Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Meidy Maulidiya

Novel Pagar Kawat Berduri pada Masa Revolusi Karya Trisnojuwono

Sastra | 2023-10-21 13:26:14

Novel pagar kawat berduri karya Trisnojuwono ini menceritakan tentang kisah revolusi pada saat itu ada dua orang pemuda bernama herman dan toto yang tertangkap oleh tentara belanda bersama dengan para pedagang saat berada di desa bedono, kemudian mereka dibawa kemarkas IVG ambarawa untuk melakukan pemeriksaan.

Identitas Novel

Nama Penulis: Trisnojuwono

Tahun Terbit: 1962

Penerbit: PT. Dunia Pustaka Jaya

Jumlah halaman: 158 halaman

Herman dan toto adalah seorang pejuang republik indonesia yang mengemban tugas untuk mencari keterangan mengenai penyerbuan belanda ke markas besar tentara dijogja, saat mereka sedang melakukan pemeriksaan mereka mengaku sebagai pelajar yang akan menlanjutkan pembelajaran kesemarang, mereka di siksa dan di masukan ke kamp pagar kawat berduri dibelakang penjara umum di salatiga oleh serdadu belanda kerena ada seorang serdadu yang mengetahui mereka sebagai pejuang republik indonesia.

Didalam kamp mereka bertemu dengan para tahanan yang berbeda latarbelakang mengapa mereka bisa berada di kamp tersebut, mereka juga bertemu parman kapten gerakan bawah tanah yang bernama kapten kresna yang menyamar sebagai parman, orang yang sejak lama mereka cari, parman terkenal dengan tampan, pintar dan bijak. Ia juga sering kali bermain catur bersama koenan yaitu kepala sel pagar kawat berduri.

Parman membuat rencana melarikan diri untuk herman dan toto mereka sering kali berunding untuk menjalankan recana melarikan diri tersebut, saat waktu yang mereka tentukan herman dan toto melarikan diri melewati tempat yang telah diarahkan oleh parman, sesaat terdengar bunyi tembakan membuat seisi sel gaduh sedangkan parman hanya terdiam pasrah.

Toto tewas tertembak oleh serdadu belanda sedangkan herman berhasil melarikan diri, sersan boy marah kepada keonan akibat kecorobohannya itulah membuat tahanan berani meralikan diri, parman yang ketahuan mendalangin hal tersebut mendapatkan hukuman mati dari kopral boy serdadu belanda, akhirnya koenan mengakhiri hidupnya akibat kecewa dan kehilangan kepercayaan terhadap parman . Sampailah tamat cerita novel ini

Gaya bahasa yang digunakan

Menggunakan kalimat tidak langsung, biasanya dalam novel terdapat tanda petik disetiap dialog tokohnya, namun dalam novel ini tidak menggunakan tanda petik. Novel ini beralur menanjak, yaitu konflik cerita berderap sampai klimaks dan memiliki keterkaitan yang erat dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik, antara lain: penokohan, setting, tema, dan latar belakang sosial budaya pengarang.

Kelebihan novel

Alur novel ini cukup menarik, Konfliknya yang sangat sederhana membuat para membaca mudah untuk memahami permasalah tahanan dengan para serdadu dan kehidupan mereka sendiri dan dijelaskan dengan sangat baik, dengan cara ini seolah-olah pembaca juga berperan dalam peristiwa tersebut.

Kekurangan novel

banyak bahasa atau kata yang sangat sulit di mengerti dan dipahami, selain itu juga banyak penggunaan kata yang salah atau kurang sesuai penempatan.

Simpulan

Kesimpulam dari novel ini yaitu Perjuangan dan pengorbanan warga negara dalam mempertahankan kemerdekaan. Demi cintanya kepada tanah air, Herman, Toto, dan Parman, serta para pejuang yang lain rela kehilangan harta, benda bahkan nyawa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image