Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nabila Nurul Putri

AI, Ancaman atau Tantangan bagi Penulis?

Lomba | Wednesday, 30 Aug 2023, 22:55 WIB

Anda pasti familiar dengan platform Chat GPT, Mid Journey dan masih banyak lagi yang sering muncul pada tempat kerja. Sudah lumrah beberapa diantara kalian menggunakan platform di atas karena membantu pekerjaan lebih cepat dan efisien. Yup, platform tersebut adalah salah satu hasil pengembangan dari teknologi AI atau Artificial Intelligence yang sedang hangat diperbincangkan secara global. Lantas apa itu AI? Yuk, simak penjelasannya!

Sumber Foto: Phonlamaistudio/Freepik

Menurut artikel Niagahoster, AI atau Artificial Intelligence adalah simulasi kecerdasan manusia yang diterapkan ke dalam sistem komputer atau perangkat mesin lain, sehingga perangkat tersebut punya cara berpikir seperti manusia. Simpelnya adalah teknologi yang ingin menyamai pola pikir manusia dalam bekerja sesuai yang diinginkan penciptanya.

Tujuan dibuatnya AI adalah untuk meniru kemampuan kognitif manusia seperti belajar, self-correction dan lain sebagainya. Oleh karena itu, AI dapat melakukan aktivitas fisik layaknya manusia seperti:

 

  • Acting Humanly – Sistem dapat bertindak seperti manusia.
  • Thinking Humanly – Sistem bisa berpikir layaknya manusia.
  • Thinking Rationally – Sistem mampu berpikir secara rasional.
  • Acting Rationally – Sistem sanggup bertindak dengan rasional.

Selanjutnya AI akan mempelajari data-data yang diberikan yang kemudian diproses untuk pengambilan keputusan. Semakin sering diberikan data dengan big data maka akan semakin mahir dalam melakukan hal tersebut. Treatmentnya sama seperti manusia ya! semakin banyak mempelajari sesuatu akan semakin jago dalam menguasai bidang tersebut.

Kemampuan AI dalam mempelajari dan mengeksekusi pekerjaan dinilai banyak perusahaan menguntungkan karena lebih efisien untuk menghasilkan sebuah produk yang diinginkan oleh klien dengan biaya minim. Namun, hal ini memunculkan asumsi bahwa beberapa profesi akan tergantikan oleh teknologi AI, salah satunya penulis.

Akankah Penulis Tergantikan?

Sumber Foto: thanyakij-12/Freepik

Dari penelitian AIOE tahun 2023, pada urutan 50 ke bawah setelah pekerja intelektual, jenis profesi yang terpapar AI (AI Occupational Exposure) adalah pekerja kreatif seperti reporter, desain grafis, penerjemah dan penyunting, penulis, editor, penyiar radio dan televisi, produser, pengembang web, editor film dan video, kurator, aktor, desainer grafis dan mode, animator multimedia, sampai musisi. Siapa sih yang tidak tergiur menggunakan salah satu platform mutakhir seperti ChatGPT yang dapat membantu tulisan lebih cepat terselesaikan sesuai deadline? jujur saya sendiri sebagai penulis kerap kali menggunakan ChatGPT. Tujuan saya menggunakannya adalah agar tulisan tetap up to date dan efisiensi waktu. Saya pun takjub dengan kemampuan ChatGPT dalam mengolah informasi sesuai keinginan pengguna. ChatGPT seakan-akan seorang anak yang dapat diajari oleh orang tuanya dalam melakukan tindakan. Seperti contoh ketika saya memerintahkan ChatGPT sebagai seorang penulis handal. Saya pun langsung mengarahkan ChatGPT membuat ide campaign. Alhasil, muncul beberapa ide yang relevan sesuai dengan tema yang diminta. Ide yang muncul layaknya hasil riset secara instan. Namun, dalam kalimat yang diciptakan AI masih terkesan kurang memperlihatkan sisi emosional sehingga jika ditelan bulat kalimatnya maka akan terdengar kaku. Tentu saja dalam menulis tetap perlu kecerdasan emosional manusia dalam memilih ide yang sesuai selera pembaca agar pesan komunikasi tersampaikan dan hidup. Ini lah yang menjadi salah satu kelemahan teknologi AI yang tidak dapat dipungkiri. Sehingga bagi para penulis yang merasa kariernya akan tergantikan karena AI, menurut saya tidak perlu khawatir ya!

AI Menjadi Ancaman atau Tantangan?

Selain itu, belum ada peraturan yang valid terkait pengembangan teknologi AI yang dapat menjadi ancaman besar.

Dikutip dari website UGM, Guru Besar UGM, Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM., menyampaikan kehadiran AI memudahkan pekerjaan manusia, membantu lebih kreatif dan lebih produktif. Namun, AI bisa menimbulkan ancaman besar saat ada pihak-pihak yang mengembangkan varian baru AI yang menyalahi etika.

Bahaya menyalahi etika ini lebih ke arah privasi seperti contohnya perubahan visual fisik yang dapat dimanipulasi untuk kejahatan. Selama belum ada aturan jelas, maka AI akan terus berkembang secara bebas. Oleh karena itu, diperlukan tolok ukur yang membatasi pemakaian AI. Dengan tolok ukur pemakaian AI, maka akan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan justru membantu untuk memajukan para pelaku kreatif mengembangkan ide-ide out of the box. Semakin banyak ide out of the box maka semakin mudah mencapai target pasar yang presisi.

Dikutip dari laman Antara News, pakar dari Departemen Ilmu Komunikasi UGM sekaligus Head of Strategy Ambilhati Rosinsko Hiro mengatakan AI yang banyak digunakan industri untuk menemukan target pasar tidak perlu diposisikan sebagai ancaman.

Sisi positifnya, AI dapat menjadi stimulan untuk mengembangkan diri serta menjawab tantangan bagi penulis dan para pelaku kreatif.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image