Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Robin sah

Cindera Hati....

Edukasi | Friday, 24 Nov 2023, 12:39 WIB

By: Khairul Hibri

"Ummi, tolong ambilkan HP ummi," Pinta ane kepada istri, di tengah menikmati es Oyen, di depan RSUD Sidoarjo, di tengah terik matahari, beberapa waktu silam.

Disela-sela menyeruput es itu, ane teringat dengan janji kepada seorang mahasiswa, yang sehari sebelumnya, menghubungi via chat WA untuk ketemuan.

"Mau memberikan bingkisan/amanah dari teman-teman," tulisnya, menjelaskan tujuan dari pertemuan.

"Wah, jadi pinisirin," Canda ane merespon. informasi itu.

Akhirnya disepakati, keesokan harinya, pada pukul 13.30, akan diselenggarakan pertemuan di kantor STAIL. Kampus I.

Qodarullah, dalam waktu bersamaan di hari yang disepakati, datang kabar duka. Keponakan yang belajar di salah satu pondok di Sidoarjo, terkena sakit. Dirujuk ke RSUD, karena puskesmas tidak mengatasi. Indikasinya, kena Demam Berdarah.

Ane sampaikanlah permintaan maaf, karena belum bisa menempati janji. Posisi tengah di luar kota.

Yah, dengan siapapun kita harus berusaha untuk senantiasa menepati janji. Karena janji adalah hutang, yang kudu ditunaikan. Jangan seperti oknum penjabat, yang begitu mudah ingkar janji, semudah ia mengucapkannya.

Lho... Lho...., kok malah ke sana pembahasannya. Enggak bahaya, tah?! He... He......

Kembali ke topik utama. Singkat cerita, setelah coba menyesuaikan waktu satu sama lain, kembali disepakati pertemuan di hari itu. Waktunya yang digeser. Pukul 16.00. Ane perkirakan sudah sampai di rumah/kampus.

Benar perkiraan. Di jam yang telah disepakati, ane sudah menunggu di kantor, ruang penerimaan tamu.

Tak lama berselang, dua mahasiswa mengetuk pintu. Nampak masing-masing mereka menenteng sesuatu. Yang paling depan membawa parcel buah. Satu lagi, semacam tas kertas ukuran besar, berwarna cokelat dengan merek toko/penerbit buku terbesar dan ternama di Indonesia.

"Ini ucapan Terima kasih ustadz dari teman-teman, karena sudah dibimbing untuk menerbitkan karya (buku)."

ucap sosok yang memakai peci. Dia penanggungjawab proyek buku itu. Dialah yang mengkoordinir teman-teman mahasiswa, dan pihak yang menghubungi pihak penerbit, hingga terbitlah buku perdana mereka.

"Meski sebenarnya, " sambung sosok ramah itu, "ini tidak mewakili apa yang sudah ustadz ajarkan. Biarlah Allah yang akan membalas untuk yang lebih besarnya," imbuhnya.

Karena keterbatasan waktu, singkat cerita, dua bingkisan itu mereka serahkan. Termasuk tas kertas warna cokelat. Sedikitpun, ane tidak lihat isinya. Bagi ane, apa yang para mahasiswa lakukan itu sudah luar biasa.

Ane sebut demikian, bukan karena hadiahnya. Tapi lebih kepada upaya mereka menyambung kasih.

Yah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, "Berberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai."

Karena itu, ane tidak menyebut apa yang para mahasiswa berikan itu sebagai cindera mata, tapi lebih suka menamainya sebagai cindera hati.

Bagaimana yang diberikan itu terus melekat di hati. Karena didasari oleh sayang satu sama lain. Dengan harapan berkat wasilah inilah, ridha Allah bisa direngguh, sebagai modal penting memasuki jannah-Nya.

Lalu, apa isi tas kertas coklat itu?

Rasanya kurang elok bila ane sebutkan di sini. Yang pasti, sempat membuat ane geleng-geleng kepala, karena melihat 'kejenakaan' mereka dalam memilihkan hadiah di dalam kertas cokelat itu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image