Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SISKA LAILI

SB AMI Penang Bentuk Rasa Cinta Tanah Air

Filantropi | Saturday, 25 Nov 2023, 07:53 WIB

Dalam rumah dua tingkat, disemenanjung negeri Jiran suara anak-anak terdengar riuh gembira. Sebelum arunika menyapa mereka menghadap barat berjama’ah. Sebelumnya ‘’Bapak’’ menjemput mereka- dari rumah ke rumah. Kala matahari pagi semakin unjuk diri, riuh tawa anak-anak dalam rumah itu pun semakin ramai. Rumah dua tingkat itu di kontrak oleh sepasang suami istri bernama Ami Kusmiati dan Usman. Dalam rumah itu anak-anak saling menyuarakan angka dan huruf. Bagi mereka, rumah itu bukan sekedar rumah, tapi jalan awal mereka menjemput mimpi-mimpi. Ya, rumah itu adalah Sanggar Belajar (SB) Anak Malaysia Indonesia (AMI) Penang, Pulau Pinang, Malaysia yang terletak di selat Melaka dan lepas pantai barat laut semenanjung Malaysia.

SB AMI Penang berdiri pada 17 Agustus 2019. Berdiri tepat pada hari kemerdekaan Indonesia, SB AMI Penang menyimpan perjuangan, keihklasan, dan semangat cinta tanah air sepertihalnya semangat para pahlawan. Terdapat orang-orang berhati dan berpikiran hebat dibaliknya, yaitu Pak Gondrong, Cikgu Mia Kusmiati, Pak Usman, Cikgu Maria, Cikgu Indra dll. Bersyukurnya kami dapat mengobrol cukup panjang dengan salah satu pengelola yaitu Ibu Ami Kusmiati, yang akrab dipanggil Cikgu Mia.

Tahun 1998 saat beliau berusia 18 tahun, adalah awal perjalanan panjang ia di negeri Jiran. Krisis moneter membawanya memutuskan untuk membantu perekonomian keluarga dengan mengadu nasib di Malaysia. Tahun berganti tahun, kehidupannya dapat dikatakan lebih baik. Ia juga aktif diberbagai kegiatan sosial, bahkan pernah ikut bergabung di dinas sosial Persatuan Forkommi Pusat Malaysia dan LSI Institute Yayasan Syeh Sultan Ibnu Hyar Medan.

Latar belakang kehidupan yang keras menumbuhkan jiwa dan pemikiran yang kuat dalam jiwa Cikgu Mia. Di tambah lagi figur Bapak yang memiliki kepedulian sosial tinggi sangat menginspirasi ia untuk bisa bermanfaat terhadap sesama. "Jadi, Bapak saya dulu itu pada zaman Presiden Soeharto turut memperjuangkan supaya warga Cianjur mendapatkan bantuan sapi. Sebegitu pedulinya beliau sama masyarakat. Itu juga yang memotivasi saya" ujarnya. Oleh karena itu, Cikgu Mia aktif membantu para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia yang tersandung persoalan kematian, pemutihan, dan sebagainya.

Di sisi lain, Bapaknya juga bercita-cita anak-anaknya menjai guru. Oleh karena itu, lahirlah SB AMI Penang sebagai salah satu wadah ia dapat mengajar. Sekalipun tidak memiliki ijazah akademik. Baginya, siapapun bisa menjadi guru, dengan memberikan apa yang bisa dibagikan.

Cikgu Mia bercerita, awalnya ia bersana pegiat yang lain mendatangi rumah-rumah orang Indonesia yang memiliki anak sudah masuk usia sekolah. Namun, mereka tidak bisa sekolah selayaknya karena terkendala dokumen resmi. "Tapi lama kelamaan kami tidak kuat di biaya grab nya. Apalagi kami juga ada tanggung jawab pekerjaan lain," ungkapnya. Jadi, diputuskanlah untuk membuat SB sendiri, yang kini dikenal dengan SB AMI Penang Malaysia.

Nyatanya, dalam proses pengurusan pendirian tidak semudah itu. Banyak rintangan yang harus di hadapi, mulai dari administrasi samapi persoalan Cikgu Mia yang tidak memiliki ijazah akademik. "Saya dengan tegas mengatakan, saya melakukan ini sebagai wujud abdi kepada negeri. Cuma ini yang bisa kami berikan, membantu anak-anak Indonesia yang di Malaysia mengerti baca tulis. Coba bayangkan bagaimana masa depan mereka jika mereka tidak mengenal pendidikan," ujarnya dengan semangat yang membara.

Hal itu tidak lantas menyurutkan semangatnya untuk tetap mengajar semampu yang ia bisa. Bahkan ia mengaku tidak pernah mengajukan proposal permohonan bantuan dana ke pihak KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Penang. "Selama ini kami memakai dana pribadi. Selain itu, paguyuban PMI juga sangat membantu sekali. Mereka selalu memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh SB," terangnya.

Allah memang maha baik, selama niat kita baik pasti ada saja jalannya. Begitulah yang Cikgu Mia rasakan. Ia merasa, ketika keuangan tidak cukup, tapi SB membutuhkan fasilitas belajar, tiba-tiba Allah mengirimkan bantuan melalui relasi-relasi yang ia kenal. "Kami tidak memusingkan soal uang, tapi kami lebih memikirkan soal guru. Jadi, ketika saya berbicara dengan Prof. Harun (Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Surakarta), saya menegaskan tolong beri kami guru yang lebih berkompeten. Datangkan Mahasiswa-mahasiswa Indonesia untuk mengajar disini," pintanya.

Baginya, membantu anak-anak migran Indonesia di Malaysia untuk tetap memperoleh hak pendidikan adalah bentuk cinta kepada tanah air. Utamanya, merawat cinta mereka terhadap tanah moyang. Mengenalkan budaya Indonesia termasuk bahasa, sehingga sekalipun hidup di negara orang, mereka tidak kehilangan jati dirinya sebagai orang Indonesia. (Kelompok KKN KI-9 SB AMI Penang-2023)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image