Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Gendis maulana

Masalah Kesehatan dan Pengaruh Gizi pada Anak Usia Dini

Eduaksi | Thursday, 07 Dec 2023, 13:14 WIB

Dalam tubuh banyak sekali membutuhkan beragam nutrisi, karbohidrat, protein, serat, vitamin, dan lainnya agar bisa mencukupi kebutuhan tubuh kita disetiap harinya. Jika nutrisi, protein, karbohidrat, serat, vitamin tidak terpenuhi dengan cukup kemungkinan akan terjadi gizi buruk yang menyebabkan gangguan kesehatan dapat terjadi. Sedangkan gizi buruk pada anak dapat menyebabakan terganggunya pertumbuhan, pola pikir, perkembangan mental yang buruk, hingga prestasi yang tidak optimal sehingga mengganggu kegiatan disetiap harinya.

Oleh karna itu, pada kondisi gizi buruk yang sering dialami pada anak-anak seorang ibu jangan sampai menganggap remeh. Karena menjadi permasalahan pada kesehatan utama di dunia, khususnya pada anak-anak di negara yang berkembang. Penting bagi seorang ibu untuk lebih mengenali beberapa masalah kesehatan akibat gizi buruk pada anak-anak serta gejala-gejalanya agar bagi seorang ibu dapat memperhatikan kembali pada kesehatan anak dan dapat memberikan penanganan yang optimal (Rumah Sakit Dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam hospitals.

Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan yang dapat timbul akibat gizi buruk pada anak:

1. Marasmus

Marasmus dapat terjadi pada kondisi kekurangan asupan energi atau kalori dari semua bentuk makronutrien, yang mencakup karbohidrat, lemak, dan protein. Ini merupakan salah satu bentuk gizi buruk. Sering terjadi pada balita usia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan kecukupan ASI serta makanan lainnya. Sehingga dapat menimbulkan gejala yaitu terlihat kurus pada tubuh, tulang yang menonjol, dan wajah terlihat amat menua.

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor dapat terjadi pada kondisi malnutrisi akut, karena kekurangan protein. Jika pada kondisi ini dibiarkan dapat menyebabkan retensi cairan, sehingga perut terlihat buncit. Kekurangan protein sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Sehingga dapat menimbulkan gejala penumpukkan cairan (bengkak/edema) sehingga menyenangkan perut buncit, wajah membulat dan sembab, dan otot mengecil.

3. Marasmus-Kwashiorkor

marasmus-kwashiorkor dapat terjadi dimana kondisi kesehatan akibat gizi buruk pada anak yang dapat menggabungkan kondisi pada gejala marasmus dan kwashiorkor. Anak yang mengalami kedua kondisi ini biasanya memiliki beberapa gejala utama yaitu seperti tubuh yang kurus, terdapat penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh, dan memiliki berat badan usia (BB/U) kurang dari 60% dari berat normal usia pada anak tersebut.

4. Skorbut

Skorbut dapat terjadi pada kondisi akibat kekurangan vitamin C. Sehingga dapat menimbulkan gejala sariawan, lemah, nyeri otot dan sendi, pendarahan/pembengkakan gusi, ruam merah di kulit, diare, mual, hingga demam. Oleh karna itu sering kali disarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin C atau rutin makan buah-buahan kaya akan vitamin C.

5. Anemia

Anemia dapat terjadi pada kondisi kurangnya sel darah merah. Terdapat banyak sekali jenis anemia, akan tapi yang paling umum adalah anemia kekurangan zat besi. Sehingga dapat menimbulkan gejala tubuh lemah dan lesu, kesemutan di kaki, detak jantung cepat, nyeri dan radang lidah, kulit pucat, sesak napas, dan sakit dada.

Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat. gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi. Masalah gizi buruk disebabkan oleh ketidaktahuan terhadap gizi sehingga banyak jenis bahan makanan yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi anak. Pola asuh makan anak akan selalu terkait dengan pemberian makan yang akhirnya akan memberikan sumbangan terhadap status gizi anak. Ibu memiliki peranan penting dalam menatalaksanakan makanan bagi anak serta menjamin terpenuhinya kebutuhan anak akan makanan bergizi. Aspek sanitasi lingkungan juga sangat menentukan kondisi kesehatan bayi. Kurangnya perhatian keluarga, terutama ibu, dalam hal sanitasi lingkungan dapat meningkatkan kerentanan bayi terhadap penyakit infeksi dan mengurangi kesempatan anak untuk mengeksplorasi lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai anak dengan gizi buruk kurang aktif datang ke posyandu karena merasa kurang percaya diri sehubungan dengan kondisi anaknya. Sebagian ibu merasa tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan jika anaknya sakit (misalnya batuk pilek) karena merasa bisa diobati dengan obat pasaran dan akan sembuh sendiri. Kemampuan suatu rumah tangga untuk mengakses pelayanan kesehatan berkaitan dengan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan serta kemampuan ekonomi untuk membayar biaya pelayanan. Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan dimungkinkan karena keluarga tidak mampu membayar serta kurang pendidikan dan pengetahuan sehingga menjadi kendala keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak pada status gizi masyarakat. Gizi buruk pada anak bisa berdampak terhadap tumbuh kembang, kemampuan belajar, dan masa depannya. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk teliti dalam memantau status gizi anak, yakni dengan rutin menimbang berat badan anak dan mengukur tinggi badan anak ke dokter atau ke puskesmas, posyandu, atau fasilitas kesehatan lainnya. Jika terdeteksi dan ditangani lebih awal, dampak gizi buruk terhadap kesehatan dan proses tumbuh kembang anak bisa diminimalkan. Masalah kesehatan terkait dampak gizi buruk bisa menimpa siapa saja. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang, termasuk Anda, untuk mengenali berbagai gejala gizi buruk dan memenuhi asupan nutrisi dengan baik dengan menerapkan pola makan sehat. Bila perlu, Anda juga bisa mencukupi asupan nutrisi dengan mengonsumsi suplemen nutrisi tambahan sesuai rekomendasi dokter. Apabila Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala gizi buruk, janganlah ragu untuk segera memeriksakan diri ke dokter gizi. Hal ini penting dilakukan agar dokter dapat memberikan penanganan untuk memperbaiki status gizi serta mencegah dan mengatasi dampak gizi buruk lebih lanjut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image