Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rachel Sunarko

Menjadi Seniman Data: Memahat Cerita dari Kumpulan Informasi

Teknologi | Tuesday, 30 Apr 2024, 15:19 WIB

Data itu membosankan. Kumpulan angka dan huruf yang bercampur menjadi satu; apa yang menarik dari itu? Jika kita meletakkannya dalam perspektif lain, patung yang kita lihat di museum juga awalnya hanya bongkahan tanah liat. Namun, seorang seniman mengolah tanah liat yang jelek dan tidak menarik menjadi karya seni yang menakjubkan. Ini adalah konsep dari Data Storytelling. Data itu membosankan dan tidak menarik. Yang menarik adalah cerita dan karya yang kita bangun berdasarkan data tersebut, dan Data Scientist lah senimannya. Jadi, sebagai seniman data, apa yang bisa kita lakukan dengan data ini? Bagaimana cara membuat data ini menjadi menarik?

Cari Cerita dalam Data

Kita ingin menyajikan sesuatu yang menarik, maka carilah hal yang menarik itu. Coba untuk “melihat” sebuah cerita dalam kumpulan fakta dari berbagai sudut pandang. Sama seperti seniman yang berusaha mencari inspirasi, pikirkan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lainnya. Apakah ada sesuatu yang penting dalam data yang kita miliki? Ingat bahwa suatu peristiwa bisa menjadi sebuah cerita yang menarik karena ketepatan waktu, kedekatan, kebaruan, atau dampaknya. Tips yang juga berguna adalah mencari suatu anomali atau “keanehan”. Anomali akan selalu menjadi sesuatu yang menarik untuk kita ceritakan. Namun di atas semua itu, pikirkan apa yang ingin audiens ketahui. Inti dari mengubah data menjadi sebuah cerita adalah dengan “memanusiakannya”. Fokus pada audiens dan bagaimana data mempengaruhi mereka untuk memandu bagaimana kita menampilkan dan mengolah data.

Tentukan Bahan yang Penting: Mengambil dan Mengumpulkan Data

Inspirasi sudah ada. Sekarang saatnya mencari ‘tanah liat’ yang tepat. Sayangnya kita memiliki masalah. Data itu besar. Sangat besar. Menentukan dan mengambil kumpulan data yang relevan dengan topik dapat menjadi sebuah tantangan. Oleh karena itu, langkah awal yang harus kita ambil adalah mengidentifikasi data yang dapat menginformasikan topik kita. Kita bisa mengeksplorasi sumber data yang sudah tersedia dari banyak platform. Cara lain yang juga bisa kita lakukan adalah membuat sumber data sendiri. Kumpulkan data primer melalui survei, wawancara, eksperimen, atau observasi, atau dengan membuat data sekunder melalui analisis. Pahami dengan baik data yang sudah kita miliki – apa yang bisa kita olah dan apa yang tidak? Data apa yang kurang dan belum kita miliki? Baru setelah itu kita bisa mempertimbangkan data lain yang mungkin tersedia untuk mengisi kekurangan yang ada. Ingat bahwa dalam tahap ini, kita harus mempertimbangkan kualitas dan kredibilitas sumber data atau kelayakan dan validitas metode pembuatan data.

Mulai Memahat Data!

Kita sampai pada tahap yang paling penting yaitu memahat data yang kita kumpulkan; menganalisis dan mengolah data untuk menemukan wawasan. Ekstrak sesuatu dari data yang kita punya. Tahap ini melibatkan data cleaning, analisis, dan interpretasi. Rangkaian tahap ini menggali hubungan dan pola dari kumpulan data untuk membantu kita mewujudkan cerita yang ingin kita sampaikan. Tahap data cleaning memastikan keakuratan data, analisis mengungkapkan pola, dan interpretasi memberikan makna. Dalam melakukan keseluruhan tahap ini, kita dapat menggunakan berbagai “alat pahat” seperti model, machine learning, dan pemrograman tingkat lanjut. Temuan dari analisis data kemudian akan kita ambil untuk menyusun dan merangkai narasi yang menarik dan mudah dimengerti. Buat narasi seolah menceritakan suatu kisah, tapi dengan berdasarkan data dan analitik kompleks.

Sentuhan Akhir: Visualisasi Data

Tahap terakhir adalah memilih visualisasi data yang efektif untuk mengkomunikasikan temuan secara jelas kepada audiens. Ini seperti memberikan sentuhan akhir pada patung untuk memperkuat pesan dari karya tersebut. Visualisasi data dapat membantu memahami data dengan lebih mudah dan menyajikannya secara menarik. Sebuah bagan atau grafik dapat mewakili ratusan poin dari hasil pengolahan data sebelumnya. Untuk membuatnya, pikirkan poin terpenting yang ingin kita komunikasikan. Setelah memiliki gagasan tentang hal-hal penting yang ingin kita sampaikan, pertimbangkan jenis visualisasi mana yang paling efektif untuk mengekspresikannya.

Apa yang Ingin Kamu Ceritakan?

Data Storytelling adalah seni menyajikan cerita yang menarik berdasarkan data yang kompleks untuk mempengaruhi dan memberi informasi kepada audiens. Dengan Data Storytelling, kita dapat mendorong perubahan positif dengan menggerakkan orang lewat data dan narasi. Jadi, apa yang ingin kamu ceritakan? Mari kita bangun cerita bersama-sama dan ciptakan perubahan yang kita inginkan!

Referensi

https://www.iress.com/upfront/articles/data-is-boring-whats-interesting-is-the-stories-you-build-on-that-data/

https://tdwi.org/articles/2015/12/15/how-to-find-a-story-in-data.aspx

https://www.linkedin.com/pulse/how-turn-data-stories-make-boring-facts-exciting-alexander-ferguson/

https://www.thoughtspot.com/data-trends/best-practices/data-storytelling

https://blog.betterimpact.com/en/finding-and-using-data-that-matters-6-things-to-think-about

https://www.linkedin.com/advice/3/what-most-effective-ways-identify-relevant-data-sources

https://ischoolonline.berkeley.edu/data-science/what-is-data-science/

https://zapier.com/blog/data-analysis-example/

https://pudding.cool/process/how-to-make-dope-shit-part-2/

https://powerbi.microsoft.com/en-us/data-storytelling/

Sumber Gambar

https://customprints.dia.org/detail/491386/rodin-the-thinker-1904

https://atlasti.com/guides/qualitative-research-guide-part-3/data-visualization

Penulis: Rachel Sunarko, Mahasiswa Teknologi Sains Data Universitas Airlangga Angkatan 2023

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image