Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image farah fahira

Proyek Pembelajaran: Membangun Kreativitas dan Produktivitas Pembelajaran

Edukasi | Friday, 01 Dec 2023, 08:33 WIB
https://pin.it/1WNlAhu

Dunia pendidikan terus berkembang dan berinovasi. Kementerian pendidikan kebudayaan riset dan teknologi (Kemdikbudristek) sedang mengupayakan penyeluruhan pergantian kurikulum dari kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka. Memajukan kualitas pendidikan di Indonesia dan melahirkan generasi masa depan yang kuat secara intelektualitas, karakter dan memiliki semangat ingin selalu belajar sepanjang hayat (life long learner) itu termasuk substansi dari kurikulum merdeka. Dengan semakin ketatnya persaingan sumber daya manusia global, kurikulum merdeka hadir menjadi jawaban dari permasalahan ini. Cakupan materi yang dicantumkan terdiri dari kompetensi, pelaksaan pembelajaran yang fleksibel dan karakter pelajar pancasila, serta pelajar mampu memanfaatkan teknologi dalam proses belajarnya.

Penerapan kurikulum merdeka untuk mendorong agar peserta didik dapat berkembang sesuai minat, bakat, potensi dan kebutuhan masing-masing. Unsur kreativitas dan produktivitas yang terealisasikan dengan kinerja baik dapat menentukan kualitas generasi di masa depan. Demi menghasilkan generasi masa depan yang berkualitas, pentingnya meningkatkan dua unsur tersebut. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, dapat mempermudah proses dan hasil belajar siswa, sehingga siswa dapat meraih apa yang telah direncanakan dengan mudah dan efektif. Kurikulum merdeka memberikan beberapa model pembelajaran diantaranya, Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PJBL), Inquiry Based Learning (IL), dan Discovery Learning (DL).

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran adalah Problem Based Learning (PJBL). Model pembelajaran ini sudah banyak digunakan oleh negara maju seperti Amerika Serikat. Dalam bahasa Indonesia Project Based Learning diartikan sebagai pembelajaran berbasis proyek, pembelajarannya menekankan pada kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks yang terjadi sehari-hari melalui pengalaman belajar praktik secara langsung. George Lucas Educational Foundation (2005) menjelaskan secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning sebagai berikut:

1. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengharapkan adanya standar isi dalam kurikulum. Proses penelitian dimulai dengan memunculkan pertanyaan panduan (a guiding question) dan membimbing perserta didik dalam sebuah proyek yang membutuhkan kerja sama tim untuk menggabungkan berbagai topik (materi) dalam kurikulum.

2. Project Based Learning adalah model pembelajaran yang mengharuskan guru membuat pertanyaan penuntun (a guiding question). Ini karena setiap perserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengeksplorasi materi dengan menggunakan berbagai cara yang signifikan untuk diriya sendiri, dan melakukan eksperiment dengan berkerja sama, yang memungkinkan setiap perserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan penuntun.

3. Project Based Learning mengharuskan perserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan berbagai materi. Dalam hal ini, perserta didik memiliki kemampuan untuk melihat pengetahuan secara keseluruhan. Lebih dari itu, Project Learning Based adalah studi mendalam tentang sebuah topic yang ada di dunia nyata, hal ini bermanfaat bagi perhatian dan upaya peserta didik.

4. Project Based Learning pembelajaran berbasis proyek memperhatikan pemahaman. Peserta didik mengeksplorasi, menilai, menginterpretasikan, dan mensintesis data dengan cara yang bermakna.

Hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud no.4 tahun 2020 Project Based Learning ini memiliki tujuan utama untuk memberikan pelatihan kepada pelajar untuk bisa berkolaborasi, tolong-menolong, dan empati dengan sesama. Mendikbud mengatakan, model pembelajaran ini sangat efektif diterapkan untuk para pelajar dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Dengan model pembelajaran seperti ini pelajar dapat mengeksplorasi lebih banyak tentang passion mereka masing-masing dan tentunya dapat meningkatkan kreativitas dari para pelajar. Keutamaan dari model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) antara lain:

1. Keahlian yang dimiliki dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

2. Mengembangkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar.

3. Memotivasi peserta didik untuk aktif di dalam kelas.

4. Kemampuan komunikasi peserta didik meningkat.

5. Meningkatkan sifat tanggung jawab dan kerja sama antar peserta didik. Peserta didik mampu mengorganisasi sebuah proyek.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) adalah menentukan materi pembelajaran dengan permasalahan yang nyata, menyusun daftar keinginan peserta didik agar pembelajaran lebih menyenangkan, membuat penyajian masalah untuk dapat mengarahkan peserta didik, menemukan alokasi waktu dan jadwal pembelajaran, mengorganisasikan kelompok belajar, membentuk lingkungan belajar, dan membuat rancangan format penilaian proses dan hasil belajar. Akan tetapi, PJBL juga memiliki kelemahan yaitu memerlukan banyak waktu, membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyaknya peralatan yang harus disiapkan, dan banyak pendidik yang lebih senang dengan kelas tradisional.

Dengan segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran Project Based Learning, dari beberapa penelitian menujukan bahwa metode ini memiliki pengaruh positif terhadap aktivitas kegiatan belajar. Dalam mencapai keefektifan dan keberhasilan kompetensi, pendidik harus mampu mengkoordinir kelas dan waktu sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Dengan adanya PJBL dapat menciptakan generasi masa depan yang kreatif dan produktif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image