung jawab untuk mmembersihkan lidah dari perkataan kotor, dan perkataan yang menimbulkan menurunnya nilai moral serta pendidikan. Ramayulis,dkk. (dalam Asnawan, 2012: 5) yang menjelaskan tentang fungsi keluarga dalam sosialisasi, memberikan arah pendidikan, pengisian jiwa yang baik, dan arahan kejiwaan. Nana Prasetyo (2011: 8-14) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter, yaitu bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak kepada dunia, seperti pengetahuan, pengalaman, prinsip-prinsip moral, serta interaksi antara orang tua dan anak. Proses pembentukan karakter dimulai dengan keadaan ayah-ibu sebagai sosok yang sangat berpengaruh sebagai contoh yang ditiru oleh anak-anak. Abdullah Nashih Ulwan (dalam Ahmad Atabik dan Ahmad Burhanuddin, 2015: 282-290) yang menjelaskan bahwa ada lima metode pendidikan, yaitu dengan keteladanan, dengan kebiasaan (pengulangan), dengan nasihat, dengan memberi perhatian dan pengawasan.
KesimpulanPendidikan karakter dimulai sejak dini, karena merupakan masa yang kritis dalam perkembangan individu. Peran pendidikan sangat diperlukan untuk membantu karakter anak sejak usia dini. karakter menjadi nilai-nilai yang dapat diterima oleh Masyarakat yang membutuhkan sistem penanaman agar melekat pada diri manusia sehingga dapat berperilaku terpuji. Dalam kehidupan manusia pendidikan karakter sangatlah penting khususnya pemuda penerus bangsa Indonesia yang ditempuh dengan moral. Anak-anak harus memiliki nilai-nilai karakter pada anak usia dini, yaitu jujur, disiplin, toleran, mandiri. Anak-anak juga mampu menerapkan metode pendidikan, yaitu denga keteladanan, dengan kebiasaan (pengulangan), dengan nasihat, dengan memberi perhatian dan pengawasan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image