Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Abdul Majid Ramdhani

Peran Wartawan dan Tantangan Zaman

Lomba | Saturday, 05 Aug 2023, 09:09 WIB

Teknologi telah menyelesaikan jarak interaksi sesama manusia di masa lalu, sekaligus dengan memberi kita masalah psikologis baru dan fenomena sosial. Kemajuan internet saja pada dewasa ini telah membantu semua orang lebih mudah dalam mengakses informasi, namun disisi lain akan menimbulkan sumber ketidaknyamanan akan informasi palsu, dusta, (hoaks), dengan kata lain disinformasi. Kemudian bertransformasi dengan adanya alat dengan adanya alat teknologi bernama Artificial Intelligence (AI) yang dapat menjadi alat bantu bagi data science, pembentukan image sebuah perusahaan dan pengganti pekerja media.

Sejak kehadiran AI (Artificial Intelligence) dengan segala fenomena keilmuan itu dan keunggulan yang berkaitan dengan dunia Islam secara komprehensif dan rasional, dengan memanfaatkan beragam sudut pandang dan latar belakang secara adil untuk menilai sebuah fenomena. Dunia ilmu komunikasi yang berpadu dengan kecanggihan teknologi AI akan memancing daya cipta penulis, peneliti dan juga pewarta untuk mengolah ide menjadi sebuah karya baik, jurnalistik (berita), tulisan bebas (opini, esai), juga menulis buku nonfiksi sejarah dengan meletakkan landasan moral beragama dan prinsip humanism dalam menilai persoalan sebagai dasar daya cipta dalam kajian komunikasi dan literatur islam.

Katakanlah, adanya kecerdasan AI sebagai bentuk "Sumbangan Teknologi AI Terhadap Persoalan Media Kontemporer" Mekanisme apa yang membuat seseorang berpikir dan bertindak dengan cara tertentu?. Bagaimana media baru mempengaruhi masyarakat di Indonesia?

Media baru mungkin akan memberikan penggunaan yang lebih terbuka dan fleksibel, memberikan keluwesan waktu dalam penggunaan dan menciptakan tuntunan waktu yang baru. Sebagaimana alat data science yang dikenal dengan nama Artificial Intelligence (AI) istilah yang umum disebut AI itu merupakan bidang ilmu komputer yang menekankan penciptaan mesin cerdas yang dapat bereaksi dan bekerja layaknya manusia. Adapun, kecerdasan AI punya komponen inti berupa pemrograman komputer untuk sifat tertentu, misalnya penalaran, pengetahuan, persepsi, pemecahan masalah, pembelajaran, perencanaan, dan lain sebagainya.

AI (Artificial Intelligence) tersebut sudah mulai merajalela layaknya sebuah epidemi dalam jurnalisme dan rupanya akan menjadi status quo di negeri ini juga: penggunaan bahasa Indonesia yang kurang atau tidak baik dan benar. Senjakala belantara media massa dan fenomena yang berkaitan dengan dunia komunikasi secara komprehensif dan rasional, dengan memanfaatkan beragam sudut pandang dan latar belakang secara adil untuk menilai sebuah fenomena. Segala hal akhirnya dilakukan supaya mengundang.

Tujuan kebanyakan media sekarang bukan lagi untuk memberitakan, tetapi memang untuk mengundang orang untuk mengklik website-nya. Jadi, masa bodoh dengan apa itu judul (yang baik) dan lain-lain karena itu sudah tidak lagi menjadi inti dari tujuan mereka. Tanpa diragukan, produksi media merespons perkembangan sosial dan budaya. Ketika media berubah, demikian juga dengan cara pikir kita, cara kita mengatur informasi, dan berhubungan (interaksi) dengan orang lain.

Dunia maya mempengaruhi masyarakat terlepas dari situs yang pengguna media atau orang kunjungi. Sebagaimana adanya website atau World Wide Web sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis. Dunia maya yang telah kita anggap sebagai tempat pertemuan semu yang dapat memperluas dunia sosial, serta menciptakan peluang pengetahuan baru, dan menyediakan tempat untuk berbagi pandangan secara lebih luas.

Dalam media baru aplikasi Zoom Meet tidaklah memberikan interaksi tatap muka, tetapi dapat memberikan bentuk interaksi baru. Media baru juga akan mengandung kekuasaan dan batasan, kerugian dan keuntungan serta kebimbangan.

