Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Jalur Sepeda yang Cuma Kosmetik

Gaya Hidup | 2023-09-06 08:27:24
Sepeda motor mendominasi jalanan di negara kita. Foto: IG @enambelaspas.

Meskipun bersepeda nyata-nyata memiliki dampak bagus bagi kesehatan pribadi dan kesehatan lingkungan, masih banyak orang di negara kita yang lebih memilih menunggang kendaraan bermotor daripada menggowes sepeda.

Maka, tidak usah heran, jalanan kota-kota kita pun selalu disesaki oleh kendaraan bermotor. Seharusnya kita menerima saja kalau pada akhirnya kota-kota kita kian macet dan kian polutif. Toh itu karena ulah kita juga yang ikut ecara aktif menjadi biang kemacetan dan polusi.

Di satu sisi, kita mengeluh soal kemacetan dan mengeluh soal polusi udara. Tapi, di sisi lain, kita sendiri ke mana-mana selalu menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Artinya, kita mengeluhkan masalah di mana diri kita justru turut menjadi bagian dari masalah itu sendiri.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejak beberapa waktu lalu, telah mendorong negara-negara anggotanya serta para pemangku kepentingan lainnya untuk menekankan dan mempromosikan penggunaan sepeda sebagai sarana untuk mewujudkan tercapainya pembangunan berkelanjutan, memperkuat pendidikan, termasuk pendidikan jasmani, khususnya untuk anak-anak dan kaum muda, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, mempromosikan toleransi dan saling pengertian serta menghormati dan memfasilitasi inklusi sosial dan juga pengembangan budaya damai.

Jalur sepeda

Saat ini, di beberapa kota di negara kita, telah dibangun jalur-jalur sepeda. Termasuk di ibukota Jakarta. Tujuannya tentu agar membuat pesepeda semakin aman dan nyaman berkendara. Sekilas, ini terlihat keren. Namun, toh jalur-jalur sepeda yang dibikin di sejumlah kota kita itu lebih banyak nganggur. Dengan kata lain, mubazir.

Faktanya, kebanyakan orang di negara ini sepedahan hanya di hari-hari tertentu. Tujuan sepedahan juga sekadar rekreasi, olahraga atau bahkan gaya-gayaan. Jujur saja, tak banyak yang menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi sehari-hari -- mulai dari ke kantor, ke kampus, ke sekolah, ke pasar hingga ke kondangan. Untuk keperluan transportasi sehari-hari, orang kita masih lebih suka menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi.

Bahkan, yang katanya gemar sepedahan pun, tak sedikit dari mereka tatkala mau sepedahan, sepedahnya di-loading terlebih dahulu menggunakan mobil.

Sepeda kayuh belum -- atau mungkin tidak akan pernah -- menjadi pilihan utama sebagai sarana transportasi kebanyakan orang di negara kita. Lain misalnya dengan orang-orang di sejumlah negara, sebutlah Belanda, Denmark, atau juga Jepang. Di negara-negara itu, banyak warga menggunakan sepeda setiap hari sebagai sarana transportasi.

Membangun jalur khusus untuk pesepeda di kota-kota kita tentu langkah bagus dan perlu terus dilakukan. Tapi, ini perlu dibarengi dengan sejumlah kebijakan lainnya, mulai dari tata kelola parkir, pembatasan kendaraan bermotor pribadi, peningkatan layanan transportasi umum, perluasan kanopi hijau hingga insentif menarik untuk para pengguna sepeda, yang muaranya mendorong warga, termasuk anak-anak sekolah maupun para pejabat, agar lebih memilih mengayuh sepeda daripada menunggang sepeda motor atau mobil pribadi untuk transportasi sehari-hari.

Tanpa ada kebijakan yang mampu mendorong warga untuk lebih memilih bersepeda, sekeren apa pun jalur yang disediakan untuk pesepeda, akhirnya jalur itu cuma kosmetik. Orang tetap saja lebih memilih naik kendaraan bermotor pribadi.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image