Analisis Teks Terjemahan Alquran
Eduaksi | Thursday, 30 Dec 2021, 09:50 WIBAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Pada kesempatan kali ini, saya mencoba menganalisis teks hasil terjemahan bahasa Arab - Indonesia dari salah satu ayat Al-Qur'an. Bagi kalian yang ingin tau bagaimana cara menganalisis sebuah teks terjemahan, mari kita simak penjelasan berikut :
analisis ayat al-qur'an (QS. Al-An’am [6]:151)
وَلَا تَقْتُلُوْا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ
نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ
Artinya: “Janganlah membunuh anak-anakmu
karena miskin, kamilah yang memberi rizki kepadamu dan kepada mereka.” (QS.
al-An‟am[6]: 151).
وَلَا تَقْتُلُوْا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ
نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاكُمْ
Artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh anakmu karena takut miskin, kamilah yang memberi
rizki kepada mereka dan kepadamu.” (QS. al-Isra‟[17]: 31)
Analisis:
Pada kata وَلَا
تَقْتُلُوْا diartikan” Janganlah membunuh” nah disini huruf waw dan
fa’ilnya tidak dituliskan yang lebih tepatnya “dan janganlah kalian membunuh
anak-anak kalian” semua dhomir antum diatas seharusnya diartikan kalian.
Perhatikan
dua ayat di atas. Pada ayat pertama, dhamîrkum (untuk orang tua) didahulukan
dari pada dhamîr hum (untuk anak-anaknya). Karena ayat yang pertama di atas,
ditunjukan kepada orang miskin yang hidup dengan sangat kekurangan. Mereka
membunuh anak-anak mereka karena tidak mampu memberi makan anak-anaknya. Oleh
karena itu, pada ayat pertama di atas, Allah menjamin rizki bagi kedua orang
tuanya terlebih dahulu, setelah itu rizki bagi anak-anaknya. Semenatara pada
ada ayat kedua di atas, dhamîr hum (untuk anak-anaknya) didahulukan dari pada
dhamîr kum untuk orang tua. Karena ayat kedua di atas, ditunjukan kepada orang
tua yang kaya yang hidup dalam kemewahan tetapi takut suatu hari mereka jatuh
miskin. Oleh karena itu, Allah menjamin rizki anak-anak mereka, sehingga mereka
tidak takut akan kemiskinan sebab kehadiran anak mereka.
Selain itu
lafazh min pada ayat pertama di atas, menunjukan makna li ajli (karena) dan
menunjukan waktu saat ini. Sedngkan lafazh khasyah menunjukan makna takut namun
pada waktu yang akan datang.39 Bahkan jika ada ayat-ayat yang mirip redaksinya,
lalu satu ayat al-Qur‟an di antara yang mirip ini, susunan redaksi kalimatnya
terasa tidak serasi, terkesan todak serasi, tetapi setelah diteliti, maka kita
akan tahu ternyata yang terkesan susunan kalimatnya tidak serasipun,
seseungguhnyamerupakan susunan kalimat yang serasi. Ini sebagaimana Q.S.
alAn‟am, ayat 95 di bawah ini.
إن الله فالق الحب و النوى يخرج الحي من الميت
ومخرج الميت من الحي
Artinya:
“Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma).
Diamengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup.”
Pada ayat
di atas, bila dibandingkan dengan dua ayat lain yang beredaksi mirip dengan
ayat di atas, maka sekilas akan terasa ada yang janggal. Yaitu Q.S. Ali Imran,
ayat 27 dan Q.S. ar-Rûm, ayat 19. Dimana pada dua ayat ini redaksinya
terkesanserasi karena ada susunan redaksi يخرج الحي من
الميت ويخرج الميت من الحي, dan ada susunan ayat al Qur’an تخرج الحي من الميت
وتخرج الميت من الحي
Adapun
susunan ayat di atas baru bisa itu tetap serasi susunan kalimatnya, bila
dijelaskan oleh ulama, seperti di bawah ini.
Pada ayat
di atas, kata مخرج sebenarnya bukan
mau mengimbangi kata sebelumnya يخرج.
Akan tetapikata مخرج yang berupa isim fâ‟il
sesungguhnya adalah mengimbangi فالق yang
juga bentuk isim fâ‟il. Selain itu, pada ayat di atas, kata
الحب dan النوى artinya sama,
biji-bijian. Bedanya, kata الحب, artinya bijji-bijian
yang untuk makanan pokok suatu negeri . Sedangkan النوى
yang bukan makanan pokok. Karenanya pada ayat diatas, Allah mendahulukan kata الحب dari pada kata النوى.
Sifat biji-bijian tanaman adalah bisa tumbuh atau bisa bertunas, siapa
sesungguhnya yang menumbuhkan tunasnya itu dari biji-bijian itu? Allah, karena
itu pada ayat diatas dikatakan
إن الله فالق الحب و النوى
Semoga Bermanfaat :)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.