Namun media baru memberi integrasi sosial. Pendekatan ini menggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi atau penyebarannya tetapi dalam bentuk ritual atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat. Termasuk AI, sebagai sebuah gejala budaya media baru, kehadiran AI (Artificial Intelligence) yang diberikan persepsi baru oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.

Memaparkan media baru sebagai sebuah gejala budaya yang memperlihatkan pergeseran persepsi, interaksi, dalam masyarakat. Penyebaran informasi dan pengaruh media baru di Indonesia akan berubah sesuai zaman. Meskipun kaidah-kaidah media tidak berubah, hanya alat (teknologi-komunikasi) saja yang berubah.

Beragam sudut pandang yang berpengaruh dalam komunikasi efektif di era transformasi digital. Kemudian pertanyaannya, "bagaimana ya nanti dengan profesi wartawan?." Hal ini membuat saya penasaran, meskipun kecanggihan teknologi AI tidak akan bisa menggantikan sikap budi pekerti dan naluri dari para wartawan saat menyiarkan berita di siaran televisi.

Rasanya diperlukan sikap ilmiah dan kritik kebudayaan pada ranah media oleh para pewarta, atau wartawan, atau awak media terhadap kehadiran teknologi AI ini. Bagi penulis wartawan adalah 'wakil zaman' yang juga penggerak kebudayaan melalui karya-karya jurnalistik. Wartawan sebagai penyampai informasi, penafsir, pemberi interpretasi, dan 'instrumen pemerintah' dengan kata lain lending itself as channel or mirror , meminjamkan dirinya sebagai saluran atau cermin masyarakat.

Dengan begitu pers berfungsi sebagai pihak yang mewakili publik. Hanya dengan mengetahui bagaimana media bekerja maka kita dapat memahami bagaimana masyarakat memengaruhi media atau sebaliknya.

Sedangkan jurnalistik adalah kegiatan pencarian, pengolahan, penulisan, serta penyebarluasan informasi kepada publik lewat media massa. Nah, dengan kehadiran Artificial Intelligence (AI) di industri media hari ini merupakan peluang besar bagi para wartawan untuk membuktikan diri bahwa wartawan memang 'wakil zaman' dan mampu menghadapi segala gejala budaya media baru.

Peran wartawan juga mencerdaskan kehidupan bangsa lewat karya jurnalistiknya. Seni mengelola informasi yang disajikan oleh para wartawan sangat penting dalam membentuk masyarakat yang kritis, kreatif, dan produktif sehingga dalam hal ini fungsi pers sebagai kontrol terhadap berbagai isu menjadi lebih teratur.

Teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang banyak diperbincangkan diharapkan mampu memberikan solusi. Dan salah satu tujuan AI yang utama adalah membantu pekerjaan manusia, termasuk dalam hal ini bagi para wartawan (kinerja jurnalistik).

Dan pengaruh dari kecerdasan buatan AI (Artificial Intelligence) tidak dapat diabaikan dalam berbagai sektor, termasuk industri jurnalisme itu sendiri. Artificial Intelligence telah membawa gairah inovasi baru dan meningkatkan efisiensi dalam pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi berita. Wartawan dengan arus perubahan AI ini mesti beradaptasi.

Kemudahan dan kepraktisan teknologi AI tersebut tentu juga membawa tantangan besar, namun wartawan dengan kinerja jurnalistiknya tetap bisa diterima dan dinikmati oleh publik. Bahwa adanya teknologi berbasis kecerdasan AI itu hanya menjadi alat pendamping atau pendukung yang bisa membantu meringankan pekerjaan. Namun sebagai manusia kita berperan penting juga sebagai penentu bagaimana teknologi tersebut bisa digunakan. Teknologi hanyalah tools yang dapat mempermudah pekerjaan manusia. Ya hanya sebagai tools. Misalnya, untuk keperluan dan kebutuhan riset, jadi lebih cepat dan mudah. Teknologi memang sifatnya hanyalah mendukung saja.

Wartawan media massa atau pekerja media akan dapat memperoleh hasil yang lebih baik lagi, serta meningkatkan efisiensi kerja, dan menyampaikan sajian berita dengan lebih efektif melalui gambar. Peran wartawan takkan tergantikan dengan kecerdasan AI, karena visi dari jurnalisme adalah humanisme. Wartawan masih memiliki sisi kemanusiaan yang tidak akan dimiliki oleh teknologi. Zaman telah berubah wartawan beradaptasi.

Kalau dalam bahasanya anak pesantren seperti saya (santri) ; al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image