Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudha Hari Wardhana

Dua Sisi Artificial Intelligence, Memajukan dan Menghancurkan Peradaban

Lomba | Saturday, 26 Aug 2023, 08:40 WIB

Meski istilah artificial intelligence (AI) baru belakangan ini menjadi trending topic, namun keberadaannya sudah banyak dimanfaatkan manusia sejak terjadinya modernisasi teknologi berbasis digital. Tak bisa dinafikan, kecerdasan buatan menjadi sosok virtual yang menjadikan banyak orang memiliki rasa ketergantungan.

Kalau dulu saat orang membutuhkan informasi, dia akan membuka berbagai referensi cetak seperti koran, majalah, mensiklopedi, dan buku-buku lainnya yang relevan. Namun sejak berkembangnya digitalisasi, ada satu sosok virtual yang dicitrakan very smart, memiliki banyak pengetahuan. Kecerdasan itulah yang membuat banyak orang mengandalkannya dalam urusan pencarian data dan informasi, Dialah Mbah Gugel alias Google.com, mesin pencarian dengan kecerdasan buatan untuk memudahkan manusia dalam menggali informasi.

Dalam perkembangannya, google juga “melahirkan” aplikasi pemandu jalan bernam google maps. Maka tidaklah mengherankan kalau semakin jarang ada orang turun dari kendaraannya hanya untuk bertanya kepada orang lain tentang alamat yang akan dituju.

Selain mesin pencarian google, kecerdasan buatan yang juga semakin sering digunakan manusia belakangan ini adalah online shop. Saat seseorang berbelanja secara online di sebuah online shop, dia pasti akan mengetikkan nama produk di kotak pencarian. Tanpa ada orang yang menjadi operator, online shop akan dengan sangat cepat memberikan rekomendasi produk yang cocok.

Artificial intelligence pula yang ada di dalam sistem aplikasi ojek online. Saat seseorng memesan layanan jasa ojek online dari suatu lokasi penjemputan ke lokasi tujuan, aplikasi ojol akan dengan cepat memanggil dan memilih seorang driver tanpa harus melalui seorang operator seperti dulu saat orang order taksi.

Cara kerja kecerdasan buatan juga digunakan sebagian orang untuk menjalankan fungsi asistensi dan konsultasi. Masih ingat dengan kasus Dewa Kipas? Terlepas dari benar atau tidaknya dia menggunakan bots dalam memainkan catur online, dari kasus tersebut masyarakat bisa mengetahui eksistensi artificial intelligence yang bisa menjalankan peran sebagai asisten atau konsultan virtual.

Teknologi artificial intelligence juga membuat kalangan pebisnis produk ataupun jasa memanfaatkannya dalam memberikan layanan konsumen berbasis digital. Mengingat customer service berwujud manusia memiliki keterbatasan waktu dan tenaga untuk menjawab pertanyaan ataupun keluhan customer via chat, layanan konsumen secara virtual atau yang dikenal dengan istilah chatbot banyak digunakan. Chatbot sendiri dibekali kemampuan untuk mengenali frasa atau kata dan lantas memberikan jawaban yang paling sesuai berdasarkan triggernya

Seiring dengan inovasi dan kebutuhan yang terus berkembang, semakin banyak pula bentuk kecerdasan buatan yang bisa dimanfaatkan manusia. Sesuai namanya, kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah kecerdasan yang dibuat atau diprogram oleh manusia pada sistem teknologi. Karena bersifat artifisial, tidak genuine, maka artificial intelligence akan selalu mengikuti kehendak, pola pikir dan tindakan manusia, baik yang menciptakan program maupun penggunanya.

Adanya ketergantungan kuat dengan mindset manusia di belakangnya dan juga penggunanya, maka artificial intelligence selalu memiliki dua sisi. Selain menawarkan manfaat, kecerdasan buatan juga berpotensi menghadirkan ancaman. Opini ini bahkan dilontarkan langsung oleh para pakar yang sangat mendukung keberadaan artificial intelligence. Salah satunya adalah Kai-Fu-Lee.

Pada tahun 2019, Kai-Fu-Lee mengemukakan prediksinya bahwa keberadaan teknologi artificial intelligence akan dapat mengambil alih 40 persen pekerjaan manusia dalam 15 tahun ke depan. Penulis buku “AI Superpowers: China, Silicon Valley, and The New World Order” itu memberikan sugesti bahwa keberadaan AI akan menstimulasi manusia untuk meningkatkan kapasitas kompetitifnya.

Tetapi Lee juga tidak bisa menampik kemungkinan penggunaan AI untuk melakukan aktivitas kejahatan, seperti mencuri data pribadi, menyebarkan berita bohong (hoax) dan bahkan membunuh manusia. Dalam level paling ekstrim, AI bisa saja menjadi mesin perang sangat efektif.

Untuk mengantisipasinya, Lee mendorong dikeluarkannya regulasi penggunaan artificial intelligence. Adanya regulasi yang jelas itu akan menjadi kekuatan preventif agar keberadaan AI benar-benar bisa mendatangkan anugerah dan bukan musibah.

Sumber: wikimediacommons

#hutrol28 #lombanulisretizen #republikawritingcompetition

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image