Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Jokowi dan Indonesia yang Terus Membangun

Politik | Thursday, 21 Sep 2023, 10:29 WIB
Memberdayakan rakyat merupakan tugas negara untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Harus diakui, Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi mengalami pembangunan yang signifikan, khususnya di bidang infrastruktur. Pembangunan Indonesia yang saat ini kembali bergeliat selayaknya tidak meninggalkan semangat ekonomi kerakyatan sebagaimana yang diajarkan Bung Hatta. Ajarannya tentang strukturalisme ekonomi menolak ketimpangan-ketimpangan struktural sebagai sumber ketidakadilan sosial-ekonomi. Di rezim sebelumnya, seringkali atas nama pembangunan, negara mengabaikan rakyat. Padahal landasan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah mengedepankan kedaulatan rakyat di atas segala-galanya. Perlu dicatat, konsistensi Bung Hatta ketika merumuskan Pasal 33 UUD 1945, ketiga ayatnya sangat people based dan people centered.

Lalu, bagaimana seharusnya membangun Indonesia tanpa harus menciderai semangat ekonomi pro rakyat? Bung Hatta mengajarkan tidak perlu ada ambivalensi konvensional tentang trade off antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Hal ini disebabkan membangun ekonomi rakyat, berarti pemerataan terjadi beriringan dengan pertumbuhan.

Pandangan bahwa pemerataan atau perbaikan kesenjangan ekonomi harus menunggu berjalannya trickle down mechanism yang memberi rembesan ke bawah sejatinya adalah pengkhianatan terhadap Hattanomics. Untuk membangun Indonesia dibutuhkan keadilan sosial, sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila. Dan, untuk membentuk suatu sistem berkadilan sosial dan terwujudnya keadilan sosial, diperlukan kesadaran konstitusional yang tinggi.

Ada lima aspek ekonomi rakyat sebagai strategi pembangunan. Pertama, dengan rakyat secara partisipatori dan emansipatori, berkesempatan aktif dalam kegiatan ekonomi, maka akan lebih terjamin nilai tambah ekonomi yang langsung diterima rakyat. Dengan demikiam, pemerataan akan terjadi seiring dengan pertumbuhan.

Kedua, memberdayakan rakyat merupakan tugas nasional untuk meningkatkan produktivitas rakyat, sehingga rakyat lebih konkret menjadi aset aktif pembangunan. Subsidi dan proteksi kepada rakyat untuk membangun diri dalam kehidupan ekonominya merupakan investasi ekonomi nasional. Bisa dibilang, pembangunan yang berangkat dari ekonomi kerakyatan menjadi investasi sumber insani (human investment), bukan merupakan pemborosan atau inefficiency. Tentu pemberdayaan rakyat ini diharapkan dapat mendorong pula tumbuhnya kelas menengah yang berbasis akar rumput.

Ketiga, pembangunan ekonomi rakyat meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian akan menjadi energi rakyat untuk lebih mampu membangun dirinya sendiri (self empowering), sehingga rakyat mampu meraih "nilai tambah ekonomi" dan sekaligus 'nilai tambah sosial budaya" atau nilai tambah kemartabatan.

Keempat, pembangunan ekonomi rakyat sebagai pemberdayaan rakyat secara bersama-sama akan merupakan peningkatan posisi tawar kolektif untuk lebih mampu mencegah eksploitasi dan subordinasi ekonomi terhadap rakyat. Selain itu, pembangunan ekonomi rakyat sebagai sokoguru perekonomian nasional akan meningkatkan kemandirian ekonomi dalam negeri, dan menekan sebanyak mungkin ketergantungan akan kandungan impor (import contents), serta dapat meningkatkan kandungan domestik (domestic contents) produk-produk industri dalam negeri. Selanjutnya, kondisi lebih mampu mengembangkan pasar dalam negeri.

Kelima, dengan rakyat yang lebih aktif dan produktif dalam kegiatan ekonomi, maka nilai tambah ekonomi akan sebanyak mungkin terjadi di dalam negeri dan untuk kepentingan pengembangan ekonomi dalam negeri. Pembangunan ekonomi rakyat akan lebih menyesuaikan kemampuan rakat yang ada dengan sumber dalam negeri yang tersedia (endowment factors Indonesia). Berdasarkan hal tersebut, strategi pembangunan Indonesia menggunakan sumber-sumber lokal (resources based) dan terpusat pada rakyat (people centered).

Dari lima aspek pembangunan di atas, maka kita bisa meninggalkan proses trickle down effect neoliberalistik yang ilusif dan menjerumuskan. Kita membutuhkan pendekatan kooperativisme dalam membangun ekonomi rakyat yang nantinya akan menumbuhkan kekuatan ekonomi luar biasa bagi rakyat Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image